Quantcast
Channel: Cerita Dewasa – Cerita Dewasa Terbaru, Foto Dewasa Bergambar
Viewing all 19 articles
Browse latest View live

Cerita Dewasa – Ngentot dengan tante

$
0
0

Cerita Dewasa – bermula ketika seorang lelaki yang terlibat cerita seru dengan tantenya sendiri dan tentunya cerita ini amat sangat banyak sekali mengandung cerita panas dengan unsur kisah seorang dewasa seperti halnya dengan artikel cerita dewasa lainnya, dengan demikian cerita panas sedarah ini akan lebih seru untuk anda baca dari komputer anda.

 
Pada dasarnya cerita panas sedarah ini saya dapatkan dari situs hasratseks.org dan sengaja saya bagikan untuk anda semua, namun yang perlu diperhatikan bahwa cerita ini khusus bagi anda yang sudah dewasa dan jika anda masih dibawah umur atau masih abg saya harap untuk tidak membaca cerita ini ada baiknya jika anda membaca artikel yang lain saja di situs ini. Nah tanpa banyak basa basi lagi silakan saja anda baca sendiri ceritanya dibawah ini.

Cerita seks ini adalah sebuah pengalaman sekaligus jalan hidupku yang penuh liku. Aku yang saat itu masih smp dan ingin sekolah dijakarta ternyata diijinkan oleh kedua orang tuaku. Akhirnya aku pergi kerumah tanteku yang ada di jakarta. Saat didesa dulu aku tidak pernah tahu tentang apa itu seks dan cerita seks. Tapi saat beranjak dewasa aku mulai tahu tentang banyak hal tentang seks dirumah tanteku yani. Mulai dari majalah porno, video bokep sampai dengan foto-foto cewek bugil semua aku tahu.

Memang saat dijakarta menjadi sebuah kenangan manis sekaligus kenakalan masa remajaku. mulai tahu ngentot dan belajar ngentot sama perawan maupun ngentot sama tante girang. Sudah berpuluh-puluh kali aq ngentot sama tante girang dan semua berakhir dengan kontolku yang lemas gemulai. Tapi gapapa deh yang penting aku puas. Eh kok ngalor ngidul ga jelas. mending kita mulai saja yuk cerita seks indonesia kali ini selamat menyimak pembaca yang budiman. .

Aku ke Jakarta atas seizin orang tuaku, bahkan merekalah yang mendorongnya. Pada mulanya aku sebenarnya enggan meninggalkan keluargaku, tapi ayahku menginginkan aku untuk melanjutkan sekolah ke STM. Aku lebih suka kerja saja di Purwokerto. Aku menerima usulan ayahku asalkan sekolah di SMA (sekarang SMU) dan tidak di kampung. Dia memberi alamat adik misannya yang telah sukses dan tinggal di bilangan Tebet, Jakarta. Ayahku sangat jarang berhubungan dengan adik misannya itu. Paling hanya beberapa kali melalui surat, karena telepon belum masuk ke desaku. Kabar terakhir yang aku dengar dari ayahku, adik misannya itu, sebut saja Oom Ton, punya usaha sendiri dan sukses, sudah berkeluarga dengan satu anak lelaki umur 4 tahun dan berkecukupan. Rumahnya lumayan besar. Jadi, dengan berbekal alamat, dua pasang pakaian, dan uang sekedarnya, aku berangkat ke Jakarta. Satu-satunya petunjuk yang aku punyai: naik KA pagi dari Purwokerto dan turun di stasiun Manggarai. Tebet tak jauh dari stasiun ini.

Stasiun Manggarai, pukul 15.20 siang aku dicekam kebingungan. Begitu banyak manusia dan kendaraan berlalu lalang, sangat jauh berbeda dengan suasana desaku yang sepi dan hening. Singkat cerita, setelah ?berjuang? hampir 3 jam, tanya ke sana kemari, dua kali naik mikrolet (sekali salah naik), sekali naik ojek yang mahalnya bukan main, sampailah aku pada sebuah rumah besar dengan taman yang asri yang cocok dengan alamat yang kubawa.

Berdebar-debar aku masuki pintu pagar yang sedikit terbuka, ketok pintu dan menunggu. Seorang wanita muda, berkulit bersih, dan .. ya ampun, menurutku cantik sekali (mungkin di desaku tidak ada wanita cantik), berdiri di depanku memandang dengan sedikit curiga. Setelah aku jelaskan asal-usulku, wajahnya berubah cerah. ?Tarto, ya ? Ayo masuk, masuk. Kenalkan, saya Tantemu.? Dengan gugup aku menyambut tangannya yang terjulur. Tangan itu halus sekali. ?Tadinya Oom Ton mau jemput ke Manggarai, tapi ada acara mendadak. Tante engga sangka kamu sudah sebesar ini. Naik apa tadi, nyasar, ya ?? Cecarnya dengan ramah. ?Maaar, bikin minuman!? teriaknya kemudian. Tak berapa lama datang seorang wanita muda meletakkan minuman ke meja dengan penuh hormat. Wanita ini ternyata pembantu, aku kira keponakan atau anggota keluarga lainnya, sebab terlalu ?trendy? gaya pakaiannya untuk seorang pembantu.

Sungguh aku tak menduga sambutan yang begitu ramah. Menurut cerita yang aku dengar, orang Jakarta terkenal individualis, tidak ramah dengan orang asing, antar tetangga tak saling kenal. Tapi wanita tadi, isteri Oomku, Tante Yani namanya (?Panggil saja Tante,? katanya akrab) ramah, cantik lagi. Tentu karena aku sudah dikenalkannya oleh Oom Ton.

Aku diberi kamar sendiri, walaupun agak di belakang tapi masih di rumah utama, dekat dengan ruang keluarga. Kamarku ada AC-nya, memang seluruh ruang yang ada di rumah utama ber-AC. Ini suatu kemewahan bagiku. Dipanku ada kasur yang empuk dan selimut tebal. Walaupun AC-nya cukup dingin, rasanya aku tak memerlukan selimut tebal itu. Mungkin aku cukup menggunakan sprei putih tipis yang di lemari itu untuk selimut. Rumah di desaku cukup dingin karena letaknya di kaki gunung, aku tak pernah pakai selimut, tidur di dipan kayu hanya beralas tikar. Aku diberi ?kewenangan? untuk mengatur kamarku sendiri.

Aku masih merasa canggung berada di rumah mewah ini. Petang itu aku tak tahu apa yang musti kukerjakan. Selesai beres-beres kamar, aku hanya bengong saja di kamar. ?Too, sini, jangan ngumpet aja di kamar,? Tante memanggilku. Aku ke ruang keluarga. Tante sedang duduk di sofa nonton TV. ?Sudah lapar, To ?? ?Belum Tante.? Sore tadi aku makan kue-kue yang disediakan Si Mar. ?Kita nunggu Oom Ton ya, nanti kita makan malam bersama-sama.? Oom Ton pulang kantor sekitar jam 19 lewat. ?Selamat malam, Oom,? sapaku. ?Eh, Ini Tarto ? Udah gede kamu.? ?Iya Oom.? ?Gimana kabarnya Mas Kardi dan Yu Siti,? Oom menanyakan ayah dan ibuku. ?Baik-baik saja Oom.? Di meja makan Oom banyak bercerita tentang rencana sekolahku di Jakarta. Aku akan didaftarkan ke SMA Negeri yang dekat rumah. Aku juga diminta untuk menjaga rumah sebab Oom kadang-kadang harus ke Bandung atau Surabaya mengurusi bisnisnya. ?Iya, saya kadang-kadang takut juga engga ada laki-laki di rumah,? timpal Tante. ?Berapa umurmu sekarang, To ?? ?Dua bulan lagi saya 16 tahun, Oom.? ?Badanmu engga sesuai umurmu.?

***

Hari-hari baruku dimulai. Aku diterima di SMA Negeri 26 Tebet, tak jauh dari rumah Oom dan Tanteku. Ke sekolah cukup berjalan kaki. Aku memang belum sepenuhnya dapat melepas kecanggunganku. Bayangkan, orang udik yang kuper tamatan ST (setingkat SLTP) sekarang sekolah di SMA metropolitan. Kawan sekolah yang biasanya lelaki melulu, kini banyak teman wanita, dan beberapa diantaranya cantik-cantik. Cantik ? Ya, sejak aku di Jakarta ini jadi tahu mana wanita yang dianggap cantik, tentunya menurut ukuranku. Dan tanteku, Tante Yani, isteri Oom Ton menurutku paling cantik, dibandingkan dengan kawan-kawan sekolahku, dibanding dengan tante sebelah kiri rumah, atau gadis (mahasiswi ?) tiga rumah ke kanan. Cepat-cepat kuusir bayangan wajah tanteku yang tiba-tiba muncul. Tak baik membayangkan wajah tante sendiri. Pada umumnya teman-teman sekolahku baik, walaupun kadang-kadang mereka memanggilku ?Jawa?, atau meledek cara bicaraku yang mereka sebut ?medok?. Tak apalah, tapi saya minta mereka panggil saja Tarto. Alasanku, kalau memanggil ?Jawa?, toh orang Jawa di sekolah itu bukan hanya aku. Mereka akhirnya mau menerima usulanku. Terus terang aku di kelas menjadi cepat populer, bukan karena aku pandai bergaul. Dibandingkan teman satu kelas tubuhku paling tinggi dan paling besar. Bukan sombong, aku juga termasuk murid yang pintar. Aku memang serius kalau belajar, kegemaranku membaca menunjang pengetahuanku.

Kegemaranku membaca inilah yang mendorongku bongkar-bongkar isi rak buku di kamarku di suatu siang pulang sekolah. Rak buku ini milik Oom Ton. Nah, di antara tumpukan buku, aku menemukan selembar majalah bergambar, namanya Popular.

Rupanya penemuan majalah inilah merupakan titik awalku belajar mandiri tentang wanita. Tidak sendiri sebetulnya, sebab ada ?guru? yang diam-diam membimbingku. Kelak di kemudian hari aku baru tahu tentang ?guru? itu.

Majalah itu banyak memuat gambar-gambar wanita yang bagus, maksudnya bagus kualitas fotonya dan modelnya. Dengan berdebar-debar satu-persatu kutelusuri halaman demi halaman. Ini memang majalah hiburan khusus pria. Semua model yang nampang di majalah itu pakaiannya terbuka dan seronok. Ada yang pakai rok demikian pendeknya sehingga hampir seluruh pahanya terlihat, dan mulus. Ada yang pakai blus rendah dan membungkuk memperlihatkan bagian belahan buah dada. Dan, ini yang membuat jantungku keras berdegup : memakai T-shirt yang basah karena disiram, sementara dalamnya tidak ada apa-apa lagi. Samar-samar bentuk sepasang buah kembar kelihatan. Oh, begini tho bentuk tubuh wanita. Dasarnya aku sangat jarang ketemu wanita. Kalau ketemu-pun wanita desa atau embok-embok, dan yang aku lihat hanya bagian wajah. Bagaimana aku tidak deg-deg-an baru pertama kali melihat gambar tubuh wanita, walaupun hanya gambar paha dan sebagian atas dada.

Sejak ketemu majalah Popular itu aku jadi lain jika memandang wanita teman kelasku. Tidak hanya wajahnya yang kulihat, tapi kaki, paha dan dadanya ?kuteliti?. Si Rika yang selama ini aku nilai wajahnya lumayan dan putih, kalau ia duduk menyilangkan kakinya ternyata memiliki paha mulus agak mirip foto di majalah itu. Memang hanya sebagian paha bawah saja yang kelihatan, tapi cukup membuatku tegang. Ya tegang. ?Adikku? jadi keras! Sebetulnya penisku menjadi tegang itu sudah biasa setiap pagi. Tapi ini tegang karena melihat paha mulus Rika adalah pengalaman baru bagiku. Sayangnya dada Rika tipis-tipis saja. Yang dadanya besar si Ani, demikian menonjol ke depan. Memang ia sedikit agak gemuk. Aku sering mencuri pandang ke belahan kemejanya. Dari samping terkadang terbuka sedikit memperlihatkan bagian dadanya di sebelah kutang. Walau terlihat sedikit cukup membuatku ?ngaceng?. Sayangnya, kaki Ani tak begitu bagus, agak besar. Aku lalu membayangkan bagaimana bentuk dada Ani seutuhnya, ah ngaceng lagi! Atau si Yuli. Badannya biasa-biasa saja, paha dan kaki lumayan berbentuk, dadanya menonjol wajar, tapi aku senang melihat wajahnya yang manis, apalagi senyumnya. Satu lagi, kalau ia bercerita, tangannya ikut ?sibuk?. Maksudku kadang mencubit, menepuk, memukul, dan, ini dia, semua roknya berpotongan agak pendek. Ah, aku sekarang punya ?wawasan? lain kalau memandang teman-teman cewe.

Ah! Tante Yani! Ya, kenapa selama ini aku belum ?melihat dengan cara lain?? Mungkin karena ia isteri Oomku, orang yang aku hormati, yang membiayai hidupku, sekolahku. Mana berani aku ?menggodanya? meskipun hanya dari cara memandang. Sampai detik ini aku melihat Tante Yani sebagai : wajahnya putih bersih dan cantik. Tapi dasar setan selalu menggoda manusia, bagaimana tubuhnya ? Ah, aku jadi pengin cepat-cepat pulang sekolah untuk ?meneliti? Tanteku. Jangan ah, aku menghormati Tanteku.

Aduh! Kenapa begini ? Apanya yang begini ? Tante Yani! Seperti biasa, kalau pulang aku masuk dari pintu pagar langsung ke garasi, lalu masuk dari pintu samping rumah ke ruang keluarga di tengah-tengah rumah. Melewati ruang keluarga, sedikit ke belakang sampai ke kamarku. Isi ruang keluarga ini dapat kugambarkan : di tengahnya terhampar karpet tebal yang empuk yang biasa digunakan tante untuk membaca sambil rebahan, atau sedang dipijit Si Mar kalau habis senam. Agak di belakang ada satu set sofa dan pesawat TV di seberangnya. Sewaktu melewati ruang keluarga, aku menjumpai Tante Yani duduk di kursi dekat TV menyilang kaki sedang menyulam, berpakaian model kimono. Duduknya persis si Rika tadi pagi, cuma kaki Tante jauh lebih indah dari Rika. Putih, bersih, panjang, di betis bawahnya dihiasi bulu-bulu halus ke atas sampai paha. Ya, paha, dengan cara duduk menyilang, tanpa disadari Tante belahan kimononya tersingkap hingga ke bagian paha agak atas. Tanpa sengaja pula aku jadi tahu bahwa tante memiliki paha selain putih bersih juga berbulu lembut. Sejenak aku terpana, dan lagi-lagi tegang. Untung aku cepat sadar dan untung lagi Tante begitu asyik menyulam sehingga tidak melihat ulah keponakannya yang dengan kurang ajar ?memeriksa? pahanya. Ah, kacau.

Sebenarnya tidak sekali ini aku melihat Tante memakai kimono. Kenapa aku tadi terangsang mungkin karena ?penghayatan? yang lain, gara-gara majalah itu. Selesai makan ada dorongan aku ingin ke ruang tengah, meneruskan ?penelitianku? tadi. Aku ada alasan lain tentu saja, nonton TV swasta, hal baru bagiku. Mungkin aku mulai kurang ajar : mengambil posisi duduk di sofa nonton TV tepat di depan Tante, searah-pandang kalau mengamati pahanya! ?Gimana sekolahmu tadi To ?? tanya Tante tiba-tiba yang sempat membuatku kaget sebab sedang memperhatikan bulu-bulu kakinya. ?Biasa-biasa saja Tante.? ?Biasa gimana ? Ada kesulitan engga ?? ?Engga Tante.? ?Udah banyak dapat kawan ?? ?Banyak, kawan sekelas.? ?Kalau kamu pengin main lihat-lihat kota, silakan aja.? ?Terima kasih, Tante. Saya belum hafal angkutannya.? ?Harus dicoba, yah nyasar-nyasar dikit engga apa-apa, toh kamu tahu jalan pulang.? ?Iya Tante, mungkin hari Minggu saya akan coba.? ?Kalau perlu apa-apa, uang jajan misalnya atau perlu beli apa, ngomong aja sama Tante, engga usah malu-malu.? Gimana kurang baiknya Tanteku ini, keponakannya saja yang nakal. Nakal ? Ah ?kan cuma dalam pikiran saja, lagi pula hanya ?meneliti? kaki yang tanpa sengaja terlihat, apa salahnya. ?Terima kasih Tante, uang yang kemarin masih ada kok.? ?Emang kamu engga jajan di sekolah ?? Berdesir darahku. Sambil mengucapkan ?jajan? tadi Tante mengubah posisi kakinya sehingga sekejap, tak sampai sedetik, sempat terlihat warna merah jambu celana dalamnya! Aku berusaha keras menenangkan diri. ?Jajan juga sih, hanya minuman dan makanan kecil.? Akupun ikut-ikutan mengubah posisi, ada sesuatu yang mengganjal di dalam celanaku. Untung Tante tidak memperhatikan perubahan wajahku. Sepanjang siang ini aku bukannya nonton TV. Mataku lebih sering ke arah Tante, terutama bagian bawahnya!

Hari-hari berikutnya tak ada kejadian istimewa. Rutin saja, sekolah, makan siang, nonton TV, sesekali melirik kaki Tante. Oom Ton pulang kantor selalu malam hari. Saat ketemu Oomku hanya pada makan malam, bertiga. Si Luki, anak lelakinya 4 tahun biasanya sudah tidur. Kalau Luki sudah tidur, Tinah, pengasuhnya pamitan pulang. Pada acara makan malam ini, sebetulnya aku punya kesempatan untuk menikmati? (cuma dengan mata) paha mulus berbulu Tante, sebab malam ini ia memakai rok pendek, biasanya memakai daster. Tapi mana berani aku menatap pemandangan indah ini di depan Oom. Betapa bahagianya mereka menurut pandanganku. Oom tamat sekolahnya, punya usaha sendiri yang sukses, punya isteri yang cantik, putih, mulus. Anak hanya satu. Punya sopir, seorang pembantu, Si Mar dan seorang baby sitter Si Tinah. Sopir dan baby sitter tidak menginap, hanya pembantu yang punya kamar di belakang. Praktis Tante Yani banyak waktu luang. Anak ada yang mengasuh, pekerjaan rumah tangga beres ditangan pembantu. Oh ya, ada seorang lagi, pengurus taman biasa di panggil Mang Karna, sudah agak tua yang datang sewaktu-waktu, tidak tiap hari.

Keesokkan harinya ada kejadian ?penting? yang perlu kuceritakan. Pagi-pagi ketika aku sedang menyusun buku-buku yang akan kubawa ke sekolah, ada beberapa lembar halaman yang mungkin lepasan atau sobekan dari majalah luar negeri terselip di antara buku-buku pelajaranku. Aku belum sempat mengamati lembaran itu, karena buru-buru mau berangkat takut telat. Di sekolah pikiranku sempat terganggu ingat sobekan majalah berbahasa Inggris itu, milik siapa ? Tadi pagi sekilas kulihat ada gambarnya wanita hanya memakai celana jean tak berbaju. Inilah yang mengganggu pikiranku. Sempat kubayangkan, bagaimana kalau Ani hanya memakai jean. Kaki dan pahanya yang kurang bagus tertutup, sementara bulatan dadanya yang besar terlihat jelas. Ah.. nakal kamu To!

Pulang sekolah tidak seperti biasa aku tidak langsung ke meja makan, tapi ngumpet di kamarku. Pintu kamar kukunci dan mulai mengamati sobekan majalah itu. Ada 4 lembar, kebanyakan tulisan yang tentu saja tidak kubaca. Aku belum paham Bahasa Inggris. Di setiap pojok bawah lembaran itu tertulis: Penthouse. Langsung saja ke gambar. Gemetaran aku dibuatnya. Wanita bule, berpose membusungkan dadanya yang besar, putih, mulus, dan terbuka seluruhnya! Paha dan kakinya meskipun tertutup jean ketat, tapi punya bentuk yang indah, panjang, persis kaki milik Tante. Hah, kenapa aku jadi membandingkan dengan tubuh Tante ? Peduli amat, tapi itulah yang terbayang. Kenapa aku sebut kejadian penting, karena baru sekaranglah aku tahu bentuk utuh sepasang buah dada, meskipun hanya dari foto. Bulat, di tengah ada bulatan kecil warna coklat, dan di tengah-tengah bulatan ada ujungnya yang menonjol keluar. Segera saja tubuhku berreaksi, penisku tegang, dada berdebar-debar. Halaman berikutnya membuatku lemas, mungkin belum makan. Masih wanita bule yang tadi tapi sekarang di close-up. Buah dadanya makin jelas, sampai ke pori-porinya. Ini kesempatanku untuk ?mempelajari? anatomi buah kembar itu. Dari atas kulit itu bergerak naik, sampai puting yang merupakan puncaknya, kemudian turun lagi ?membulat?. Ya, beginilah bentuk buah dada wanita. Putingnya, apakah selalu menonjol keluar seperti menunjuk ke depan ? Jawabannya baru tahu kelak kemudian hari ketika aku ?praktek?. Tiba-tiba terlintas pikiran nakal, Tante Yani! Bagaimana ya bentuk buah dada Tanteku itu ? Ah, kenapa selama ini aku tak memperhatikannya. Asyik lihat ke bawah terus sih! Memang kesempatannya baru lihat paha. Kimono Tante waktu itu, kalau tak salah, tertutup sampai dibawah lehernya. Tapi ?kan bisa lihat bentuk luarnya. Ah, memang mataku tak sampai kesitu. Melihat bentuk paha dan kaki cewe bule ini mirip milik Tante, aku rasa bentuk dadanyapun tak jauh berbeda, begitu aku mencoba memperkirakan. Begitu banyak aku berdialog dengan diri sendiri tentang buah dada. Begitu banyak pertanyaan yang bermuara pada pertanyaan inti : Bagaimana bentuk buah dada Tanteku yang cantik itu ? Untungnya, atau celakanya, pertanyaanku itu segera mendapat jawaban, di meja makan. Di pertengahan makan siangku, Tante muncul istimewa. Mengenakan baju-mandi, baju mirip kimono tapi pendek dari bahan seperti handuk tapi lebih tipis warna putih dan ada pengikat di pinggangnya. Tante kelihatan lain siang itu, segar, cerah. Kelihatannya baru selesai mandi dan keramas, sebab rambutnya diikat handuk ke atas mirip ikat kepala para syeh. ?Oh, kamu sudah pulang, engga kedengaran masuknya,? sapanya ramah sambil berjalan menuju ke tempatku. ?Dari tadi Tante,? jawabku singkat. Ia berhenti, berdiri tak jauh dari dudukku. Kedua tangannya ke atas membenahi handuk di rambutnya. Posisi tubuh Tante yang beginilah memberi jawaban atas pertanyaanku tadi. Luar biasa! Besar juga buah dada Tante ini, persis seperti perkiraanku tadi, bentuknya mirip punya cewe bule di Penthouse tadi.

Meskipun aku melihatnya masih ?terbungkus? baju-mandi, tapi jelas alurnya, bulat menonjol ke depan. Di bagian kanan baju mandinya rupanya ada yang basah, ini makin mempertegas bentuk buah indah itu. Samar-samar aku bisa melihat lingkaran kecil di tengahnya. Sehabis mandi mungkin hanya baju-mandi itu saja yang membungkus tubuhnya sekarang. Bawahnya aku tak tahu. Bawahnya! Ya, aku melupakan pahanya. Segera saja mataku turun. Kini lebih jelas, bulu-bulu lembut di pahanya seperti diatur, berbaris rapi. Ah aku sekarang lagi tergila-gila buah dada. Pandanganku ke atas lagi. Mudah-mudahan ia tak melihatku melahap (dengan mata) tubuhnya. Memang ia tidak memperhatikanku, pandangannya ke arah lain masih terus asyik merapikan rambutnya. Tapi aku tak bisa berlama-lama begini, disamping takut ketahuan, lagipula aku ?kan sedang makan. Kuteruskan makanku. Bagaimana reaksi tubuhku, susah diceritakan. Yang jelas kelaminku tegang luar biasa. Tiba-tiba ia menarik kursi makan di sebelahku dan duduk. Ah, wangi tubuhnya terhirup olehku. ?Makan yang banyak, tambah lagi tuh ayamnya.? Bagaimana mau makan banyak, kalau ?diganggu? seperti ini. Aku mengiakan saja. Rupanya ?gangguan nikmat? belum selesai. Aku duduk menghadap ke utara. Di dekatku duduk si Badan-sintal yang habis mandi, menghadap ke timur. Aku bebas melihat tubuhnya dari samping kiri. Ia menundukkan kepalanya dan mengurai rambutnya ke depan. Dengan posisi seperti ini, badan agak membungkuk ke depan dan satu-satunya pengikat baju ada di pinggang, dengan serta merta baju mandinya terbelah dan menampakkan pemandangan yang bukan main. Buah dada kirinya dapat kulihat dari samping dengan jelas. Ampun.. putihnya, dan membulat. Kalau aku menggeser kepalaku agak ke kiri, mungkin aku bisa melihat putingnya. Tapi ini sih ketahuan banget. Jangan sampai. Betapa tersiksanya aku siang ini. Tersiksa tapi nikmat! Oh Tuhan, janganlah aku Kau beri siksa yang begini. Aku khawatir tak sanggup menahan diri. Rasa-rasanya tanganku ingin menelusup ke belahan baju mandi ini lalu meremas buah putih itu? Kalau itu terjadi, bisa-bisa aku dipulangkan, dan hilanglah kesempatanku meraih masa depan yang lebih baik. Apa yang kubilang pada ayahku ? Dapat kupastikan ia marah besar, dan artinya, kiamat bagiku.

Untung, atau sialnya, Tante cepat bangkit menuju ke kamar sambil menukas: ?Teruskan ya makannya.? ?Ya Tante,? sahutku masih gemetaran. Aah., aku menemukan sesuatu lagi. Aku mengamati Tante berjalan ke kamarnya dari belakang, gerakan pinggulnya indah sekali. Pinggul yang tak begitu lebar, tapi pantatnya demikian menonjol ke belakang. Tubuh ideal, memang.

Malamnya aku disuruh makan duluan sendiri. Tante menunggu Oom yang telat pulang malam ini. Masih terbayang kejadian siang tadi bagaimana aku menikmati pemandangan dada Tante yang membuat aku tak begitu selera makan. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh kedatangan Tante yang muncul dari kamarnya. Masih mengenakan baju-mandi yang tadi, rambutnya juga masih diikat handuk. Langsung ia duduk disebelahku persis di kursi yang tadi. Belum habis rasa kagetku, tiba-tiba pula ia pindah dan duduk di pangkuanku! Bayangkan pembaca, bagaimana nervous-nya aku. Yang jelas penisku langsung mengeras merasakan tindihan pantat Tante yang padat. Disingkirkannya piringku, memegang tangan kiriku dan dituntunnya menyelinap ke belahan baju-mandinya. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Kuremas dadanya dengan gemas. Hangat, padat dan lembut.

Tantepun menggoyang pantatnya, terasa enak di kelaminku. Goyangan makin cepat, aku jadi merasa geli di ujung penisku. Rasa geli makin meningkat dan meningkat, dan .. Aaaaah, aku merasakan nikmat yang belum pernah kualami, dan eh, ada sesuatu terasa keluar berbarengan rasa nikmat tadi, seperti pipis dan? aku terbangun. Sialan! Cuma mimpi rupanya. Masa memimpikan Tante, aku jadi malu sendiri. Kejadian siang tadi begitu membekas sampai terbawa mimpi. Eh, celanaku basah. Mana mungkin aku ngompol. Lalu apa dong ? Cepat-cepat aku periksa. Memang aku ngompol! Tapi tunggu dulu, kok airnya lain, lengket-lengket agak kental. Ah, kenapa pula aku ini ? Apa yang terjadi denganku ? Besok coba aku tanya pada Oom. Gila apa! Jangan sama Oom dong. Lalu tanya kepada Tante, tak mungkin juga. Coba ada Mas Joko, kakak kelasku di ST dulu. Mungkin teman sekolahku ada yang tahu, besok aku tanyakan.


Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT

$
0
0
Tante Saya Yang Montok
Cerita ini terjadi saat aku masih berusia 16 tahun, dan masih bersekolah di
salah satu SMA di Medan. Namaku Chris, aku peranakan Canada-Chinese. Papa saya
asal Canada, dan Mama saya Chinese Indonesia. Kata teman2 wajahku sih lumayan…
ganteng… ehmm. Tinggi saya 180 cm, ngak begitu tinggi dibandingkan dengan Papa
yang 185 cm. Saya lahir di Canada, tapi sewaktu umur 10 tahun, Papa ditugaskan
ke Medan, Indonesia. Jadi aku juga ikut, dan bersekolah disana. Mula-mula terasa
asing juga kota ini bagiku. Tapi lama kelamaan aku juga dapat terbiasa. Terus
terang, pemikiranku lebih condong kepada pemikiran-pemikiran Timur, mungkin
karena didikan Mama yang keras. Biarpun di negara2 Barat sudah biasa terjadi
hubungan seks remaja, namun aku belum pernah melakukannya dengan pacarku…
well… at least pada saat itu.
Hari ini dimulai liburan Natal. Papa tidak pulang ke Canada seperti biasanya,
katanya ada banyak pekerjaan. Mama bilang kalau aku merasa bosan disini
sebaiknya aku pergi ke Jakarta, sekalian menjenguk kakek. Katanya aku juga bisa
mencari tante Anne kalau ada waktu. Tante Anne ini teman baiknya Mama. Sama
seperti Mama, dia juga dulu sekolah di Canada, dan pernah tinggal lama disana.
Saya sudah lama tidak pernah bertemu dengan tante Anne, tapi seingatku orangnya
cantik sekali. Usianya sekarang mungkin sekitar 30 tahun, dia lebih muda dari
mama. Sewaktu di Canada dia sering menginap di rumah kami, dan bermain-main
dengan aku. Akhirnya aku iyakan tawaran mama untuk pergi ke Jakarta.
Hari kedua di Jakarta, aku minta diantar oleh supir ke rumahnya tante Anne.
Rumahnya terletak di salah satu kompleks perumahan di Jakarta Selatan.
Sebelumnya mama sudah menelepon dan memberitahukan kepadanya bahwa aku akan
datang pada hari itu.
“Hi… wahh udah besar sekali kamu sekarang yah Chris… udah ngak tanda lagi
Tante sama kamu sekarang… hahaha”, seingatku kira-kira begitulah katanya
sewaktu pertama kali melihat aku setelah sekian tahun ngak jumpa. Wajahnya masih
saja sama seperti yang dulu, seakan dia tidak bertambah tua sedikitpun. “Oh
yah… tuh supirnya disuruh pulang aja Chris… ntar kamu bawa aja mobil Tante
kalo mau pulang…”, aku pun mengiyakan, dan menyuruh pulang supirnya.
“Wah… besar sekali rumahnya yah Tante…”, kataku sewaktu kami memasuki ruang
tamu. Aku dengar dari mama sih, katanya suaminya tante Anne ini anak salah
seorang konglomerat Jakarta, jadi ngak heran kalau rumahnya semewah ini. Setelah
itu kami ngobrol-ngobrol, dia menanyakan keadaan mama, papa dan kakek. Tante
Anne juga sudah lama tidak betemu dengan Mama. Lumayan lama kami ngobrol,
setelah itu dia mengajak aku untuk makan malam.
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT

“Makan dulu yuk Chris… tuh udah disiapin makanannya sama si Ning”, katanya
menunjuk ke pembantunya yang sedang menghidangkan makanan di meja makan.
“Kita ngak nunggu Om Joe??”, aku menanyakan suaminya.
“Oh… ngak usah… Om mu ngak pulang malam ini katanya”
“Oh… ok deh”, kataku sambil beranjak ke ruang makan. Rumah sebesar ini cuman
dihuni sendirian dengan pembantunya. Berani juga tanteku ini.
“Kamu berani pulang ntar Chris?? Udah malem loh ini…”, katanya sambil ngelirik
ke jam dinding yang udah nunjukin jam 7 lewat 30 menit.
“Ah berani kok Tante…”
“Hmmm… mending kamu tidur disini aja deh malem ini… tuh ada kamar kosong di
atas”
“Umm… iyah deh… ntar aku telepon ke Kakek kalo gitu…”, dalam hati aku
mengira bahwa tanteku ini menyuruhku menginap karena dia takut sendirian di
rumah, sama sekali tidak ada pikiran negatif dalam otakku sewaktu aku mengiyakan
tawarannya. Sehabis makan aku pun menelepon ke rumah kakek, dan memberitahu
bahwa hari ini aku menginap di rumahnya tante Anne.
“Oh iyah… kalau kamu mau mandi air panas, pake aja kamar mandi Tante. Ntar
kamu pake aja bajunya Om Joe. Yuk sini!!”
“He-eh”, aku mengangguk sambil mengikutinya. Kamar mandi yang dimaksud terletak
di dalam kamarnya. Kamarnya benar-benar mewah dan besar. Dengan tempat tidur
ukuran double di tengah-tengah ruangan, mini theatre set, dan sebuah kamar mandi
di sudut ruangan.
“Nih… coba… bisa pake ngak kamu??”, dia memberikan t-shirt dan celana pendek
kepada aku.
“Bisa kayaknya…”, aku pun mengambil pakaian itu dan membawanya ke kamar mandi.
Sehabis dari kamar mandi, aku sempat sedikit kaget melihat tante Anne. Dia
mengenakan baju tidur tipis, tidur tengkurap di atas tempat tidur. Kelihatan
dengan jelas celana dalamnya, tapi aku tidak melihat tali BH di punggungnya.
Terangsang juga aku melihat pemandangan seperti itu. Kelihatannya ia tertidur
saat menonton TV. TV nya masih menyala. Aku berjalan ke arah TV, bermaksud
mematikannya. Melihat adegan panas yang sedang berlangsung di TV, mendadak aku
terdiam pas di depan TV. Kulihat kebelakang, tante Anne masih tidur. Aku berdiri
menonton dulu, sekedar iseng. 5 menit lagi ah baru kumatikan, begitu pikiranku
saat itu.
“Hey…”, saat aku sedang asyik menonton, tiba-tiba terdengar teguran halus
tante Anne, diikuti oleh tawa tertahannya. Aku benar-benar malu sekali waktu
itu. Aku berbalik ke belakang sambil tersenyum malu-malu. Waktu aku berbalik,
kulihat tante Anne sudah duduk tegak di atas tempat tidur. Samar-samar terlihat
puting susunya dari balik baju tidurnya yang tipis.
“Kirain Tante udah tidur…hehe”, kataku asal-asalan sambil berjalan hendak
keluar dari kamar.
“Chris… bisa tolong pijitin badan Tante?? Pegel nih semua…”, terdengar suara
helaan nafas panjang, dan suara kain jatuh ke lantai. Saat aku berbalik hendak
menjawab, kulihat tante Anne sudah kembali tidur tengkurap di tempat tidur, tapi
kali ini tanpa baju tidur, satu-satunya yang masih dikenakannya adalah celana
dalamnya.
“Ya…”, hanya itu saja yang bisa keluar dari mulutku. Aku pun berjalan ke arah
tante Anne. Sedikit canggung, kuletakkan tanganku di atas bahunya.
“Engghh…”, terdengar dia mengerang perlahan.
“Om Joe kapan pulangnya Tante??”, kuatir juga aku ketahuan oleh suaminya.
“Emmm… mungkin minggu depan… ngak tau deh… kalau Om mu sih… jarang
dirumah. Mungkin seminggu pulang sekali”, dalam hati aku merasa kasihan juga
kepada tante Anne. Pantas saja dia merasa kesepian. “Fhhuuuhhh…”, kembali
terdengar helaan nafas panjang. “Kamu udah punya pacar Chris??”, tanyanya
memecah keheningan.
“Yah… di Medan”
“Hehehe… cantik ngak Chris??”, tante Anne emang dari dulu senang bercanda.
Sangat berbeda dengan ibuku yang kadang bersikap agak tertutup, tante Anne
adalah penganut kebebasan Barat. Aku hanya tersenyum saja menjawab
pertanyaannya. “Turun dikit Chris…”, aku pun menurunkan pijatanku dari bahu ke
punggungnya. “Kamu duduk aja di atas pantat Tante… supaya bisa lebih kuat
pijitannya”. Aku yang semula mengambil posisi duduk di sampingnya, sekarang
duduk di atas
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT
 

pantatnya. “Unghh… berat kamu…”, mendengus tertahan dia waktu
aku duduk di atasnya.
“Hehehe… tapi katanya suruh duduk disini…”, cuek saja aku melanjutkan
pijatanku. Kontolku sudah terasa menegang sekali, sesekali aku tekan kuat2
kontolku ke pantat tante Anne. Walaupun aku masih memakai celana lengkap, namun
sudah terasa nikmat dan hangat sewaktu kontolku aku tekan ke pantatnya.
“Iiihh… nakal ya… bilangin mama kamu lho…”, katanya sewaktu merasakan
kontolku menekan-nekan pantatnya.
“Udah belom Tante?? Udah cape nih…”, kataku setelah beberapa menit memijat
punggungnya.
“Iyah… kamu berdiri dulu deh… Tante mo balik…”, aku berdiri, dan tante
Anne sekarang berbalik posisi. Sekarang aku bisa melihat wajahnya yang cantik
dengan jelas, payudaranya yang masih kencang itu berdiri tegak dihadapanku.
Puting susunya yang merah kecoklatan terlihat begitu menantang. Aku sampai
terbengong beberapa detik dibuatnya. “Hey… pijit bagian depan dong
sekarang…”, katanya. Aku duduk di atas pahanya, kuremas dengan lembut kedua
teteknya. Lalu kupuntir-puntir puting susunya dengan jari-jariku. “Ihh…
geli… hihihihi…”, cekikikan dia. Aku benar-benar sudah tidak bisa
mengendalikan nafsuku lagi.
Sekarang ini yang ada dalam otakku hanyalah
bagaimana memuaskan tante Anne, memberinya kepuasan yang selama ini jarang ia
dapatkan dari suaminya. Rasa kasihan akan tante Anne yang telah lama merindukan
kehangatan laki-laki bercampur dengan nafsuku sendiri yang sudah menggelora. Aku
menarik celana dalamnya dengan agak kasar. Kulihat dia hanya diam saja sambil m!
emejamkan mata pasrah. Kuakui inilah pertama kalinya aku melihat wanita
telanjang secara nyata. Tapi agaknya aku tidak begitu canggung, sepertinya aku
melakukan semuanya dengan begitu alamiah. Tante Anne membuka lebar kedua pahanya
begitu celana dalamnya kulepas. Kulihat dengan jelas pepeknya dengan bulu-bulu
halus yang dicukur dengan rapi membentuk segitiga di sekitarnya. “Udah sering
beginian yah kamu Chris??”, tanyanya heran juga melihat aku begitu mantap.
“Ehh… ngak kok… baru sekali Tante…”, nafasku sudah memburu… kata-kata
pun sudah sulit kuucapkan dengan tenang. Kulihat nafas tante Anne juga sudah
mulai memburu, berkali-kali ia menarik nafas panjang untuk menenangkan diri.
“Jilatin dong Chris…”, katanya memelas. Mulanya aku ragu-ragu juga, tapi
kudekatkan juga kepalaku ke pepeknya. Tidak ada bau tidak enak sama sekali,
tante Anne rajin menjaga kebersihan pepeknya aku kira. Kujulurkan lidahku
menjilati dari bawah menuju ke pusar. Beberapa menit aku bermain-main dengan
pepeknya. Tante Anne hanya bisa mengerang dan menggelinjang kecil menahan
nikmat. Kulihat ia meremas sendiri buah dadanya dan memuntir-muntir sendiri
puting susunya. Aku berdiri sebentar, melepaskan semua pakaianku. Bengong dia
melihat kontolku yang 18 cm itu. Aku cuman tersenyum kepadanya, dan melanjutkan
menjilati pepeknya. Beberapa saat kemudian ia meronta dengan kuat.
“Aaahh… ohh God… aaargghhh…”, bagaikan gila, dia menjepit kepalaku dengan
pahanya, lalu menekan kepalaku supaya menempel lebih kuat lagi ke pepeknya
dengan dua tangannya. Aku susah bernafas dibuatnya.
“Lagi… arghh… clitorisnya Chriss… ssshhh… yah… yah… lagi…
oooohh…”, makin menggila lagi dia ketika aku mengulum clitorisnya, dan
memainkannya dengan lidahku di dalam mulut. Aku memasukkan lidahku
sedalam-dalamnya ke dalam lubang pepeknya. Bau cairan kewanitaan semakin keras
tercium. Pepeknya benar-benar sudah basah. Tiba-tiba dia menjambak rambutku
dengan kuat, dan menggerakkan kepalaku naik turun di pepeknya dengan cepat dan
kasar. Lalu ia menegang, dan tenang. Saat itu juga aku merasa cairan hangat
semakin banyak mengalir keluar dari pepeknya. Aku jilatin semuanya.
“Ohhh… God… bener2 hebat kamu Chris… lemes Tante… aahh… ngak kuat lagi
deh untuk berdiri… shitt… udah lama ngak begini…”, dia terbujur lemas
setelah 1/2 jam yang melelahkan itu. Aku cuman tersenyum. Perlahan kutarik kedua
kakinya ke tepi tempat tidur, kubuka pahanya selebar-lebarnya dan kujatuhkan
kakinya ke lantai. Pepeknya sekarang terbuka lebar. Nampaknya ia masih
terbayang-bayang atas peristiwa tadi dan belum sadar atas apa yang kulakukan
sekarang padanya. Begitu ia sadar kontolku sudah menempel di bibir pepeknya.
“Ohh… “, ia cuman bisa menjerit tertahan. Lalu ia pura-pura meronta tidak mau.
Aku juga tidak tahu bagaimana cara memasukkan kontolku ke dalam pepeknya. Aku
sering lihat di film-film, dan mereka melakukannya dengan mudah. Tapi ini
sungguh berbeda. Lubangnya sangat kecil, mana mungkin bisa masuk pikirku.
Tiba-tiba kurasakan tangan tante Anne memegang kontolku dan membimbing kontolku
ke pepeknya.
“Tekan disini Chris… pelan2 yah… punya kamu gede banget sih…”, pelan ia
membantuku memasukkan kontolku ke dalam pepeknya. Belum sampai seperempat bagian
yang masuk ia sudah menjerit2 kesakitan.
“Aahhhh… sakitt… oooh… pelan2 Chris… aduuh….”, tangan kirinya masih
menggenggam kontolku, menahan laju masuknya agar tidak terlalu deras. Sementara
tangan kanannya meremas-remas kain sprei, kadang memukul-mukul tempat tidur. Aku
merasakan kontolku diurut-urut di dalam pepeknya. Aku berusaha untuk memasukkan
lebih dalam lagi, tapi tangan tante Anne membuat kontolku susah untuk masuk
lebih ke dalam lagi. Aku menarik tangannya dari kontolku, lalu kupegang
erat-erat pinggulnya. Kemudian kudorong kontolku masuk sedikit lagi. “Aduhhh…
sakkkitt… ooohhh… ssshhhh… lagi… lebih dalam Chriss… aaahhhh”, kembali
tante Anne mengerang dan meronta. Aku juga merasakan kenikmatan yang luar biasa,
tak sabar lagi kupegang erat pinggulnya supaya ia berhenti meronta, lalu
kudorong sekuatnya kontolku kedalam. Kembali tante Anne menjerit dan meronta
dengan buas. Aku diam sejenak, menunggu dia supaya agak tenang. “Goyang dong
Chris…”, dia sudah bisa tersenyum sekarang. Aku ! menggoyang kontolku keluar
masuk di dalam pepeknya. Tante Anne terus membimbingku dengan menggerakkan
pinggulnya seirama dengan goyanganku. Lama juga kami bertahan di posisi seperti
itu. Kulihat dia hanya mendesis, sambil memejamkan mata. Tiba-tiba kurasakan
pepeknya menjepit kontolku dengan sangat kuat. Tubuh tante Anne mulai
menggelinjang, nafasnya mulai tak karuan, dan tangannya meremas-remas
payudaranya sendiri.
“Ohhh… ooohh… Tante udah mo keluar nih… sshh… aaahh…”, goyangan
pinggulnya sekarang sudah tidak beraturan. “Kamu masih lama ngak Chris??? Kita
keluar bareng aja yuk…. aahhh…”, tak menjawab, aku mempercepat goyanganku.
“Aahhh… shitt… Tante keluar Chrisss… ooohhh… gile…”, dia menggelinjang
dengan hebat, kurasakan cairan hangat keluar membasahi pahaku. Aku semakin
bersemangat menggenjot. Aku juga merasa bahwa aku bakal keluar tidak lama lagi.
“Aahhh… sshh…”, kusemprotkan saja cairanku kedalam pepeknya. Lalu kucabut
kontolku, dan terduduk di lantai.

T A M A T

Cerita Mesum Artis Tetangga Baruku Yang Montok

$
0
0

Cerita Mesum Artis Tetangga Baruku Yang Montok Bagian 2

Cerita Mesum Artis Tetangga Baruku Yang Montok Bagian 2

Cerita Sex, Cerita Seks, Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Hot, Cerita Panas, Cerita Ngentot, Cerita Sex Dewasa, Cerita Seks Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Mesum Terbaru, Cerita Hot Terbaru, Cerita Panas Terbaru, Cerita Ngentot Terbaru, Cerita Sex Artis Online, Cerita Seks Artis Online, Cerita Dewasa Artis Online, Cerita Mesum Artis Online, Cerita Hot Artis Online, Cerita Panas Artis Online, Cerita Ngentot Aris Online

Cerita Mesum Artis – Catatandewasa.com Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung ranjang, dan Tante Yana menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah menciumi dada dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit berkeringat itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit berkeringat kedada Tante Yana. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang kujilati adalah keringat karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama, aku merasa akan ejakulasi. “Ehh.. Tante.. uu.. udaahh..” Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, Tante Yana sudah setengah berdiri dan nungging di depanku. Tante Yana mengelus-elus dan mengocok penisku, dan mulutnya sudah ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan spermaku. Karena kocokan Tante Yana, aku jadi ejakulasi. “Crit.. crroott.. crroott..” ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar tujuh kali dimana setiap kencrotan itu mengeluarkan sperma yang putih, kental dan banyak. Sesekali jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai rambut Tante Yana. Mungkin ada juga yang jatuh ke sprei. Persis sekali film BF. Cerita Mesum Artis Tetangga Baruku Yang Montok Bagian 2

Kulihat wajah Tante Yana sudah penuh sperma putih kental milikku. Tante Yana yang memanghyper, meraup spermaku baik dari wajahnya ataupun dari sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke mulutnya. Setelah itu, aku merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh Tante Yana. Aku langsung rebahan sambil memeluk Tante Yana sementara penisku masih tegak namuntidak sekeras tadi.

Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante Yana. Siang itu aku sedang ada di rumah hanya bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore atau malam, adikku juga sedang sekolah). Sekitar jam satu-an, aku yang sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Yana mau pergi entah kemana dengan mobilnya. Kulihat Anita menutup pagar dan ia tidak melihatku. Sekitar 10 menitkemudian, telepon rumahku berdering. Saat kuangkat, ternyata Anita yang menelepon. Nada suaranya agak ketus, menyuruhku ke rumahnya. Katanya ada yang ingin diomongin. Di ruang tamunya, aku duduk berhadapan sama Anita. Wajahnya tidak seperti biasanya, terlihat jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia seperti itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau ngomong apa.

Tak lama Anita mulai bicara duluan dengan nada ketus kembali,

“De, gue mau tanya!”

“Hah? Nanya apaan?” Aku kaget dan agak dag dig dug.

“Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap gue?” Dia nanya langsung tanpa basa-basi.

“Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?”

Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke orang tuaku.

“Aalahh.. loe nggak usah belagak bego deh.. Emangnya gue nggak tau? Gue baru pulang sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue.. gue intip dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!”

Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak tahu lagi mau ngapain, badan sudah seperti mati rasa. Batinku berkata, “Mati gue.. bisa-bisa gue diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue bisa jatoh.. mati deh gue.”

Anita pun masih meneruskan omongannya,

“Loe napsu sama nyokap gue??”

Anita kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap sangat tajam. Aku cuma bisa diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa. Keringat di leher mengucur. Anita menghampiriku yang hanya duduk diam kaku beku perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam. Pipiku sudah siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan melaporkannya ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan. Tapi, sekali lagi kenyataan sangat berbeda. Anita yang memakai kaos terusan yang mirip daster itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan membukakaosnya. Ternyata ia tidak mengenakan beha dan celana dalam. Jadi di depanku adalah Anita yang bugil. Takutku kini hilang namun bingungku semakin bertambah. “Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?” Anita langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku nampak kencang di bagian “anu”.

Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti ciuman Tante Yana, namun ciuman Anita yang lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman dari Anita. Aku langsung memeluknya lembut. Tubuh putihnya benar-benar mulus. Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera mungkin kulepas celana-celanaku dan Anita membuka kaosku. Lumayan lama Anita menciumiku dengan posisimembungkuk. Kukocok-kocok penis besarku itu sedikit-sedikit. Aku langsung membisikkannya, “Nit, kita ke kamarmu yuk..!” Anita menjawab, “Ayoo.. biarlebih nyaman.” Anita kurebahkan di ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman tadi, kali ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan. Anita sesekali menciumi dan agak menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu lehernya. Anita juga sesekali mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki kanannya diangkat hingga ke pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan. Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti sama Tante Yana akibat terbawa romantisnya suasana.

Dari sini aku bisa tahu bahwa Anita itu tipe orang romantis dan lembut. Tapi tetap saja nafsunya besar. Malah dia langsung mengarahkan dan menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa adegan-adegan lain. Berhubung Anita masih virgin, memasukkannya tidak mudah. Butuh sedikit dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Anita nampak menahan sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras persis seperti keasaman makan buah mangga atau jambu yang asem. Tak lama, “Aaahh.. aa.. aahh..” Anita berteriak lumayan keras, aku takutnya terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba menggoyangkan maju-mundur di dalam liang yang masih sempit itu. Tapi, aku merasa sangat enak sekali senggama di liang perawan. Anita juga ikutan goyang maju-mundur sambil meraba-raba dadaku dan mencium bibirku. Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan ejakulasi. Mungkin hanya sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun tetap mengucur. Begitupun Anita.

Dengan agak menahan ejakulasi, gantian kurebahkan Anita, kukeluarkan penisku lalu kukocokdi atas dadanya. Mungkin akibat masih sempit dan rapatnya selaput dara Anita, batang penisku jadi lebih mudah tergesek sehingga lebih cepat pula ejakulasinya. Ditambah pula dalam seminggu tersebut aku tidak onani, nonton BF, atau sebagainya. Kemudian, “Crit.. crit.. crott..” kembali kujatuhkan spermaku di tubuh orang untuk kedua kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan payudaranya Anita. Kali ini kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya lebih kental. Bahkan ada yang sampai mengenai leher dan dagunya. Anita yang baru pertamakali melihat sperma lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan sperma. Anita meraup sedikit dengan agakcanggung dan ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan orang jijik, dan lalu menjilatnya.

Terus, Anita berkata dengan lugu, “Emm.. ee.. De.. kalo ‘itu’ gimana sih rasanya?” sambil menunjuk ke kejantananku yang masih berdiri tegak dan kencang. “Eh.. hmm hmm.. cobain aja sendiri..” sambil tersenyum ia memegang batang kemaluanku perlahan dan agak canggung. Tak lama, ia mulai memompa mulutnya perlahan malu-malu karena baru pertama kali. Mungkin ia sekalian membersihkan sisa spermaku yang masih menetes di sekujur batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya, ada noda darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap. Setelah selesai, aku yang sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di ranjang Anita, sementara Anita juga rebahan di samping. Kami sama-sama puas, terutama aku yang puas menggarap ibu dan anaknya itu.

Selesai.

ML Dengan Pramugari di Pesawat

$
0
0

Aku lahir dari keluarga yang kaya, di Singapura. Usaha ayahku di bidang eksport/import makanan beku mengharuskanku untuk sering keluar negeri bertemu dengan klien.

Suatu waktu, aku harus terbang ke LA. Dan perjalanan selama 15 jam dari Singapura direct ke LA sangatlah panjang dan membosankan. Aku sudah menonton tiga film, makan dua kali dan masih ada sisa 7 jam perjalanan.

Karena aku duduk di bussiness class di upper deck, aku bisa leluasa turun ke lower deck. Karena dua-duanya adalah zone Bussiness Class. Sekitar lima menit, aku melihat pemandangan awan dari jendela kecil.

” Excuse me, sir… ” sebuah suara halus menyapaku dengan ramah. Ternyata seorang pramugari muda berwajah manis sedang tersenyum padaku. ” Are you from upper deck? ” Aku mengangguk, ” Yeah… why? ” aku mengintip name tag di dadanya.

Yuliana Sastri… wah nama indonesia nih ! ” I am just checking to see whether you need anything, because you have been looking out for quiet a long time… ” jawabnya dengan sopan. ” Dari Indonesia ya kamu? ” todongku. ” Lho… iya ! Bapak dari Indo juga? ” tanya lagi. ” Uh kok Bapak sih… belum juga tua, kok dipanggil Bapak… panggil nama aja… aku Joe… ” ” Oh… saya Lia… Bapak eh… kamu mau ke LA ya? ” kemudian kami ngobrol ngalor ngidul selama tigapuluh menit.

Ia sudah tinggal di luar negeri selama lebih dari empat tahun. Aslinya dari Bandung. Umurnya baru 23. Belum punya pacar katanya. Kami ngobrol sambil berdiri, lalu tiba-tiba seorang pramugari lain menghampirinya dan sementara mereka mengobrol, aku mengambil segelas wine yang disiapkan di galley (dapur) mereka.

” Yah… aku ditinggal sendiri deh, hehe… ” katanya setelah temannya pergi. ” Lho, kenapa? ” ” Jam istirahat… tadi aku uda istirahat 3 jam… dan habis ini giliran shift kedua istirahat. mestinya berdua-berdua, tapi supervisorku katanya migraine jadi dia istirahat di first class. Mungkin 2 jam lagi baru balik. Untung aja gak penuh… ” ” Oh… gitu… ya… gapapa deh… aku temani… aku bosen banget dari tadi di atas… sebelahku oom gendut yg ngorok melulu lagi… ”

Lia tertawa. Manis sekali wajahnya kalau tertawa. Dan aku mulai meneliti tubuhnya. Sekitar 165 cm, berat badannya mungkin 55 dan kulitnya putih sekali seperti orang Jepang. ” Kamu beneran nih belum punya cowok?” tanyaku iseng. ” Lagi ga ada… soalnya cowok terakhir membosankan banget. Dia ga fun dan old fashion… ”

Lalu ia mulai bercerita tentang mantannya yang masih menganut adat kuno, yang ga suka clubbing, pesta, minum dan tentu saja seks. Wajahnya memerah ketika ia bercerita. ” Maaf ya, aku kok jadi cerita kayak gini… hihi… habis memang mantanku itu orangnya aneh. Atau mungkin dia ga tertarik sama aku ya… mungkin aku terlalu jelek ya… ” katanya menerawang.

” Gak, kok… kamu cantik banget… dan… ” aku menatap matanya, ” seksi… bodi kamu seksi banget. Daritadi aku membayangkan bodi kamu di balik seragam itu… ” tambahku dengan berani. Mungkin aku mulai mabuk karena dua gelas white wine. ” Masa? Kamu boong ya… Joe… aku kan ga seksi. Toketku aja cuma 34B, hmmm ga seksi sama sekali deh… ” Aku menatapnya dengan penuh napsu. 34B, boleh juga… ” Kalau kamu kasi aku liat, aku mungkin bisa menilai apa bodi kamu seksi beneran atau gak… ” tantangku.

Lia tampak terkejut. Tapi ia lalu melihat ke kiri ke kanan, sekeliling kami agak gelap karena semua penumpang kelas bisnis nampaknya tengah terlelap. Ia tersenyum padaku ,” Beneran nih? ” ” Sumpah… ” Lalu Lia memberi isyarat agar aku mengikutinya. Ia lalu mulai berjalan ke arah toilet untuk orang handicapped, yang lebih luas daripada toilet biasa. Ia menarikku masuk dan mengunci pintunya dari luar. Di dalam toilet ternyata lebih bising daripada di luar, mungkin karena suara mesin.

Aku langsung membuka seragam pramugarinya yang bagian atas. Dan tampaklah dadanya yang indah menantang. Ia memakai bra seksi tanpa busa berwarna hitam, putingnya tampak tegang dari balik bra itu. ” Lia… kamu seksi banget… ” desisku sambil lebih mendekatinya, dan langsung mencium bibirnya yang ranum berlipstick pink. Lia membalas ciumanku dengan penuh gairah, dan aku mendorong tubuhnya ke dinding toilet. Tanganku membekap dadanya dan memainkan putingnya dari luar bra nya. Lia mendesah pelan. Ia menciumku makin dalam. Aku lalu berusaha menarik roknya sampai lepas, dan kini tampaklah tubuh ramping seksinya. Tinggalah celana dalam dan bra berwarna hitam transparan serta sepatu hak tingginya. Ia tampak amat seksi. ” God, u re so sexy, baby… ” bisikku di telinganya.

Cerita Dewasa – Lalu tanganku langsung sibuk membuka kaitan bra nya, dan menciumi lehernya yang indah.Lia mulai meraba bagian depan celana jeansku, dan tampak senang menyentuh bagian itu sudah tegang. Setelah branya lepas, aku langsung menciumi seluruh payudaranya. Kujilati putingnya yang mengeras dan ia melenguh nikmat. Aku ingat, pacarku paling suka kalau aku berlama-lama di putingnya. Tapi kali ini tidak ada waktu, karena siapa saja bisa mengetuk pintu toilet, dan itu membuatku bergairah. Lia mulai berusaha membuka ikat pinggangku, dan kemudian melorotkan celanaku sampai ke lantai. Ia menyentuh kont*lku yang keras dari balik boxer kainku, dan mengusap biji pelirku. Kunaikan tubuh Lia ke westafel dan kubuka celana dalamnya. Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya. Bulu kemaluannya rapi sekali. Mungkin ia suka bikini waxing seperti cewek-cewek di luar pada umumnya. Kujilati mem*knya dengan nikmat, sudah sangat basah sekali. ia mengelinjang dan kulihat dari cermin, ia meraba putingnya sendiri, dan memilin-milinnya dengan kuat. Mungkin memang benar dia terlalu hyper, makanya mantannya bosan.

Kumasukan dua jari tanganku ke dalam mem*knya, dan ia menjerit tertahan. Ia tersenyum padaku, tampak sangat menyukai apa yg kulakukan. Jari telunjuk dan tengahku menyolok-nyolok ke dalam liangnya, dan jempolku meraba-raba kasar klitorisnya. Ia makin membuka pahanya, membiarkan aku melakukan dengan leluasa. Semakin aku cepat menggosok klitorisnya, semakin keras desahannya. Sampai-sampai aku khawatir akan ada orang yg mendengar dari luar. Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku, dan seperti menyuruhku menjilati mem*knya. ” Ahhh… ahhh… I’m gonna come… Arghhhh… uhhh… yes… yes… baby… ” ia mendesah-desah girang ketika lidahku menekan klitorisnya kuat2. Dan jari-jariku makin mengocok mem*knya. Semenit kemudian, Lia benar-benar orgasme, dan membuat mulutku basah kuyub dengan cairannya. Ia tersenyum lalu mengambil jari2ku yang basah dan menjilatinya sendiri dengan nikmat.

Ia lalu mendorongku duduk di atas toilet yg tertutup, dan mencopot boxerku dengan cepat. Ia duduk bersimpuh dan mengulum kont*lku yang belum tegak benar. Jari-jarinya dengan lihay mengusap-ngusap bijiku dan sesekali menjilatnya. Baru sebentar saja, aku merasa akan keluar. Jilatan dan isapannya sangat kuat, memberikan sensasi aneh antara ngilu dan nikmat. Lia melepaskan pagutannya, dan langsung duduk di atas pangkuanku. Ia bergerak- gerak sendiri mengocok kont*lku dengan penuh gairah. Dadanya naik turun dengan cepat, dan sesekali kucubit putingnya dengan keras. Ia tampak sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka dari itu, aku memutuskan untuk berdiri dan mengangkat tubuhnya sehingga sekarang posisiku berdiri, dengan kakinya melingkar di pinggangku.

Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai kukocok dengan kasar. Lia tampak sangat menyukainya. Ia mendesah-desah tertahan dan mendorong kepalaku ke dadanya. Karena gemas, kugigit dengan agak keras putingnya. Ia melenguh ,” Oh… gitu Joe… gigit seperti itu… I feel sexy… ” Kugigit dengan lebih keras puting kirinya, dan kurasakan asin sedikit di lidahku. Tapi tampaknya Lia makin terangsang. kont*lku terus memompa mem*knya dengan cepat, dan kurasakan mem*knya semakin menyempit… ” gila… mem*k lo kok menyempit gini, sih Lia… Oh… gila… ” Ia tersenyum senang. Mungkin ia suka latian body language, soalnya dulu mantanku yang guru BL, bisa mengatur mem*knya jadi sempit jadi gini, dengan latihan rutin. kont*lku keluar masuk mem*knya dengan lebih cepat, dan tiba-tiba mata Lia merem melek, dan ia semakin menggila, lenguhan dan desahannya semakin kencang hingga aku harus menutup mulutnya dengan sebelah tangannku.

” Ah joe… You’re so… soo… Ohh… i am gonna come… i m gonna come… again… Arghhh… Ohhhhh uhhhhhh… ” Lia orgasme untuk kedua kalinya dan terkulai ke bahuku. Karena aku masih belum keluar, aku mencabut kont*lku dari mem*knya yang banjir cairannya, dan membalikan tubuhnya menghadap westafel. Biasa kalau habis minum staminaku memang suka lebih gila. Lia tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan pantatnya, dan langsung kutusuk kont*lku ke mem*knya dari belakang. Ia mengeram senang, dan aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari cermin di depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan acak-acakan. Make upnya luntur karena keringat, tapi tubuh seksinya tampak sangat indah.

Aku mulai memompa mem*knya dengan pelan, lalu makin cepat, dan tangan kiriku meraih puting payudaranya, dan memilinnya dengan kasar, sementara tangan kananku sesekali menepuk keras pantatnya. ” yeah… I am your bitch… fu*k me real hard… please… ”

Cerita Panas – Buset… ga nyangka penampilan manisnya ternyata hanya di luar. Aslinya dia kasar dan gila seks, kaya bule di bokep aja, pikirku makin terangsang. kont*lku makin cepat menusuk2 mem*knya yang semakin lama semakin terasa licin. Tanganku berpindah-pindah, kadang mengusap-ngusap klitorisnya dengan cepat. Badan Lia naik turun sesuai irama kocokanku, dan aku semakin horny melihatnya menggumamkan kata-kata kasar. kont*lku semakin tegang dan terus menghantam mem*knya dari belakang. Ia mau orgasme lagi, rupanya, karena wajahnya menegang dan ia mengarahkan tanganku mengusap klitorisnya dengan lebih cepat. ” Ah… baby… yeah… oh yeah… ” kont*lku terasa makin becek oleh cairan mem*knya.

“Lia… aku juga mau keluar nih… ” ” oh tahan dulu… kasih aku… kont*lmu… tahan!!!!” Lia langsung membalikan tubuhnya, dan mencaplok kont*lku dengan rakus. Ia mengulumnya naik turun dengan cepat seperti permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam mulutnya. ” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku tertahan. Lia menyedot kont*lku dengan nikmat, menyisakan sedikit rasa ngilu pada ujung kont*lku, tapi ia tidak peduli, tangan kirinya menekan pelirku dan kanannya mengocok kont*lku dengan gerakan makin pelan.

Kakiku lemas dan aku terduduk di kursi toilet yg tertutup. Lia berlutut dan menjilati seluruh kont*lku dengan rakus. ” Kamu takut gak, kalau aku bilang, aku suka banget sama sperma cowok ?” bisiknya dengan suara manis sekali. Di sela-sela engahanku, aku menggeleng penuh kenikmatan. Gila kali mantannya, ga mau sama cewek hot begini… !!

Setelah Lia menjilat bersih kont*lku, ia memakaikan celana jeansku, lalu memakai seragamnya sendiri. Ia membuka kompartemen di belakangnya, dan mengeluarkan sisir dan makeupnya dari sana. Dalam waktu 5 menit, ia sudah tampak seperti pramugari manis yang tadi pertama kulihat, bukan wanita gila seks seperti barusan. Ia memberi isyarat agar aku tidak bersuara, lalu perlahan-lahan membuka pintu toilet.

Setelah yakin aman, ia keluar dan aku mengikutinya dari belakang.

” Baiklah, Pak Joe… saya harus siap-siap untuk meal service berikutnya, mungkin Bapak mau istirahat sejenak? ” godanya dengan nada seksi. Aku tersenyum dan mengangguk setuju. Sebelum aku ke upper deck, kucubit pantatnya dan ia memberiku ciuman yang sangat panas.

Habis flight itu, ia memberiku nomer telpon hotelnya di LA, dan kami ngeseks gila-gilaan tiap hari. Ternyata Lia sangat hyper sex dan bisa orgasme sampai sembilan kali seharinya. Sedangkan aku hanya mampu bucat 2 kali sehari. Dalam flight kembali ke LA, aku mengupgrade kursiku ke first class , karena ia bertugas di first class. Dan sekali lagi kami have sex di toilet, dan kali ini hampir ketauan teman kerjanya. Kami masih sering ketemu sampai hari ini. Kalau aku ke kota dimana dia tinggal.
Pacarku? Masih jalan juga lah… jadi punya dua cewek, deh…

Dewasa Ngentot Bu Guru

$
0
0

Dewasa Ngentot Bu Guru adalah judul dari cerita mesum terbaru kami, terimakasih sudah menjadi penikmat setia cerita dewasa dan cerita seks dari infokonyol.com, cerita dewasa kali ini akan menghadirkan kisah yang mendebarkan, penuh sensasi dan kejutan yang mencegangkan. cerita dewasa adalah salah satu yang paling banyak dicari di internet, sehingga infokonyol.com selalu berusaha menghadirkan hal-hal baru, oke langsung saja kita simak cerita mesum dan cerita porno terbaru kami, Jika ingat dulu waktu sekolah, pasti ada saja salah satu guru yang
menjadi favorit anda, mungkin banyak juga yang memfavoritkan ibu guru,
apalagi ibu guru cantik, dan suka berpenampilan seksi, jadi pengen
ngentot ibu guru kan, dari awalnya menghayal sampailah pada onani 😛 ,
okelah ini adalah cerita dewasa tentang pengalaman murid yang bisa
bercinta dengan ibu guru nya sendiri, cerita nya hot dan mungkin akan
membuat anda senat senut. Mungkin . bukan cerita seks ibu dosen, tapi
cerita seks ibu guru.

Sebagai siswa sebuah SMU Swasta, aku bukanlah murid yang pintar tapi
juga tidak bodoh-bodoh amat. Biasa-biasa saja. Tidak bisa dibanggakan.
Yang bisa aku banggakan adalah wajahku yang ganteng dengan bentuk tubuh
yang atletis. Tinggi jangkung dan berat yang seimbang. Dan paling aku
banggakan adalah ukuran kemaluanku yang luar biasa besarnya, panjangnya
22 cm dengan diameter 5 cm. Membuat iri teman laki-lakiku.

Namaku Doni, cukup terkenal di sekolahku. Mungkin karena aku bandel dan
sering berganti-ganti cewek. Banyak teman sekolahku yang pernah aku
tiduri. Mereka tergila-gila setelah menikmati kontolku yang luar biasa
dan tahan lama kalau bersetubuh.

Sore itu, setelah semua
pelajaran selesai aku bergegas pulang kerumah. Semua buku-buku sudah
kumasukkan kedalam tas. Kustart sepeda motorku menuju jalan raya. Tapi
di tengah perjalanan aku baru ingat, pulpenku tertinggal di dalam kelas.
Dengan tergesa-gesa aku balik lagi ke sekolahku. Setelah mengambil
kembali pulpenku, aku berjalan lagi menuju parkir sepeda motorku. Untuk
mencapai tempat parkir, aku harus melewati ruangan guru.

Cerita
Dewasa – Ketika melewati ruangan guru-guru, aku mendengan suara
mendesah-desah disertai rintihan-rintihan kecil. Aku penasaran dengan
suara-suara itu. Aku mendekati pintu ruangan, suara-suara itu semakin
keras. Aku semakin penasaran dibuatnya. Kubuka pintu ruangan, dengan
berjalan mengendap-endap, aku mencari tahu darimana datangnya
suara-suara itu. Begitu mendekati ruangan Bu siska, aku terkejut. Disana
kulihat Bu Siska, guru bahasa Inggrisku yang telah setahun menjanda,
sedang bercumbu dengan Pak Rio, guru olahragaku, dalam posisi berdiri.

Bibir mereka saling kecup. Lidah mereka saling sedot. Tangan Pak Rio
meremas-remas pantat Bu Siska yang padat, sedangkan tangan Bu Siska
melingkar dipinggang Pak Rio. Mereka yang sedang asik tak tahu akan
kehadiranku. Aku mendekati arah mereka. Aku membungkukkan badan dan
bersembunyi dibalik meja, mengintip mereka dari jarak yang sangat dekat.

Mereka menyudahi bercumbu, kemudian Pak Rio duduk dipinggir meja,
kakinya menjuntai kelantai. Bu Sisca berdiri didepannya. Bu siska
mendekati Pak Rio, dengan buasnya dia menarik celana panjang Pak Rio.
Tak ketinggalan celana dalam Pak Rio juga diembatnya. Hingga Pak Rio
setengah telanjang. Bu Siska menguru-urut kontol Pak Rio. Kontolnya yang
tidak begitu besar, sedikit demi sedikit menegang. Bu Siska
membungkukkan tubuhnya, hingga wajahnya pas diatas selangkangan Pak Rio.
Kontol Pak Rio diciuminya.

Isep.. sayang.. isep.. kontolku suruh Pak Rio.

Bu Siska tersenyum mengangguk. Dia mulai menjilati kepala kontol Pak
Rio. Terus turun kearah pangkalnya. Bu Siska sangat pintar memainkan
lidahnya dikontol Pak Rio.
Oohh.. enakk.. sayang.., truss.., truss.

Pak Rio mengerang ketika Bu Siska mengulum kontolnya. Seluruh batang
kontol Pak Rio masuk kemulutnya. Kontol Pak Rio maju mundur didalam
mulut Bu Siska. Tangan Bu Siska mengurut-urut buah pelirnya. Pak Rio
merasakan nikmat yang luar biasa. Matanya merem melek. Pantatnya
diangkat-angkat. Aku sangat terangsang melihat pemandangan itu.
Kuraba-raba kontolku yang menegang. Kubuka retsleting
celanaku.Kukocok-kocok kontolku dengan tanganku. Birahiku memuncak.
Ingin rasanya aku bergabung dengan mereka, tapi keinginan itu kutahan,
menunggu saat yang tepat.

Lima belas menit berlalu, Pak Rio menarik dan menjambak kepala Bu Siska.
Akhh.., akuu.. mauu.., ke.. keluar sayang Pak Rio menjerit histeris.
Keluarin aja sayang, aku ingin meminumnya sahut Bu Siska.

Bu Siska tak mempedulikannya. Semakin cepat dikulumnya kontol Pak Rio
dan tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal kontol Pak Rio seirama
kocokan mulutnya. Kontol Pak Rio berkedut-kedut, otot-ototnya menegang.

Dan crott! crott! crott! Pak Rio menumpahkan spermanya didalam mulut Bu
Siska. Bu Siska meminum cairan sperma itu. Kontol Pak Rio terus
dijilatinya, hingga seluruh sisa-sisa sperma Pak Rio bersih. Kontol Pak
Rio kemudian mengecil didalam mulutnya.

Pak Rio yang sudah mencapai orgasme kemudian turun dari meja.
Kamu puas sayang dengan serviceku tanya Bu siska.
Puas sekali, kamu pitar sayang puji Pak Rio sambil tersenyum.
Gantian sayang, sekarang giliranmu memberiku kepuasan pinta Bu Siska.

Bu Siska melepaskan gaunnya, juga pakaian atasnya, hingga dia telanjang
bulat. Astaga ternyata Bu Siska tak memakai apa-apa dibalik gaunnya.
Aku dapat melihat dengan jelas lekuk tubuh mulusnya, putih bersih,
ramping dan sexy dengan buah dada yang besar dan padat, juga bentuk
memeknya yang indah dihiasi bulu-bulu yang dicukur tipis dan rapi.

Bu Siska kemudian naik keatas meja, kakinya
diselonjorkan kelantai. Pak Rio mendekatinya. Memek Bu Siska diusap-usp
dengan tangannya. Jari-jarinya dimasukkan, mencucuk-cucuk memek Bu
Siska. Bu Siska menjerit nikmat.
Isep sayang, isep memekku sayang pinta Bu Siska menghiba.

Pak Rio menurunkan wajahnya mendekati selangkangan Bu Siska. Lidahnya
dijulurkan kememek Bu Siska. Disibaknya bibir memek Bu Siska dengan
lidahnya. Pak Rio mulai menjilati memek Bu Siska.
Oohh.. truss.. sayang.., jilatin terus.., akhh Bu Siska mendesah.

Pak Rio dengan lihainya memainkan lidahnya dibibir memek Bu Siska.
Dihisapnya memek Bu Siska dari bagian luar kedalam. Memek Bu Siska yang
merah dan basah dicucuk-cucuknya. Kelentitnya disedot-sedot dengan
mulutnya.
Oohh.., enakk.., truss.., truss.., sayang jerit Bu Siska.

Hampir seluruh bagian memek Bu Siska dijilati Pak Rio. Tanpa sejengkalpun dilewatinya.
Akkhh.., akuu.. mauu.. ke.. keluar.. sayang erang Bu Siska.
Memeknya berkedut-kedut. Otot-otot memeknya menegang. Dijambaknya rambut Pak Rio, dibenamkannya keselangkangannya.

A.. akuu.., keluarr.., sayang Bu Siska menjerit histeris ketika
mencapai orgasme. Memeknya sangat basah oleh cairan spermanya. Pak Rio
menjilati memeknya hingga bersih.

Kamu puas Sis? tanya Pak Rio pendek.
Belum! Entot aku sayang, aku ingin merasakan kontolmu pinta Bu Siska.
Maaf Sis! Aku tak bisa, aku harus pulang.
Nanti istriku curiga, aku pulang sore sahut Pak Rio menolak.
Kamu pengecut Rio! Dikasih enak aja takut! kata Bu Siska jengkel.

Matanya meredup, memohon pada Pak Rio. Pak Rio tak mempedulikannya. Dia
mengenakan celananya, kemudian berlalu meninggalkan Bu Siska yang
menatapnya sambil memohon.

Ini kesempatanku! Pikirku dalam hati.
Nafsu birahiku yang sudah memuncak melihat mereka saling isap, ingin
disalurkan. Setelah Pak Rio berlalu, kudekati Bu Siska yang masih
rebahan diatas meja. Kakinya menggantung ditepi meja. Dengan hati-hati
aku berjalan mendekat. Kulepaskan baju seragamku, juga celanaku hingga
aku telanjang bulat. Kontolku yang sudah menegang, mengacung dengan
bebasnya. Sampai didepan selangkangan Bu siska, tanganku meraba-raba
paha mulusnya. Rabaanku terus keatas kebibir memeknya. Dia melenguh.
Kusibakkan bibir memeknya dengan tanganku. Kuusap-usap bulu memeknya.
Kudekatkan mulutku keselangkangannya. Kujilati bibir memeknya dengan
lidahku.

Si.. siapa.., kamu bentak Bu Siska ketika tahu memeknya kujilati.
Tenang Bu! Saya Doni murid Ibu! Saya Ingin memberi Ibu kepuasan seperti Pak Rio sahutku penuh nafsu.
Bu Siska tidak menyahut.
Merasa mendapat angin segar. Aku semakin berani saja. Nafsu birahi Bu
Siska yang belum tuntas oleh Pak Rio membuatnya menerima kehadiaranku.

Aku melanjutkan aktivitasku menjilati memek Bu Siska. Lubang memeknya kucucuk dengan lidahku. Kelentitnya kusedot-sedot.
Oohh.., truss.. Don.., truss.. isep.. sayang pintanya memohon.

Hampir setiap jengkal dari memek Bu siska kujilati. Bu Siska mengerang
menahan nafsu birahinya. Kedua kakinya terangkat tinggi, menjepit
kepalaku.

Lima belas menit berlalu aku menyudahi
aktivitasku. Aku naik keatas meja. Aku berlutu diatas tubuhnya.
Kontolku kuarahkan kemulutnya. Kepalanya tengadah. Mulut terbuka
menyambut kehadiran kontolku yang tegang penuh.
Wow! Gede sekali kontolmu! katanya sedikit terkejut.
Isep Bu! Isep kontolku! pintaku.

Bu Siska mulai menjilati kepala kontolku, terus kepangkalnya. Pintar sekali dia memainkan lidahnya.
Truss.. Buu.. teruss.., isepp aku mengerang merasakan nikmat.
Bu Siska menghisap-isap kontolku. Kontolku keluar masuk didalam mulutnya yang penuh sesak.

Akuu.. tak.., tahann.., sayang! Entot aku sayang pintanya.
Ya.., ya.. Buu sahutku.

Aku turun dari meja, berdiri diantara kedua pahanya. Kugenggam
kontolku, mendekati lubang memeknya. Bu Siska melebarkan kedua pahanya,
menyambut kontolku. Sedikit demi sedikit kontolku memasuki lubang
memeknya. Semakin lama semakin dalam. Hingga seluruhnya amblas dan
terbenam. Memeknya penuh sesak oleh kontolku.
Aku mulai mengerakkan pantatku maju mundur. Klecot!Klecot! Suara kontolku ketika beradu dengan memeknya.
Ooh.., nik.. matt.., sayang.., truss Bu Siska mendesah.

Kuangkat kedua kakinya kebahuku. Aku dapat melihat dengan jelas kontolku yang bergerak-gerak maju mundur.
Ooh.., Buu.., enakk.. banget.., memekmu.., hangat desahku.

Sekitar tiga puluh menit aku menggenjotnya, kurasakan memeknya berkedut-kedut, otot-ototnya menegang.
Akuu.., tak.. tahan.., Don, aku.. mau.. keluarr jeritnya.
Tahan.. Buu.., aku.. masih tegang sahutku.
Dia bangun duduk dimeja memegang pinggangku erat-erat, mencakar punggungku.
Akkhh.., akuu.. keluar Bu Siska menjerit histeris.

Nafasnya memburu. Dan kurasakan memeknya sangat basah, Bu siska
mencapai orgasmenya. Ibu guruku yang sudah berumur 37 tahun menggelepar
merasakan nikmatnya kusetubuhi.

Aku yang masih belum keluar, tak
mau rugi. Kucabut kontolku yang masih tegang. Kuarahkan kelubang
anusnya. Kedua pahanya kupegang erat.
Ja,.jangan.., Don teriaknya ketika kepala kontolku menyentuh lubang anusnya.
Aku tak memperdulikannya. Kudorong pantatku hingga setengah batang kontolku masuk kelubang anusnya yang sempit.
Aow! Sakitt.. cabutt.., Don.., aku.. sakitt.. jangan teriaknya keras.
Kusodok terus hingga seluruh batang kontolku amblas. Kemudian dengan perlahan tapi pasti kugerakkan pantatku maju mundur.

Teriakan Bu Siska mengendor. Berganti dengan desahan-desahan dan
rintihan kecil. Bu Siska sudah bisa menikmati sentuhan kontolku
dianusnya.
Jadi dicabut ngga Bu candaku.
Jangan sayang, enak banget katanya sambil tersenyum.

Kusodok terus lubang anusnya, semakin lama semakin cepat. Bu Siska
menjerit-jerit. Kata-kata kotor keluar dari mulutnya. Aku semakin
mempercepat sodokanku ketika kurasakan akan mencapai orgasme.
Buu.., akuu.. mauu.. ke.. keluarr aku melolong panjang.
Akhh.. akuu juga sayang sahutnya.

Crott! Crott! Crott! Aku menumpahkan sperma yang sangat
banyak dilubang anusnya. Kutarik kontolku. Kuminta dia turun dari meja
untuk menjilati kontolku. Bu Siska menurutinya. Dia turun dari meja dan
berlutut dihadapanku. Kontolku dikulumnya. Sisa-sisa spermaku
dijilatinya sampai bersih.

Kamu hebat Don, aku puas sekali pujinya.
Aku juga Bu sahutku.
Baru kali ini memekku dimasuki kontol yang sangat besar katanya.
Ibu mau khan terus menikmatinya kataku.
Tentu sayang jawabnya sambil berdiri dan mengecup bibirku

Cerita Dewasa Bergambar Paling Hot

$
0
0

Cerita Dewasa Bergambar Paling Hot – Kali ini sedikit cerit ayang bisa sobat lihat ataupun simak yang tentunya lebih seru di bandingkan yang lainnya, yang saya berikan ini pastinya dapat dilihat di halaman ini yang cerita dewasa ini berjudul apa yah? yah yang penting sobat baca saja cerita nya di jamain seer.

Dan baiklah langsung saja nih cerita dewasa bergambar yang dapat sobat semua lihat untuk kali ini saya berikan dan tentunya bisa dilihat langsung dibawah ini

Nama ku ogi, umur 15 tahun, pkl 07.00 pagi ini aku berangkat ke rumah om angkat untuk menyambung kegiatan ngecat dapur yang belum selesai karena kehabisan cat.Sampai dirumah om aku melihat om sedang beres – beres mau pergi mancing, pagi om?’… Sapa ku, pagi juga gi..’ tante dimana om?’ tanyaku lagi, jogging.. Ntar lagi juga pulang, cat nya dah om beli ambil aja di gudang ya?’ belum sempat aku jawab om sudah berangkat dengan mobilnya.

Setelah aku ambil cat kemudian aku ganti dengan baju kerja, baju kaos dan celana kain longgar di bagian paha sejengkal dari lutut. Lagi asik aku ngecat tiba – tiba aku dikejutkan oleh sapaan tante yang baru pulang jogging, met pagi ogi?’ aku benar – benar terkejut karena lagi asik menghayal sambil ngecat, daripada terjatuh lebih baik aku lompat, brep! Tangan dan kakiku berlumuran cat, tante cepat -cepat menghampiriku sambil jongkok dia berusaha memegang tanganku, tanpa sengaja aku menoleh ke arah pahanya, tante memakai rok mini kembang dan baju tanktop, walau tante lebih tua 15 tahun tapi bodinya masih frpporsional, aku terkesima melihat paha mulus dan pepek tante yang terbungkus cd putih, kontolku langsung tegang dan pikiran ku melayang ntah kemana, cepat-cepat aku berdiri dan menoleh kearah pekerjaanku yang hampir selesai, kamu ga pa pa gi!?’ ga pa pa tante.. Jawabku, ya dah tante mau mandi dulu..’ kemudian tante berlalu kekamarnya, akupun melanjutkan pekerjaan ku, dalam hatiku berkata, paha tante benar-benar mulus kapan ya,,’ kontolku masih tegang belum turun-turun.

Setelah siap ngecat aku mandi dan membersihkan bekas lumuran cat, selesai mandi aku lihat kontol ku masih tegang gara-gara ingat pemandangan tadi, tiba-tiba ide gila ku muncul untuk menggoda tante, aku pakai baju rumahan aja sedangkan celana masih celana kerja gak pake cd dan kusimpan dikantong celana leeku, lalu aku keluar dari kamar mandi menuju ruang keluarga, ternyata tante dah selesai mandi memakai baju tidur terusan sepaha dan juga telah menyiapkan kopi berikut makanan kecil yang diletakkan diatas meja, karena tante lagi asik main game guitar hero dia diam aja, sambil mendekat aku tetap santai karena aku dah sering kemari dan aku bertanya, dini dimana tante?’ aku menanyakan anak tante yang dari tadi gak keliatan, o.. Semalamkan sabtu malam jadi dia minta tidur di tempat neneknya, diminum airnya Gi,’ tante menjawab tanpa menoleh dari monitor, lalu aku mengambil kopi, agar tante mudah melihat kearahku, sengaja aku pilih duduk diatas mebel disamping tante yang duduk diatas karpet.

Jarakku dengan tante sekira 1,5m, Kontolku semakin tegang membentuk tonjolan dicelanaku, karena melihat tante duduk bersila otomatis baju terusan sepahanya semakin tersibak hingga benar-benar mengundang nafsu, kemudian ku kangkang lebar-lebar pahaku agar disaat tante menoleh dia bisa melihat kontol dan bijiku dari ruang celanaku yang longgar, untuk memulai aksi aku bertanya baba basi aja, tante rajin jogging ya?’ tanpa kuduga ternyata tante siryus menanggapinya, tante mempause gamenya dan menoleh tepat kearah kontolku, tante ternganga dan gelagap menjawab, i,,i,ya Gi tante law gak jogging seminggu sekali rasanya badan bawaannya malas terus,’ aku juga kikuk, untuk menghilangkanya aku raih kopi yang aku taruh dilantai sambil minum kulirik tante, ternyata tante gak pernah melihat wajahku pandangannya tetap ke arah selangkanganku, lalu aku melanjutkan basa basiku, musiknya bersih dan bagus ya tante?’, basa basiku membuat tante menghentikan tontonan gratisnya, sambil menoleh kearah monitor tante mengangguk-angguk mengikuti irama musik dan menjawab sekedarnya, iya,,’. Lalu aku beraksi lagi, kuambil koran diatas meja, kubuka dan kupegang sudut kanan atas hingga sisi bawah koran menutup selangkanganku, kumiringkan badanku sedikit agar koran gak jatuh semua, jadi law tante menoleh dia gakkan bisa melihat gerakanku karena aku mau onaniku, lalu kubuka rist yang agak panjang jadi kontolku bebas keluar tanpa penghalang. Pelan-pelan aku elus kontolku dengan tangan kiri sambil menatap paha tante, sesekali kupandang wajahnya yang memang selalu merona, tapi aku heran tante kok gak menatap lurus ke monitor tapi agak miring ke kiri dikit, apa tante dah mulai juling, semakin lama kocokan ku makin cepat, tante main game pun makin banyak slipnya sambil mengeluarkan suara okhhh…. Akhhh mmmmm seperti erangan dikentot.

Tante melihatku gak kearah monitorpun gak, aku jadi takut ketauan nanti bila tante lapor sama mama gimana, tapi nafsuku mengalahkan rasa takutku, lama-lama tante mengangkat lutut kanannya hingga menyentuh dagu dan mengangkat tanganya yang masih memegang setik, otomatis paha putih mulus dan cdnya keliatan jelas sama aku, aku semakin berpantasi dan semakin nikmat, karena tante banyak salah main game malah tante bukan mengeluarkan suara kekalahan tapi seperti suara orang keenakan dikentot, ohk! Akghhh… Teruzzzz.. Mmmmmmmm…. Ohk! okh! Terusssh.. Cepatt.. Aku semakin memuncak mendengar erangan tante, dari sela-sela suara musik aku pun mengerang keenakan ehm! ehmm! Aku ingin mengeluarkan mani, saking enaknya aku tak dapat menahan suaraku yang keras keluar bersama maniku, ooooookhkkkk cret! cret! cret! Kutembakkan maniku sebanyak 5 kali sangking kencangnya hampir melewatiku koran, setelah itu tiba-tiba tante terkejut akibat suaraku dan mempausekan gamenya lalu berkata sambil menoleh kearahku, kenapa Gi……..?’ tapi sambil tersenyum manis sekali, hingga menghilangkan rasa kikukku, aku hentikan kocokan sisa-sisa kenikmatan yang aku raih agar gak ketahuan sama tante, dan aku menjawab, a,, anu tante, habis tante mainnya salah terus jadi aku ikut kontak’, ooooo..’, jawab tante, sambil mengubah duduknya dengan bersila dia meraih remot ntah apa yang ditekannya.

Kuperhatikan maniku yang kental menempel di koran, lalu kumasukkan kontolku karena musik sudah berhenti pelan-pelan aku kancingkan ristku agar gak kedengaran ma tante, kemudian koran kulipat dan kuletakan di mebel dekat aku duduk, selanjutnya bergegas kekamar mandi, lega rasanya, sewaktu aku mau ambil gayung, tiba tiba aku teringat ‘bodohnya aku law nanti tante ambil koran gimana pasti tante melihat maniku’, gumamku sendiri, cepat-cepat aku keluar lagi berlari kecil keruang keluarga tapi tante gak keliatan dan musik pun sudah berubah ke mp3 keong racun, sukurlah’ dalam hatiku, tiba-tiba ada bayangan berkelebat aku kira tante rupanya herder yang lagi menggigit roti lari keruang tamu, lalu kulanjutkan untuk mengambil koran, sewaktu kubuka hanya bekasnya aja yang tinggal sedangkan maninya gakda lagi, aku jadi heran sambil duduk di tempat tante tadi, aku menduga-duga kemana habis maniku tadi padahal baru 10 detik aku tinggal kok tinggal bekasnya, apa mungkin herder yang menjilatnya, tapi gak mungkin karena aku tau anjing gak mau jilat mani, tanpa sengaja pandanganku mengarah ke kaca lemari Tv LCD tante, dimana tadi aku berpikir tante udah juling, ternyata tidak, ya ampun.. berarti tadi tante melihat semua apa yang aku lakukan melalui pantulan kaca ini, pantas dia mengeluarkan suara seperti dikentot, rupanya dia juga menikmati sexku, dan memberikan kesempatan untuk melihat cd dan paha mulusnya,, lalu aku cepat-cepat ke kamar mandi memakai celana lee, kulihat udah pkl 11.00, karena tante gak nampak-nampak kemudian aku pamit melalui sms.. Dan cepat-cepat pergi karena malu..

Cerita Dewasa Terbaru Birahi Tante Nakal

$
0
0

Cerita Birahi Tante Nakal

Cerita Birahi Tante Nakal (Warisan Keluarga) | Senang rasanya ijin cuti ku di ACC oleh Kepala unit ku. Sehingga aku bisa liburan bersama suami ku. Sesuai rencana kami ingin pulang ke kampung halaman Mas Diky suami ku.* Kebetulan juga Tony, anak ku semata wayang yang masih sekolah dasar juga libur sekolah, jadi bisa agak lama disana. Hari itu kami sekeluarga berangkat. Setelah 6 jam perjalanan kami tiba dirumah orang tua suami ku. Disana hanya tinggal Bapak dan adik perempuan suami ku beserta suaminya. Bapak suami ku seorang mantan Kades. walaupun cuma Kades, namun disana beliau sangat dihormati. Mbah Marno, begitu orang menyebutnya. Usianya sudah 64 tahun, sejak istrinya meninggal beliau hanya tinggal bersama si Dewi.

“Mbak Maya, kangen lama gak ketemu”, sapa Dewi pada ku sambil memeluk ku.
“Bener juga wi, lama gak pulang, kang mas mu sibuk terus”, jawab ku.
“Bagas sudah besar ya, kelas berapa?”,
“Kelas 5 tante”, jawab anak ku.
“Anak mu mana wi?”, tanya ku.
“Sedang bobok Mbak didalam”.

“Suami mu mana wi?”, tanya suami ku.
“Sedang di sawah mas, tadi ngirim kopi buat yang garap sawah, ayo masuk dulu terus makan”, tambah Dewi.

Nardi, Suami Dewi bekerja di Puskesmas desa, menjadi pekerja kesehatan. Dewi punya anak perempuan, Dian namanya. Baru berusia 10 bulan. Kami berkumpul bersama keluarga suami ku. Senang rasanya setelah lama tidak ketemu. Sore semakin ramai karena banyak saudara yang datang karena lama tidak bertemu dengan suami ku. Hilir mudik sanak saudara datang sampai malam. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku mengantar Tony tidur lalu berjalan menuju kamar ku. Ketika aku melewati kamar Dewi terdengar suara orang berbicara. Kebetulan pintu agak sedikit terbuka jadi terlihat ada orang didalam. Ternyata Nardi sedang berhubungan intim dengan Dewi.
“Masss pelan-pelan nanti ada yang dengar”, bisik Dewi.
“Udah pada tidur”, jawab Nardi singkat sambil men-doggy Dewi.
Namun yang membuat ku kaget, Dewi disodok dari belakang sambil tetap menyusui anak bayinya. Sehingga susu Dewi terlihat bergoyang-goyang, sesekali air susu Dewi muncrat keluar. Melihat pemandangan itu membuat ku jadi panas dingin.

“Ahhhh masss, enaaakkk”, desah Dewi.
“Goyang terus dik, mas mau keluarrr”,
“Aakuuhhhh kellluuaaarrrr masssss”, Dewi mencapai orgasmenya.
Tangan Nardi meremas kuat-kuat payudara Dewi yang bulat penuh sehingga air susunya muncrat tidak karuan.
“Crooootttt croooootttt crooooootttttt”, pejuh Nardi membanjiri rahim Dewi.
“Puass dikk”, kata Nardi.

Ketika dicabut dari rahim Dewi terlihat penis Nardi begitu mengkilap dan tetap tegak berdiri. Tidak terlalu panjang , namun cukup besar. Penis Nardi kemudian dikulum oleh Dewi penuh nikmat.

Aku cepat-cepat meninggalkan tempat itu lalu menuju kamar ku. Setibanya di kamar aku tak berani bercerita dengan suami ku. Sebenernya aku bener-bener pengen namun suami ku sudah tertidur karena kecapekan.
Sudah kucoba untuk memejamkan mata, namun tetap tak bisa tidur. Terbayang terus oleh kupenis gemuk punya Nardi. Kemudian aku keluar kamar menuju kamar mandi. Ketika melintas didepan kamar Dewi suasana begitu sepi hanya terlihat si kecil sedang tidur. Aku melanjutkan langkah ku menuju kamar mandi.

Betapa terkejutnya aku ternyata di dapur Dewi setengah telanjang sedang jongkok sambil mengoral penis Nardi. Nampak wajah Nardi begitu menikmati servis mulut Dewi. Sesekali Nardi menghentakkan pinggulnya sehingga penis nya masuk lebih dalam ke tenggorokan Dewi. Aku semakin ingin ngentot.
Kemudian Nardi membaringkan Dewi diatas meja makan. Kaki Dewi dibuka lebar-lebar, kemudian tanpa ragu Nardi mengoral lubang peranakan Dewi.

Nardi begitu ganas menjilati vagina Dewi. Dewi menggeliat tidak karuan karena geli. Belum selesai sampai disitu, sambil berdiri Nardi langsung menusukkan penisnya ke vagina Dewi.
“Uuhhhhh uuhhh uuhhh aaahhhh”, suara desahan Dewi.
“Terus dik, jepit kontol ku”, kata Nardi.
“Sogok tempik ku yang dalam mas”,
“Aahg enak dikkk tempik mu”.

Setelah beberapa saat menggenjot Dewi, Nardi duduk di kursi makan dan Dewi duduk dipangkuan menghadap ke arah suaminya. Dewi begitu liar menggenjot Nardi. Payudara Dewi bergoyang naik turun, tangan Dewi mengarahkan payudaranya agar disedot oleh suaminya.
“Kenyotin masss”, perintah Dewi.
“Ssrrruuuppptt ssrruuupptt ssruuuuppt”, suara Nardi menyusu pada istrinya.
Vagina ku sendiri sudah becek, karena sedari tadi sudah ku kocok dengan tangan ku.
“Akuhhhh keluaaarrrr”, desah Dewi.
“Akuuu jugaa mau keluaaarrr dikk”,
“Croooott crooooot croooooootttt crooooottt”, pejuh Nardi dan Dewi bercampur dalam rahim Dewi.
Rasanya badan ku begitu lemas setelah masturbasi dan orgasme berkali-kali. Aku bergegas menuju kamar ku untuk tidur.

Pagi menjelang, aku membantu Dewi menyiapkan sarapan. Setelah sarapan semua melanjutkan aktifitas. Nardi pergi bekerja, suami ku dan Tony pergi memancing di sungai. Aku dirumah bersama Dewi dan Bapak.

Seharian penuh aku mengobrol bersama Bapak, Dewi sibuk mengurus si kecil. Aku tau Bapak mertua ku memang menyukai barang antik dan benda-benda kuno. Dari jam dinding, uang koin, batu akik, dan juga keris.

Pernah aku bertanya dengan suami ku namun dia hanya santai saja, katanya Bapak memang suka koleksi benda-benda antik. Selain itu katanya buat kewibawaan dan pengasihan.

“Bapak mau minum kopi?”, tanya ku.
“Iya boleh, jangan pakai gula”, jawabnya singkat sambil sedari tadi menggosok koleksi koin-koin antiknya.
Aku bergegas ke dapur untuk membuat kopi. Kami mengobrol kesana kemari. Bapak juga bercerita tentang sejarah benda-benda koleksinya. Aku yang semula malas, jadi antusias karena Bapak begitu menggebu-gebu bercerita.

“Mbak nanti sore aku mau pergi ke rumah Mas Nardi, ibu sakit”, kata Dewi.
“Iya wi gak apa-apa, Bapak aku yang ngurus, kangmas mu betah ya kalo sudah mancing”,
“Emang gitu mbak, dia suka mancing”,
“Tony juga ketularan hobinya”, jawab ku lagi.

Sore itu Nardi, Dewi beserta anaknya pergi ke rumah orang tua Nardi. Tidak jauh hanya beda kecamatan. Suami ku dan Tony belum pulang padahal hari sudah mulai gelap, mendung pula. Aku coba untuk menelpon suami ku.

“Halo, mas pulang, inget waktu”, bentak ku.
“Iya mah, ini udah hujan, aku mampir ke rumah Lik Mono”, jawab suami ku.
“Tuh kan, tadi gak mau bawa jas ujan”,
“Nanti kalo reda langsung pulang”.

Hati ku masih agak marah, karena seharian ditinggal suami dan anak ku. Aku menuju ruang tengah untuk menonton tv. Tiba-tiba hujan turun sangat deras. Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 18.30.

“Diky belum pulang May?”, tanya Bapak.
“Belum Pak, mampir di rumah Lik Mono”,
“Ooh yasudah, ndak apa, biar diurusi Mono”, jawab Bapak.

Tiba-tiba badan ku terasa panas-dingin. Apa mungkin gara-gara hujan, pikir ku. Aku mencoba bangkit dari kursi namun berat sekali. Rasanya tidak karuan, dari ujung kaki sampai kepala.

“Kenapa nduk”, tanya Bapak.
“Badan Maya lemes Pak, gak enak”,
“Lemes kenapa, semalam saja kamu kuat keluar berkali-kali”, kata Bapak.
“Maksud Bapak?”, jawab ku kaget.
“Kamu semalam liat Nardi main sama Dewi kan?”,
“Enggak Pak”, jawab ku takut.
“Udah tenang saja, Bapak sudah tau”.

Tiba-tiba bapak mengeluarkan dua buah cincin lengkap dengan batu akik. Bentuknya cukup aneh, yang satu berwarna hitam seperti kopi, ditengahnya ada lubangnya. Sedangkan yang satu lagi berwarna cokelat berlapis-lapis. Lebih anehnya lagi batu cincin itu memiliki dua buah puncak. Jadi bentuknya mirip payudara wanita.

Badan ku makin tidak karuan, saat Bapak meniup batu cincin yang berlubang itu. Rasanya seperti dialiri listrik, menjalar ke seluruh tubuh.

“Yen ora bisa nyancang atine, nyancango dalane si jabang bayi”, kata bapak sambil meniup lagi lubang batu itu.

“Aahhhh pakkkk sudaaaaahhhhh”, rasanya ada yang mau keluar dari vagina ku.
“Nikmati saja nduk, nanti kamu suka”, jawab bapak.

Aku mencoba bangkit dari kursi namun tak bisa. Seolah-olah raga ku terikat di kursi itu. Kemudian Bapak mengosok-gosok batu yang berbentuk seperti payudara itu. Digosoknya dengan perlahan namun terus-menerus.
“Aduuhhh paaakkk susuuuuu kuuuuhhhh”, payudara ku serasa ada yang meremas-remas.
“Enak kan nduk, coba tadi kamu buka baju pasti lebih enak”, jawab bapak sambil menggosok batu itu lagi.
“Sudah pakkkk, suddaaaaaahhhhhhh”,
“Kalo begini gimana?”, jawab bapak lagi sambil meniup lubang cincin yang satu.

“Aaaaaarrrrggghhhhhhhhh keluaaarrrrr”, aku orgasme tanpa tau apa sebabnya.
Sungguh kombinasi yang sempurna, vagina ku serasa diobok-obok dan payudara ku seperti di remas-remas.

“Lagi ya nduk, ini belum seberapa”,
“Sudah pakkk, Maya lemesss”, aku memelas.
Kali ini kedua buah batu itu disejajarkan lalu dijilati oleh bapak.

“Aaaaaarrrrrggghhhh aaaaaaaahhhhhhhh paaakkkkkkkk sudaaaahhhh”, rasanya vagina dan payudara ku seperti digarap secara bersamaan.
Puting susu ku serasa disedot-sedot sedangkan vagina ku seperti dijilati.

“Maayyyaaaaaaaaa keluaaaarrrrrr lagihhhhhhh pakkkkkhhhhgg”, aku orgasme lagi. Celana ku sudah becek tidak karuan.

“Sekarang ikut ke kamar Bapak”, perintahnya.
Aku tak bisa menjawab, namun anehnya badan ku mengikuti perintah bapak. Didalam kamar sudah ada banyak sesaji lengkap dengan dupa dan air kembang.

“Sekarang buka semua pakaian mu”,
Aku pun melepas semua pakaian ku. Bapak juga melepas pakaiannya. Hanya meninggalkan celana pendeknya. Aku disuruh tiduran di ranjang, sedangkan bapak berdiri disamping.
“Susu mu besar juga nduk, pentil mu sudah ngaceng itu”, kata bapak.

Bapak membaca mantra-mantra lagi lalu menggosok dan meniup batu cincinnya.
“Aduuuhhhhh paaaaaakkkkk sudahhhhhhh”, aku menggeliat-geliat tidak karuan. Terlihat puting susu ku seperti ditarik-tarik, kadang seperti dipelintir.
Sedangkan liang peranakan ku berkecipak seperti diobok-obok. Aku orgasme berkali-kali namun bapak tak kunjung puas.

“Nduk buka celana bapak”.
Aku pun menurutinya, kemudian terkulailah sebuah penis yang besar. Ujung penis itu merah dan sungguh berotot.
“Cuci dengan air kembang itu”.

Ku turuti perintah bapak, ku ambil air kembang itu dan ku basuh pada penis bapak yang mulai mengeras.
“Hisap nduk, sedot”, perintahnya lagi.

Penis itu ku masukan dalam mulut, besar sehingga membuatku susah untuk meng-oralnya.
“Enaaakk nduuukkk, sedot lagi”, kata bapak.

Setelah itu bapak tidur terlentang diranjang lalu aku diminta naik keatasnya. Penis bapak menghujam ke vagina ku, namun sulit untuk masuk. Walaupun aku pernah melahirkan, liang kewanitaan ku tetap ku rawat.
“Aaaahhhh paakkk sakitttt”,
“Tahan sebentar”, bapak mendorong pinggulnya.
“Aaaaahhhhhhhh”, masuklah penis besar itu.
“Genjot nduk”,

“Aahhhh aaahhhhh ahhhhhh”, aku menggoyangkan pinggulku.
Bapak begitu menikmati servis ku. Aku makin ganas menggenjot bapak. Aku lupa diri, hubungan tidak lazim ini telah ku lakukan, antara mertua dan menantu.

Sekarang bapak mendorong ku, memposisikan ku menungging.
“Pelan paaakkk, gak muaaat”, kata ku.
“Apa yang gak muat?”,
“Vagina ku paaaakkkk, besarrrrr”,
“Apa yang besar”, bentak bapak lagi.
“Kontollll paakkkkk”, jawab ku.

Bapak terus menggenjot ku sambil tak henti-hentinya meremasi payudara ku. Sesekali ia, mengenyot puting susu ku dengan ganas.

“Paaaakkkk Mayaaa keluaaarrrr”, aku orgasme lagi.
“Crooooot croootttt croooott”, pejuh bapak memenuhi vagina ku.
“Nduk terimaa benihhh kuuu”, desah bapak.

Aku terkulai dalam pelukan bapak. Bapak membelai-belai rambut ku. Kami tiduran diranjang karena lelah.
“Kamu puas nduk?”, tanya bapak.
“Puass pak, capek”, jawab ku.
“Kamu ternyata binal juga”, kata bapak sambil meremasi buah dada ku.
“Bapak juga perkasa”.

Bapak lalu bangkit dan membuka almari tua nya. Dia mengambil sebuah kotak kayu, kemudian mengambil isinya. Bapak memberiku sebuah benda kuno, berbentuk seperti bunga Kantil. Terbuat dari emas tua.
“Ini buat kamu nduk, buat pengasihan, kamu bisa meluluhkan hati lawan mu, baik pria maupun wanita”, kata bapak.
“Iya pak”, aku mengangguk.
“Suami mu juga sudah bapak kasih, buat jaga diri dan wibawa”, tambah bapak lagi.

Bapak mengambil lagi sebuah batu kecil berwarna merah darah. Dia menyuruh ku duduk mengangkang lalu menempelkan batu itu dibibir vagina ku. Batu itu bergerak masuk kedalam.
“Lhooh pakk masukk sendiri”, aku panik.

“Ini aku titip khusus buat cucu ku Tony, biar dia yang ngambil, caranya seperti tadi, kamu ingat kan?”, kata bapak.

Aku hanya melongo kaget dan tak bisa menjawab.
“Apa pak, Tony?”.

Cerita Birahi Tante Nakal: Warisan Keluarga Bagian II

Sudah tiga tahun berlalu namun aku masih terngiang pesan bapak tentang warisan buat Tony anak ku. Bagaimana mungkin aku melalukan ritual itu dengannya. Dia masih kecil, dan lebih parahnya dia anak kandung juga. Mungkin aku harus menunggunya sampai memasuki usia dewasa.

Mustika Kantil pemberian bapak selalu aku bawa kemanapun aku pergi. Aku juga rajin merawatnya dengan mencucinya dengan air kembang mawar. Anehnya mustika itu selalu mengeluarkan aroma wangi khas bunga kantil. Ternyata memang banyak manfaatnya. Banyak urusan kantor yang bisa terselesaikan. Masalah penagihan hutang piutang pun lancar. Sehingga aku mudah naik jabatan. Suami ku juga makin sayang dengan ku.

Pernah suatu malam aku pernah bermimpi ditemui oleh seorang anak perempuan mungkin usianya baru 15 tahun. Memakai kain jarik coklat dan rambutnya terurai panjang. Dia duduk ditepi sebuah sungai, kakinya menjuntai di air.* Dia selalu memberi tau jika ada yang berniat jahat pada ku.

Keesokan harinya aku kedatangan tamu dari divisi pemasaran. Orang itu bernama Pak Warsidi. Dia tidak begitu suka dengan ku karena aku terus naik jabatan. Siang itu dia masuk ke ruang kerja ku. Lalu duduk di kursi menghadap ku. Hanya diam dan menatap wajah saya.

“Mbak Maya saya tau tentang mustika pegangan mbak”, kata pak Warsidi.
“Lalu kenapa pak, toh saya tidak mengganggu yang lain”, jawab ku.
“Tapi itu mengganggu saya”,
“Terserah bapak, yang penting saya tidak berniat jahat dengan siapapun”.

Pak Warsidi lalu pergi meninggalkan ruangan ku.

Kemudian pada malam harinya saya mimpi didatangi orang berbadan besar. Badannya hitam, dengan perut buncit dan kepalanya botak. Orang itu hendak memukul saya namun anak perempuan belasan tahun itu menolong aku, sehingga aku selamat.

***
Hari sabtu aku libur, sedangkan suami ku siap-siap mau keluar kota. Anak ku Tony ada acara naik gunung. Kontan aku di rumah sendiri. Sepi rasanya dirumah, aku gunakan untuk bersih-bersih rumah. Jam 9 pagi ada yang mengetuk pintu. Aku keluar untuk membuka pintu. Ternyata Pak Warsidi yang datang.
“Iya pak, ada perlu apa?”, tanya ku ketus.
“Cuma mau ngomong sebentar mbak”, jawabnya.
“Ya sudah ngomong saja”,
“Masuk aja mbak, penting”,
“Iya silahkan duduk”, entah apa yang aku pikirkan malah menyuruh orang itu masuk.

“To the point saja pak”, kata ku lagi.
“Saya punya sesuatu mbak”, kata Pak Warsidi seraya membawa sesuatu berbungkus kain putih.
“Apa ini?”,
“Keris mbak”, dia membuka kain itu.
Seketika tubuh ku terasa panas dingin seperti masuk angin.

“Aduh kenapa ini?”, kata ku kaget.
“Ini buat mengambil mustika mbak”,

“Mbak tau kan mustika yang mbak bawa itu bisa menarik setiap orang”, kata pak Warsidi lagi.
“Aahhhhh badan kuhhhh”,

Pak Warsidi menghunus keris itu dari sarungnya. Warnanya kuning emas, berbentuk seperti dua ekor naga yang ekornya saling melilit. Keris itu diletakkan diatas meja dalam posisi berdiri ujungnya dibawah.

“Kita lihat lebih kuat mana pusaka kita?”, tambah Pak Warsidi.
“Lepaskan saya paaakkkk”, aku memelas.
“Tau gak, mustika bunga kantil mbak itu bisa menarik orang-orang sakti untuk menikmati tubuh sampeyan, saya mau buka aura mbak biar makin banyak yang datang”, kata Pak Warsidi.

Seketika itu suasana menjadi suram, padahal saat itu masih siang hari. Rasanya ruang tamu ku dipenuhi oleh banyak orang. Ada yang berjanggut panjang, ada yang pendek, ada juga orang berbadan gemuk yang pernah menyerang ku.

“Ada apa kamu memanggil ku Di?”, kata seorang tua berjanggut panjang.
“Ini mbah hidangan baru, anak gadis desa”, kata Pak Warsidi.
“Ya sudah kamu yang atur”, kata orang itu lagi.

Aku dibaringkan diatas karpet, baju ku juga sudah lepas semua. Lalu badan ku langsung diserang oleh orang-orang itu.

“Badan mu memang bagus Maya, sudah beranak juga masih kenyal”, kata Pak Warsidi.

“Jangaaan pakkkkk, jangann perkosaa sayaaa”, kata ku.
Badan ku diraba-raba oleh Pak Warsidi. Payudara ku diempotnya habis-habisan. Rasa geli menjalar diseluruh tubuh ku.

“Mbah boleh pinjam raga saya kalau mau coba badan Maya”, kata Paka Warsidi.
“Cukup kamu saja Di”, aku titipkan ke kamu.

Pak Warsidi melanjutkan menikmati tubuh ku, sedangkan orang banyak itu masih berdiri mengelilingi ku.

“Tempik mu rapat juga ternyata, tempik mu bagus buat menghasilkan keturunan, sayangnya anak mu cuma satu”, puji Pak Warsidi sambil mengobok-obok vagina ku.
“Sudahhhhh Pakkkkkkk”,
“Mustika ini memang buat anak mu, jadi biar dia yang ambil”,

“Di ini perempuan yang jaga dia”, kata seorang yang berperut buncit.
Anak gadis itu diseret dan diikat oleh mereka. Gadis yang sering muncul dalam mimpi ku.

Aku langsung diposisikan duduk diatas pangkuan Pak Warsidi. Bibirku dilumatnya habis-habisan. Air liur kami bercampur jadi satu. Payudara ku terus diremas-remas olehnya. Aku dibaringkannya lagi, kaki ku dibuka lebar-lebar lalu vagina ku dijilatinya dengan lahap.

“Aaauuuhhhhhh gelliiiiii”,
Lidah Pak Warsidi liar menjelajahi vagina ku, bahkan menyentuh dinding rahim ku. Dia melepas celananya dan mengeluarkan penisnya yang besar dan berurat. Penis itu terus berkedut-kedut seperti vibrator. Aku disuruh mengempot penis itu.
“Ini sedot dulu Maya”, perintah Pak Warsidi sambil menyodokkan penisnya ke mulut ku.
“Sedot kontol ku Maya”,
“Aaaahhhhgggggggg”, aku tersedak.

Penis itu berkedut-kedut dalam mulut ku. Sesekali dia menghentakkan pinggangnya sehingga dia seperti sedang mengentot mulut ku.
Posisinya ganti lagi, aku dibaringkan dan dia langsung menindih badan ku. Tanpa basa-basi penis besar itu langsung membobol vagina ku.
“Ini rasakan kontol naga”, kata Pak Warsidi.
“Pelan paaakkkk besaaaarrrrr”, kontol itu terus berdenyut-denyut mendesak dinding rahim ku. Rasanya kontol itu masuk begitu dalam, ngilu sampai diujung kepala.

“Aaaahhh aaaaaahhh aaahhhh akuuuhhhhh keluaaaarrrr paaaaakkkk”, aku orgasme.
“Terus Maya enaakkk”.
Sekarang aku ada diatas Pak Warsidi dia senang melihat ekspresi wajah ku. Kini ganti aku yang mengentot lelaki 40 tahun itu.

“Akuuuhhh kelllluuaarrrr lagiiiii”, aku orgasme beruntun.
Posisi diatas membuat ku orgasme berkali-kali. Tiba-tiba Pak Warsidi membalik badan ku dan memposisikan menungging.
“Aku mau coba yang ini”, katanya sambil menusukkan Penis nya di anus ku.
“Jangannnnn disituuuuuu pakkkkkaaaahhhhhhh”, aku tak kuat menahan sakit.
“Uuhhh sempit Maya”,
“Aaaahhhhhhhh sakittttttt”, anus ku serasa robek dientot olehnya, tangannya juga sibuk memainkan klitoris ku.

Setelah puas dengan anus ku dia membalikkan badan ku dan menindih ku. Aku dientotnya habis-habisan. Dia begitu kuat dan perkasa menghajar ku.

“Sekarang aku titip mustika di itil mu, biar kamu makin binal dan satu lagi dirahim mu, besok anak mu yang ambil, biar dia juga dapat ilmu ku”, kata Pak Warsidi.

“Aaahhhh akuuuuuhhh keluaaarrr”, aku orgasme yang sangat dahsyat. Hingga air pejuh ku muncrat-muncrat.
“Crooottt crootttt crrrrrooooottttttt”, pejuh Pak Warsidi keluar didalam rahim ku.

“Terima ini Maya, kamu akan jadi binal”, bersama pejuh Pak Warsidi keluar, ada dua buah batu warna putih besar dan kecil. Yang besar tinggal didalam rahim ku dan yang kecil menempel di kelentit ku kemudian hilang.

“Mbah sekarang lepaskan si Kembang Kantil itu”, kata Pak Warsidi pada makhluk aneh itu.
“Maya sekarang kamu jadi perempuan yang disukai oleh semua orang, bahkan makhluk kasat mata”.
“Ampunn pakkk”, aku menangis.

“Sudah tak apa-apa, kamu pasti menikmatinya nanti”, jawab Pak Warsidi sambil meremasi susu ku.

Lalu suasana jadi makin gelap, aku tidak ingat apa-apa. Aku tertidur dalam keadaan belepotan sperma dan tanpa busana di ruang tamu.

***
“Mah, bangun mah, mamah kenapa tidur disini?”, Tony membangunkan ku.
Aku tak bisa menjawab dan hanya lari menuju kamar ku.

Cerita Birahi Tante Nakal: Warisan Keluarga Bagian III

Aku semakin sering diganggu paranormal nakal dan juga makhluk halus. Ada yang berwujud manusia maupun siluman. Sebenarnya aku mau cerita dengan suami ku namun dia tak kan percaya. Dia pasti mengira aku mengada-ada.

Suatu malam aku mimpi didatangi oleh raja siluman buaya. Dia mau menikahi aku namun aku menolaknya. Kemudian siluman buaya itu memperkosa ku. Didalam mimpi ku itu aku digarapnya habis-habisan. Penisnya keras dan bersisik mirip dengan kulit buaya. Seumur-umur baru kali itu aku mendapatinya. Aku dibuatnya hamil hingga punya anak siluman buaya. Ketika aku terbangun rasanya lelah sekali.

Aku sudah tidak kuat rasanya. Sebenarnya aku ingin minta bantuan mertua ku. Tapi aku masih bingung. Akhirnya ku beranikan diri untuk menelponnya.
“Halo Pak, ini Maya”,
“Iya nduk ada apa?”,
“Maya gak kuat Pak, Maya semakin sering diganggu bangsa halus, Maya harus gimana?”,
“Bapak sudah tau semuanya, besok pas kamu libur ajak anak mu ke kampung, kita cari solusi”,
“Iya pak”. Aku mematikan telpon.

Weekend itu aku ajak Tony ke kampung. Sedangkan suami ku sedang dinas luar kota. Sesampainnya disana langsung ku ceritakan semua pada Bapak mertua ku. Tony anakku belum tau tentang warisan itu.

“Yasudah nduk, kamu istirahat dulu, nanti malam kita ritual lagi”, kata bapak.
“Jangan pak, ada Dewi dan Nardi juga”,
“Bukan disini, nanti malam bapak kasih tau”.
Aku hanya mengangguk menurut.

Jam sepuluh malam aku di ajak bapak keluar. Tony juga ikut, namun hanya diberi tau mau cari obat buat ku. Jalannya gelap dan melalui sawah juga ladang. Akhirnya tiba di tempat yang dituju. Berupa sebuah rumah joglo dari kayu. Didalam nya ada tempat tidur dan beberapa kursi. Tidak ada lampu, penerangan menggunakan lampu minyak.

“Sekarang kalian duduk. Tony kamu tau kalau mamah mu sering diganggu makhluk halus”,
“Tau kek, Tony sering lihat yang keluar masuk kamar mamah, apa lagi kalau papah keluar kota”,
“Nah sekarang kamu tau, obatnya itu ada di kamu, kamu yang bisa ngobati”,
“Maksudnya kek?”,
“Mamah mu dikaruniai lubang peranakan yang istimewa, dia menurunkan anak yang istimewa. Dulu kakek memagarinya dengan mustika yang nantinya bisa kamu ambil. Namun ada orang nakal yang membalik fungsi mustika itu sehingga mamah mu jadi disukai makhluk halus”.
Tony cuma diam mendengar penjelasan mertua ku.
“Sekarang kita mulai ritualnya, Tony kamu duduk di kursi itu, Maya kamu berbaring di dipan”, kata ayah mertua ku.
Segera aku menuruti perintah mertua ku. Aku disuruh membuka semua baju ku dan hanya mengenakan kain jarik sebagai penutup.
Kulihat mertua ku mengambil batu cincin yang dulu dia pakai untuk memaikan ku dan juga sebuah keris berwarna hitam legam. Batu cincin itu pun kembali ditiup oleh mertua ku. Dalam sekali tiup tubuh ku langsung menggeliat-geliat.
“Aaahhhh paaaakkkk gelliiiiii”, kata ku.
“Tahan sebentar nduk, kita ambil dulu pasangan dari Warsidi”.

Batu cincin itu digosok oleh mertua ku secara bersamaan, otomatis aku mendesah tidak karuan. Payudaraku serasa dikenyot-kenyot, sedang vagina ku seperti di kocok-kocok. Aku semakin lupa diri hingga akhirnya kain itu tersingkap. Tony hanya melongo melihat tubuh telanjang ku. Sesekali gunung kembar ku bergoyang membuat Tony menelan ludah melihatnya. Keris itu diletakkan disamping tempat tidur. Kemudian mertua ku melepas pakaiannya dan berdiri disamping ku.

“Nduk disedot dulu senjatanya”, perintah mertua ku sambil menyodorkan penisnya.
“Ssrruuuuupppttt ssrrrruuuppppttt ssrruuuuupppttt”, suara ku mengulum.

Sambil aku servis, mertua ku tak henti-hentinya meremasi payudara ku. Dia memainkan susu ku dengan gemas.
“Besar ya nduk, montok, tapi pentilmu kecil”, puji mertua ku.

Tony semakin tidak tahan, duduknya pun mulai tidak tenang. Kemudian emutan ku pun dilepaskan, ganti payudara ku yang disedot. Tangan mertua ku juga mulai mengobok-obok vagina ku.
“Sudahhh paaaaaakkkkkkk, Mayaaaaa kelluuuuuaaarrrr”, aku orgasme dihadapan anak ku.

“Liat Ton, lobang mamah mu bercahaya, tandanya dia siap digarap”, kata mertua ku. Tanpa menunggu panjang lebar mertua ku langsung menindih tubuh ku. Dibenamkannya penis besarnya di liang peranakan ku.
“Aaaahhhhhh paaaaaakkkkk besaaaaarrrr”,
“Apa yang besarrr nduk?”,
“Kontooolllll muuuuhhh paaaaakkkk”,
“Bilang ke Tony yang jelas”,
“Kontoooolll kakekkk muuuuuhhhh besaaaarrr Ton, maannntaaaabbbb”, aku meracau tak karuan.

Belum sempat bernafas, aku lalu dibaliknya. Aku di garap dari belakang, penisnya mendesak-desak itil ku sehingga aku kegeliaan.
“Mayaaaaa gaaakkkk kuaaaaaatttt aaaaaaaahhhh”, aku orgasme lagi kali ini lebih dahsyat sampai muncrat-muncrat.
“Bapakkk jugaa ndukk”,
“Crrrroooooottttt crrrroooottt crrrrroooooootttttt”, pejuh mertua ku keluar banyak, hingga meleleh keluar.

Aku masih lemas dibuatnya, aku terlentang diatas dipan.
“Tony, sekarang gantian kamu”,
“Apa kek?”, Tony kaget.
“Kamu yang melanjutkan ritualnya, ambil mustika dalam tempik mamah mu”,
“Maya cuci vagina mu dengan air kembang ini”, perintah mertua ku.
Aku menurutinya dan aku panggil Tony untuk mendekati ku. Tanpa menunggu lama, aku buka pakaian anak ku. Aku terkejut karena penis anak ku cukup besar untuk anak usia SMP. Lalu aku hisap kontol anak ku sendiri. Sungguh sensasi luar biasa, bisa menikmati darah daging ku sendiri.
“Ssrrruuuuppttr ssrruuuppttt ssrrruuuppptttt”,
“Aahhhh gellii maaahhhh”,
“Crroooottt croooootttt crrooootttt”, pejuh anak ku keluar banyak.

“Kok sudah keluar sayang, mamah belum”,
“Maaf mah”, Tony hanya menunduk malu.
“Sini mamah tetekin”, ajak ku sambil memeluk anak ku. Dia menyedot payudara ku dengan kuat, seperti kehausan.

“Tony, kamu mau minum air susu mamah mu”, kata mertua ku.
“Mau kek”,
Mertua ku lalu memijit tangan ku dan menggosok cincinnya yang berbentuk bukit kembar itu.
“Aaahhhhh susu kuuuhhh kencennnnggg”,
“Ssrrrooppt ssrooopppt srrooopppttt”, suara Tony menyedot susu ku.

“Enak kan nang?”, tanya mertua ku.
“Enak kek”, Tony makin ganas menyusu.

Setelah itu penis anak ku tegang lagi, bahkan lebih kuat. Langsung ku bimbing penis itu menuju liang kenimatan ku.

“Aaaauuuuhhhh enaaakkk sayangggg”,
“Iya maahhh sempiiittt”,
“Sekarang kamu genjot mamah”,

“Aaaahhh aaaaauuhhhh aauhhhhhh, kamu pinterr sayangggg”, desah ku.
“Mamah juga enakkkk”.
“Sekarang kamu tiduran, biar mamah yang diatas”.
Aku mengambil posisi diatas sehingga Tony bisa menikmati goyangan maut ku. Dia terus menghisap puting susu ku sambil menikmati jepitan vagina ku.

“Aaahhh Tony mau keluarrrr mahhh”,
“Bareng mamahhhhsayangggggg”,

“Aaaahhhhhhhhhhhhhh”,
Croooott crroooooooottt crrroooottttt”, kedua cairan cinta kami bersatu dalam rahim ku.

Ketika aku penis Tony aku cabut keluarlah beberapa mustika. Baik dari Bapak mertua ku maupun dari Warsidi.
“Apa ini kek?”, tanya anak ku.
“Ini semua punya kamu, itu buat menjaga kamu dari bahaya, bisa juga menambahkan aura kewibawaan”, jelas mertua ku.

Kami lalu pulang ke rumah mertua ku. Aku juga sudah lega badan ku tak lagi terasa panas maupun berat. Ketika dijalan Tony sempat berbisik pada ku.
“Mah, Tony nanti minta lagi”.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk padanya.

Cerita Birahi Tante Nakal: Warisan Keluarga Bagian IV

Aku sekarang sudah tidak diganggu makhluk halus lagi. Hati ku jadi lebih tenang sekarang. Hanya saja aku harus melayani dua orang lelaki yang aku sayangi yaitu suami ku dan juga anak ku. Ilmu warisan dari kakeknya sudah diwarisi di usia mudanya. Belum lagi mustika yang dari Pak Warsidi juga sudah dia ambil.

Setiap malam setelah melakukan hububgan dengan suami ku, aku langsung menuju kamar anak ku untuk main dengan nya. Kadang aku sering dibuatnya kecapaian tidak karuan.

“Mah, papah pernah minum susu mamah?”, tanya anak ku sambil menyusu.
“Enggak sayang, yang bisa keluarin susu mamah kan cuma kamu”,
“Apa tak buat keluar terus aja?”,
“Jangan ah”, kata ku sambil memeluk anak ku yang mulai beranjak dewasa.
“Mah besok ada arisan disini ya?”,
“Iya sayang, kenapa?”,
“Gak kok mah, masukin yuk”,
“Sini sayang”, aku bimbing penis anak ku masuk ke lobang ku.

Semakin hari semakin pintar saja dia memanjakan ku. Aku sering dibuatnya kewalahan. Tiga jam lebih disodoknya sampai aku lemas tak berdaya.
***

Bulan ini aku dapat giliran arisan. Tidak banyak anggotanya mungkin sekitar 30an orang. Sebenarnya ini hanya sarana untuk ngumpul dan sharing sesama wanita. Semuanya sudah menikah karena mereka seumuran dengan ku.

Saat sedang ramai-ramainya acara, aku kebelakang untuk mengambil minum. Terdengar suara berbisik dari kamar Tony anak ku.
“Wah besar ya ton”, suara seorang wanita sedang posisi jongkok didepan anak ku.
“Ya segitu tante, coba dipegang”,
“Iihhh anget kedut-kedut”, kata wanita itu.
“Hisap tante”,
“Iya ton hmmmmmnffff”.
Wanita itu ternyata Sasa, teman ku. Dia sedang mengoral penis anak ku. Aku bukannya marah namun malah makin terangsang melihatnya.

“Tony mau susu tante”,
“Ini Ton”, Sasa membuka bajunya dan mengeluarkan bukit indah nya.
“Wah montok tante, pentilnya hitam”,
“Cepat sini diminum, aaahhhhhh pelaaannnn Tonnn”.
Payudara Sasa memang besar dan indah terawat. Walaupun sudah beranak dua tubuhnya masih langsing. Wajahnya yang manis membuatnya makin menggoda. Tony makin ganas mengenyoti buah dada Sasa.
“Jepit disini tante”, Tony mengarahkan penisnya ke belahan dada Sasa.
“Iyaaahhhh enaaakkk”, Sasa menjepit penis Tony, sedangkan Tony memainkan puting Sasa.

“Aaauuhhhh, terus Tony tante suka”, desah Sasa.

Aku buru-buru membawa minum keluar, takut yang lain menunggu. Semua sibuk ngobrol sehingga tidak ada yang menyadari Sasa pergi. Setelah beberapa saat aku ingin masuk untuk mengamati Sasa dan Tony.

Ketika aku kembali masuk, kulihat Sasa sudah naik diatas Tony.
“Aahhhh aahhhh aaaaaahhhh sodok yaaangggg dalaammmmm”, dasah Sasa.
“Enak tantee meki nyaa”,
“Tante mau keluuaaaarrrr aaahhhh aaaaaahhhh”, Sasa orgasme.
“Tony mau keluarr tante”, kata Tony.
“Sini Tonn”, Sasa langsung mengoral penis Tony.
“Crooooot crrooooott ccroootttt”, pejuh Tony nyemprot di mulut Sasa dan kemudian dia telan.
“Enak tante?”,
“Enak banget Ton, makasih ya?”.

Sasa beranjak meninggalkan kamar Tony, aku langsung keluar. Takut ketahuan kalau sedang mengintip dia dan Tony. Setelah arisan aku coba tanya pada Tony apa yang Sasa lakukan dengannya.
“Tante Sasa ngapain di kamarmu?”,
“Nyoba ilmu mah”, jawab anak ku.
“Kok gitu?”,
“Dia bawa pegangan, katanya buat pemikat lawan jenis, eh malah dia yang kepincut sama Tony”,
“Terus kenapa malah main gitu?”,
“Itu yang main bukan tante Sasa tapi pegangannya”,
“Iya uda, jangan diulangi lagi mamah gak suka”,
“Iya mah, Tony janji nggak nakal lagi”, akhirnya anak ku minta maaf dan menyesalinya.
Beberapa hari ini hujan deras mengguyur dari pagi hingga malam. Suasana hening memenuhi malam itu. Aku memang sudah biasa dirumah hanya berdua dengan Tony. Suami ku memang sering keluar kota untuk mencari nafkah.

“Mah ada yang mau datang”, kata Tony.
“Siapa Ton?”, tanya ku.
“Dua orang mah, bawa pusaka pula, ini kuat mah setingkat pusaka kakek”, jelas Tony.

Terdengar suara mengetuk pintu depan. Lalu Tony pergi untuk membukanya.
“Ada perlu apa?”, tanya Tony.
“Nggak sopan namanya berbicara seperti itu dengan orang lebih tua”, kata salah satunya.
“Biarkan kami masuk”, kata yang lain.

Mereka lalu masuk kedalam dan duduk diruang tamu.
“Pak Warsidi…”, kata ku kaget ternyata yang datang Pak Warsidi dan seorang temannya.
“Apa kabar Maya?”, jawab Pak Warsidi.
“Ada perlu apa kesini?”, tanya Tony lagi.
“Nama ku Karjo, aku kesini mau nyoba ilmu kamu anak kecil”, kata teman Warsidi.
“Aku tidak mau, sekarang silahkan pulang”, jawab Tony tegas.
“Kalau kamu tidak mau, berarti aku ambil ibu mu”, kata Warsidi.
“Tidak ada hubungannya dengan mamah”,
“Kami kesini memang mau nantang kamu buat dapatin Maya”, kata Karjo.

Tiba-tiba petir menyambar semakin keras dan hujan makin lebat menguyur. Mereka duduk saling berhadapan dan saling memandang tajam.
“Kamu minggir Di, anak ini lawan ku. Kalau kamu bisa mengalahkan ku ibu mu aku lepaskan, tapi kalau tidak mulut ibu mu harus nyuci pusaka kami”, kata Karjo menantang.
“Aku tidak mau mamah jadi taruhan, kalau berani ayo duel”, kata Tony.
“Kalau kamu tidak mau, aku langsung serang ibu mu”, Warsidi menambahi.
“Kalu kamu diam berarti kamu setuju, kita mulai”, Karjo mengeluarkan keris berwarna hitam dan langsung menghunusnya.
Dia komat-kamit membaca mantra, sedangkan Tony mengeluarkan Batu Mustika Berwarna merah menyala. Aku sendiri juga takut karena aku lah yang jadu taruhannya. Badan mereka bergetar, mata Tony terpejam rapat. Beberapa saat kemudian Tony terpental kebelakang, kursinya seperti terdorong kebelakang. Dia nampak kesakitan setelah jatuh terpental, aku langsung menolongnya.

“Hahahahaha kamu kalah anak kecil, sekarang mulut ibu mu harus nyuci pusaka kami”, kata Karjo.
“Aku tidak rugi mengajak mu kesini Jo”, kata Warsidi.
“Sini Maya, kamu harus nyuci pusaka kami pakai mulut mu, atau anak mu kami serang lagi”, kata Karjo.
“Kalian sungguh jahat beraninya dengan anak kecil”, aku menangis melihatnya.
“Maafin Tony mah”, kata Tony.

Aku langsung menghampiri mereka, terlihat senyum diwajah mereka. Mereka menyuruh ku melepas celana mereka satu persatu. Keluarlah dua penis besar yang sudah tegang menantang. Penis Karjo besar dan panjang juga dipenuhi urat-urat.
“Sini Maya kulum kontol ku”, kata Karjo.
“Hhmmmfftt hhmmmmmffffttt”, aku dijejalinya dengan penisnya hingga ke tenggorokan.
“Aahhh enaaakk bener sedotannyaaaa, benar kata mu Di”,
“Gantian aku Maya, ini kontol naga hahahaha”, Warsidi menarik wajah ku dan menyodokkan Penisnya ke mulut ku.

Mulut ku digarap oleh mereka hingga aku kewalahan meladeni mereka. Satu penis di kulum dan satunya dikocok, begitu seterusnya.
“Aku keluaaaarrr”, teriak Karjo.
“Ccrrroooottt crooooottt crooooottttt”, pejuh Karjo memenuhi mulut ku.

“Gantiannn aku Mayaaa”, kata Warsidi.
“Croooooottt croooooot crooooottttt”, pejuh Warsidi menyemprot dalam mulut ku.

Mulutku dipenuhi sperma mereka. Warsidi membekap mulut ku dan menutup hidungku sehingga aku harus menelan pejuh mereka. Mereka tertawa puas mengerjai mulut ku.

“Kalian sudah puas, sekarang pergi”, bentak ku sambil menangis.
“Jangan begitu Maya, ini baru permulaan”, kata Karjo.
“Kami mau dapat servis tubuh mu”, kata Warsidi.
“Hei nak, kamu masih berani melawan kami, atau ibu mu kamu serahkan secara cuma-cuma”, kata Karjo.
“Aku masih bisa melawan mu”, jawab Tony dengan kesakitan.

Tony langsung berdiri menantang Karjo namun dalam sekali hentak anak ku pun jatuh tersungkur. Aku langsung memeluknya dan membawanya duduk di kursi.
“Maaf mah, Tony nggak kuat melawan mereka”, kata Tony memelas.
“Kamu bukan lawan ku nak hahahaha”, kata Karjo.
“Belajar dulu sana, ibu mu biar kami yang jaga ahahahaha”, kata Warsidi.
“Bawa dia ke kamarnya Di”, kata Karjo.
“Ayo Maya ke kamar”, kata Warsidi sambil menarik ku.

Aku dihempaskan ke ranjang pengantin ku. Mereka langsung menindih ku. Pakaian ku langsung di buka dan seluruh tubuh ku langsung digarap mereka. Tony mengikuti dari belakang hanya bisa diam dan melihat aku digarap dua pria paruh baya itu.

“Jadi ini tubuh lontenya orang pinter Di, bagus juga”, kata Karjo.
“Masih kenceng semua kan Jo”, jawab Warsidi sambil meremasi payudara ku.

“Aku mau yang bawah dulu Di, kamu yang atas”, kata Karjo.
Warsidi melumat bibirku sambil meremasi bukiy kembar ku. Puting ku pun dipelintir-pelintirnya. Vagina ku dijilati oleh Karjo, jari-jarinya pun sibuk mengobok-obok lubang peranakan ku. Klitoris ku tak henti-hentinya dia kocok. Aku tak kuasa mehanan perkosaan itu hingga aku mendesah.
“Aaaaahhhh ahaaaahhhhh aaaaaahhhhhh”,
“Lonte ini keenakan Jo, hajar lagi”,
“Aaaahhhhh sudaaahahhhhhh aaaaakuuhhhhh kellluuaaaarrrr”, aku orgasme dan cairan ku langsung disedot Karjo.
“Wuihhh seger tenan pejuhnya Di”, kata Karjo.

Tanpa ragu-ragu penis besar berotot Karjo langsung dibenamkan dalam vagina ku. Sedangkan Warsidi sibuk menyusu pada payudara ku.
“Pelaaaaaannnn paaaakkkkkk besaaarrrrr”, aku kesakitan.
Karjo tidak peduli dan semakin giat menyodok vagina ku. Klitoris ku ikut tergesek sehingga aku menggeliat dibuatnya.
“Aku mau nyoba yang belakang”, kata Warsidi.
“Jangan paaaaakkkk aaaaahhh”, tanpa menunggu lama anus ku disodok Warsidi.

“Ahhhhhh aaaaahhhhhh aahhhhhhhh aaaahhhhhhhuuuhhhhhh”, aku mendesah sakit bercampur nikmat digarap depan belakang. Posisi Karjo tidur terlentang dan aku berada diatasnya sedangkan Warsidi diatas ku menyodok anus ku. Aku dibuatnya orgasme berkali-kali. Keringat dan cairan kami membasahi ranjang pengantin ku.

“Aku keluaaarrrrr, terimaaaa anakkkk kuuuuu aaahhh”,
“Jangannnn didalammmmmm”, aku memelas.
“Crooooottt crrroooottt crooooottt crooooooootttt”, pejuh Karjo menyemprot di rahim ku. Aku takut karena ini masa suburku dan aku belum suntik KB.
“Gantian aku Jo”, Warsidi ganti menusuk vagina ku.

“Aahhh pelaaannn paakkkk”,
“Enakkk banget jepitaaann mu Maya, ini terimaa jugaaa anakkk kuuu”,
“Jangannn pakkkkk sudahhhhhhh”,
“Croooottt crooooottt crooooottt crooooottt”, pejuh Warsidi juga keluar dalam liang rahim ku bercampur dengan pejuh Karjo.

Tiada puasnya mereka menggarap ku. Aku diperkosa berkali-kali, pejuh mereka dikeluarkan dalam vagina ku dan anus ku. Aku menangis karena takut hamil anak mereka. Sedangkan Tony juga lemas tak berdaya setelah melawan Karjo.

“Terima kasih ya nak, ibu mu enak sekali, besok kita pinjam lagi hahahahaha”, kata Karjo sambil tertawa.

Cerita Birahi Tante Nakal: Warisan Keluarga Bagian V

Setelah digarap Warsidi dan Karjo badan ku benar-benar lemah tak berdaya. Anak ku Tony juga terluka cukup parah. Lalu ku coba menghubungi mertua ku untuk membantu mengobati. Mas Diky suami ku, aku hubungi untuk pulang karena keadaan kami yang sakit cukup parah. Aku ceritakan semua kejadian serangan dari dua orang jahat itu. Suami ku marah besar dan ingin mendatangi Warsidi dan Karjo namun ditahan oleh Bapak nya. Karena memang lebih baik mencari obat dulu untuk ku dan Tony. Perut ku sering mual-mual, aku takut jika harus hamil anak dua orang biadab itu. Akhirnya diputuskan untuk mencari obat di tempat seorang ahlu spiritual.

Aku, Suami ku, Tony, dan mertua ku pun berangkat ke tempat itu. Lokasinya cukup jauh memerlukan waktu berjam-jam untuk menjangkaunya. Tak tau sampai dimana namun seingat ku jalannya seperti pegunungan. Akhirnya sampailah kami disebuah rumah tua. Tempatnya begitu tenang, cocok untuk bersemadi. Kami lalu ditemui oleh seorang pria tua berjanggut panjang kira-kira sebaya dengan mertua ku.

“Permisi Mas Warseno”, kata mertua ku.
“Wah Marno, lama tidak main kemari”, sapa pria tua itu.
“Iya kebetulan lagi banyak keperluan”,
“Sudah pensiun juga masih sibuk saja, mari masuk”.

Kami lalu masuk, mertua ku langsung mengutarakan tujuan kami datang. Mbah Warseno pun menerima kami dengan senang hati. Katanya kami harus segera melalukan ruwatan.

Setelah makan malam kami pun memulai ritual nya. Mbah Seno menyiapkan segala sesaji untuk ritual untuk kami.

“Semua nya harus terbuka, semua harus ikhlas, harus menerima kenyataan. Tidak bisa berlanjut jika ada salah satu dari yang hadir disini menyembunyikan masalah. Untuk masalah persyaratan lain-lain biar nanti saya dan Maya yang urus”, kata Mbah Seno menjelaskan.

“Disini urutannya yaitu mengobati Maya dan Tony terlebih dahulu, baru berlanjut untuk memagari keluarga. Namun sekali lagi harus mau legowo terutama Mas Diky”, tambah Mbah Seno.
“Iya mbah saya mengerti”, jawab suami ku.

Aku diperintahkan untuk duduk bersebelahan dengan Tony. Suami ku dan mertua ku duduk agak jauh.
“Kemarin kamu diserang habis-habisan ya sama orang itu, keluar didalam juga kan?”, tanya Mbah Seno.
“Iya mbah mereka keluar didalam saya”, jawab ku.
“Sekarang kamu buka celana mu dan duduk diatas kain putih ini”.

Setelah aku melepas celana ku, terpampanglah vagina indah ku yang ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus. Mbah Seno membakar kemenyan dan badan ku menjadi agak panas.
“Nak kamu pegangi ibu mu dari belakang”,
“Ya mbah”, Tony memegangi ku dari belakang.

Kemudian Mbah Seno membaca mantra seketika itu pula kaki ku terkangkang vagina ku terasa terbuka. Dari dalam vagina ku seperti ada yang mau keluar.

“Mbaaahh keluuuaaarrrr apaaa iniiiiiihhhh?”, kata ku kaget.
“Tenang saja ini mani orang itu”.

Maka keluarlah cairan putih kental cukup banyak dari rahim ku. Cairan itu bergerak-gerak sendiri seperti punya nyawa.
“Kalo ini dibiarkan, kamu bisa hamil anak Jin, pegangi ibu mu Ton”, jelas Mbah Seno.

Badan ku yang letih lalu di pegang anak ku dari belakang. Cairan putih itu terus mengalir makin lama makin encer. Rasanya klitoris ku seperti ada yang merangsang sehingga membuat ku jadi geli.
“Aahhgggggggggg mbaaaahhhhhh”, aku mendesah.

Setelah selesai aku diminta membersihkan sisa lendir di vagina ku. Pakaian ku pun dibuka diganti menggunakan kain jarik. Aku perhatikan kontol Tony tegang selama memeluk ku tadi. Mungkin dia terangsang melihat vagina ku.

Doa-doa kembali dibacakan, untuk melawan rasa sakit yang kami derita. Selanjutnya aku dan Tony diminta untuk mandi kembang. Suami ku hanya diam saja, dia menunduk selama ritual itu.

“Tony, ini ada pusaka untuk mu, wujudnya Tombak, namanya KYAI TUNGGUL EMAS. Ini bisa kamu gunakan untuk sebagai sarana perlindungan tingkat tinggi. Lalu ini mustika SAWUNG SETA WANA, untuk menambah kejantanan mu”, kata Mbah Seno.
“Kalau cuma keris sekelas punya Karjo itu gak akan mampu melawan tombak ini Ton”.

Anak ku mengangguk tandanya dia paham akan penjelasan Mbah Warseno.

Hari semakin larut malam kami pun menuju kamar tidur masing-masing. Badan ku begitu lelah sehingga aku tertidur. Didalam mimpi aku didatangi Mbah Warseno. Dia menindih ku dan membelai rambut ku.
“Kamu memang cantik nduk, badan kamu memang bagus, pantas saja banyak yang suka”, kata Mbah Seno.

Lalu bibirku dilumatnya habis-habisan, aku sendiri seperti tak bisa menolaknya. Lidah nya liar menjelajahi mulut ku. Liur kami bercampur jadi satu. Tangan nya membuka baju ku, maka keluar lah buah dada indah ku. Bulat terpampang dengan puting mengacung. Dilahapnya payudara ku, Mbah Seno menyusu pada ku. Payudara ku dipijit-pijit olehnya lalu rasanya air susu ku mengalir deras.
“Sruuuuupppppttt sruuuuppppptttttt srrruuuuupppptttt”, Mbah Seno menyusu pada ku.
Sambil terus menyusu, tangan nya mengobok-obok vagina ku.
“Aahhhhhh mbaaahhhh geliiiiii”, aku mendesah.
Kini ganti klitoris ku dijilati olehnya. Sehingga aku blingsatan tak karuan. Posisi kami berubah menjadi 69. Aku kulum kontolnya yang mulai mengeras dan makin besar. Penis gemuk dan berotot.

Tanpa menunggu lama aku lalu di tindih nya. Penisnya merangsek masuk ke vagina ku.
“Aaaahhh tempikkk ku mbaaahhhhhh”,
“Jepitan mu yahuddd nduk, susu mu juga enakk”.

Aku digenjotnya dengan kuat. Makin lama makin cepat digenjotnya. Jari tangan Mbah Seno mengelitik liang anus ku, membuat ku menggeliat keenakan.
“Mayaaahhh keluaaaarrrrr mbaaahhh”, aku orgasme.
Mbah Seno membiarkan aku menikmati orgasme. Baru kemudian aku digenjot lagi. Aku benar-benar dimanjakannya. Ketika aku akan mencapai orgasme kedua ku penisnya dicabut dari lobang ku.
“Mbah kokk dicabutt?”,
“Kamu emut saja inih”, Mbah Seno menyodok kan penis itu ke mulut ku.

“Crooottt crooooott croooootttt”, pejuhnya keluar dalam mulutku.

“Kamu sudah aku jadikan istri ku. Kalau kamu mau lebih, kamu bisa nyari aku Maya”, suara Mbah Seno.

Ketika aku bangun, aku sadar kalau itu mimpi. Namun vagina ku basah dan mulut ku tercium bau sperma. Aku merasa canggung ketika bertemu Mbah Seno untuk pamitan.
Setelah semua selesai kami pun pulang dari rumah Mbah Seno.

Cerita Birahi Tante Nakal: Warisan – Pembalasan Dendam

Pulang dari Mbah Warseno, ilmu Tony jadi tinggi. Bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Dia tidak pernah menunjukkan kemampuannya dengan sembarangan. Hanya saja dia masih dendam dengan Warsidi dan Karjo. Kadang di malam hari aku didatangi Mbah Warseno, entah mimpi atau nyata. Dia minta jatah dari aku. Setidaknya cukup satu lelaki tua saja yang menikmati ku daripada harus melayani makhluk-makhluk kasat mata.

“Mah, Tony mau pergi,” kata anakku.
“Malam-malam mau kemana?”,
“Keluar sebentar”,
“Hati-hati Ton”.

Tony pergi naik motornya, aku coba membuntuti dia dari belakang. Aku menjaga jarak agar dia tidak curiga. Cukup jauh jalannya dan makin masuk ke sebuah perkampungan. Kemudian dia tiba disebuah rumah, ternyata itu rumah Karjo.

Anak ku masuk ke rumah itu dan bercakap-cakap dengan Karjo. Aku mengintip dari luar, melihat apa yang mau dilakukan Tony. Sudah kusiapkan hape untuk menelpon suami atau mertua ku.

“Wah wah si bocah datang kesini, mau apa? Mau nyerahin tubuh ibu mu lagi?”, kata Karjo.
“Aku mau kita tanding lagi”,
“Boleh, ayo, lalu apa taruhannya?”,
“Kalo aku kalah aku turuti semua mau mu, kalo aku menang kamu yang harus turuti mau ku”,
“Ohh begitu, aku mau ibu mu”,
“Boleh saja asal kamu bisa mengalahkan ku” kata Tony lagi.

Lalu Karjo mengambil Keris pusakanya, dia membaca mantra-mantra. Sedangkan Tony mengeluarkan Tombak Kyai Tunggul Emas dari Mbah Warseno. Tiba-tiba Karjo bangkit untuk memukul Tony. Belum sempat menyentuh tubuh Tony, Karjo sudah terjungkal. Karjo terus menyerang Tony dengan kerisnya, namun Tony terus menghindar.
“Kuat juga sekarang kau bocah”, kata Karjo sambil mengusap keringat.
“Sekarang giliran ku untuk menyerang”, kata Tony sambil menghunuskan tombaknya ke arah Karjo.

Seketika itu Karjo seperti dihempaskan ke dinding. Dia terluka parah, sampai muntah darah.
“Bocah sialan”, kata Karjo.
“Sekarang kamu yang kalah, bagaimana?”,
“Apa mau mu?”, bentak Karjo.
“Aku mau istri dan anak gadis mu”,
“Aku tak mau menuruti mau mu”,
“Kalau begitu biar aku yang hajar mereka”.

Tony lalu mendatangi istri Karjo. Wanita itu nampak ketakutan melihat Tony mendatanginya.
“Ampun mas, jangan apa-apakan saya, jangan bunuh saya”, kata istri Karjo.
“Jangan kau ganggu istriku!”, bentak Karjo.
“Sudah kau diam saja, tua!”, Tony ganti membentak.
“Ampun maaasss”.

Anak ku lalu mengambil mustika Sawung Seta Wana miliknya. Setelah melihat mustika itu istri Karjo langsung diam dan menurut.

“Buka baju mu sekarang”, perintah Tony pada istri Karjo.
“Jangan Ton, kasihani dia”, kata Karjo.

Istri Karjo langsung membuka semua pakaiannya. Umurnya mungkin baru masuk 40an, badannya berkulit putih, wajahnya manis. Terlihat payudaranya yang besar agak kendor. Dengan puting hitam mencuat, kontras dengan warna kulitnya. Badan ku ikut panas melihat adegan itu.

“Siapa nama mu?”, tanya Tony.
“Ijah mas”, jawab istri Karjo.
“Susu mu bagus”, kata Tony sambil meremasi payudara Ijah.
“Aaahhhh sudahhhh massss”, Ijah malah mendesah.

Karjo ingin melawan namun tak bisa, tubuhnya dibuat kaku oleh Tony.

“Ijah, buka celana ku, hisap kontol ku”,
“Iya maass”, Ijah membuka celana Tony dan langsung mengulum penis anak ku. Mulut Ijah dijejali penis Tony yang makin membesar. Membuatnya susah untuk bernafas. Aku sendiri juga kaget melihat penis Tony.
“Aku mohon, lepaskan istri ku”, Karjo memelas.

Tony menikmati kuluman Ijah sambil meremasi Payudara yang mirip pepaya itu.
“Jo, susu istri mu bagus, kayak pepaya”, kata Tony sambil memelintir puting Ijah.

“Jah, kontol ku enak tidak?”, tanya Tony.
“Enakk massss, gede”, jawab Ijah sambil mengulum kontol Tony.
“Enak mana sama kontol suami mu?”,
“Enaaaakkkk kontoooollll muuuuu masssss”, jawab Ijah sambil mendesah karena klitorisnya di gosok Tony.

Kemudian Ijah dibaringkan diatas sofa. Kakinya dibuka lebar, sehingga vagina nya terpampang jelas.
“Wah jembut mu lebat”, kata anak ku.
“Iyaaahhh”, jawab Ijah.
“Ini aku pasangi mainan buat kamu, dulu Karjo memasang mustika ini di itil ibu ku”, kata Tony sambil menempelkan batu mustika kecil di klitoris Ijah.
“Auuhhhhffffffttt kenapaaahh inii itilll kuuhhhhh gateeeelllll”, desah Ijah.

Ijah lalu bangkit dan menggosok-gosokan vaginanya ke kulit sofa. Jarinya ditusuk-tusuk kan kedalam mengaduk-aduk liang vaginanya.
“Nonok kuuu Gaaatttteeelllllll massssssss”, desah Ijah.
“Gak apa-apa, nanti torok mu jadi makin rapet dan kamu bakal jadi wanita binal. Semua ini seperti yang dilakukan suami mu pada mamah ku”, kata Tony.

Ijah memelas minta segera dientot namun Tony tidak menurutinya.
“Telpon anak perempuan mu suruh pulang, nanti aku entot kamu”, perintah Tony.
“Jangan Jahh”, kata Karjo lemas.
Tanpa menunggu lama Ijah menelpon anaknya.

“Sudah massss dia pulanggg, sekarang entot akuuuu”, kata Ijah.
Tony lalu membaringkan Ijah dan menusukkan penisnya ke liang vagina Ijah.
“Auuhhhhhhh gede massss, enaaakkkk”, desah Ijah.
“Torok mu jadi sempit Jah”,Tony terus menggenjot tubuh Ijah tanpa henti.
“Rasanya tempik ku kayak diaduk-adukkkkk, uhhhhhh akuuuuhhh kelluuuaarrrrrr”, kata Ijah menikmati orgasme.

Ketika sedang mengentot Ijah tiba-tiba anak perempuan Karjo datang. Dia melongo melihat ibunya digenjot Tony. Belum sempat berbicara, dia langsung kena sirep mustika Sawung Seta Wana milik Tony. Anak perempuan itu diam tak bersuara.

“Kemari nduk, siapa namamu?”, tanya Tony.
“Santi mas”, jawab anak perempuan Karjo.
“Umur mu berapa?”,
“Sembilan belas”, jawabnya.
“Lihat ini ibumu keenakan aku genjot”.
Santi terdiam memandang ibunya yang terus mendesah.

Tony lalu menarik gadis itu dan melumat bibirnya yang ranum. Sambil berciuman Tony meremasi bulatan pantatnya.

“Bokongmu semok nduk”, kata Tony pada anak perempuan yang pantasnya jadi kakaknya.
“Buka baju mu biar kita bisa lihat tubuh semok mu”, kata Tony sambil tetap menggenjot Ijah yang sudah mulai lemas.

Santi menuruti dan membuka semua pakaiannya. Badannya masih sekal, padat dan tercium aroma khas wanita. Lagi-lagi Tony melumat bibirnya, lidah mereka saling beradu. Tangan Tony meremasi bulatan payudaranya yang cukup besar. Anak ku begitu suka pada bulatan itu. Sesekali dia melumat puting payudara Santi.
“Susu kuhh gateeelll, sedottt maassss”, desah Santi.
Tony malah menghentikan permainannya pada payudara Santi sehingga dia mengelinjang. Setelah beberapa saat baru di sedotnya lagi. Tangan Tony dengan lembut membelai liang kewanitaan Santi yang ditumbuhi sedikit rambut.

“Sssssssahhhhhhhhhh”, suara Santi mendesis keenakan.
Karjo hanya diam tak bisa berbuat apa-apa melihat anak dan istrinya digarap Tony.

Terdengar bunyi kecipak dari vagina Santi, ternyata Santi sudah orgasme. Tangan Tony yang belepotan cairan Santi di masukkannya dalam mulut Ijah. Dengan penuh nafsu Ijah menjilati jari Tony.
Setelah puas main dengan Ijah dia melepaskan penisnya dari liang Ijah. Wanita itu benar-benar kepayahan dibuatnya. Anak ku lalu mendorong kepala Santi agar melumat kontol nya.
“Sedoti ini nduk”,
“Iyahhh”.

Tony merem melek menikmati lumatan Santi. Anak ku bener-bener kuat, sedari tadi belum orgasme.
“Mas Tony haus?”, tanya Ijah sambil menyodorkan payudaranya yang mirip pepaya.
“Iya sruuupppppttttt sruuupppppptttt”, Tony menyedoti puting Ijah.
“Suami mu emang pinter, susu istrinya disimpen buat aku”, kata Tony sambil tetap menyusu. Bergantian bagian kiri dan kanan sampai habis.

Tony lalu berbaring di karpet dan Santi naik ke atasnya. Penis besar milik Tony langsung menghujam vagina Santi.
“Aaahhhhhhhhhhhhhhhhh”, Santi mendesah dibarengi dengan keluarnya darah perawan Santi.
Anak Karjo makin ganas menggenjoti Tony. Pantatnya bergoyang-goyang, kontol mengebor rahim Santi.
“Jilati telur ku Jah”, perintah Tony.
Ijah lalu menungging dibelakang Santi sambil menjilati zakar Tony. Sesekali klitoris Santi pun dijilati Ijah.
“Akuuu gakkk kuaaattttaaaahhhh”, Santi orgasme luar biasa. Pasrti ini adalah permainan cinta pertama Santi.

Tony menarik Santi hingga posisi menungging. Penisnya diarahkan ke anus Santi. Anak ku menggenjot Santi dari belakang, mirip gaya anjing.
“Liat ini Jo anak mu aku sodok anusnya”,
“Aauuhhhhhhhffffff perihhh masss”.

Anak ku terus menggenjotnya tanpa ampun. Ijah diarahkan untuk menyusu pada Santi. Sehingga anak gadis itu benar-benar kegelian. Entah berapa kali Santi dibuat orgasme.
Kemudian Tony membaringkan Tubuh Santi dan menindihnya. Penisnya kembali menggempur liang rahim Santi.

“Aku mau keluaaarrr, terima anak kuuuhh”, kata Tony.
“Crooooooooottttttttt croooooooooottttt croooooooooooooottttttt”, banyak sekali sperma Tony membanjiri rahim Santi. Sperma Tony meluber keluar dari vagina Santi.
Santi terkapar disamping Tony.
“Jah, telpon Warsidi suruh kemari, biar dia juga menokmati tubuh Santi”, perintah Tony.

Ijah hanya mengangguk dan menurutinya. Setelah beristirahat penis Tony kembali dilumat oleh ijah.

“Nduk, Santi, ambil keris milik bapak mu”, perintah Tony. Santi pun berjalan dan mengambil keris itu.
“Sekarang kamu tiduran”, perintah Tony lagi.
Tony mengaduk-aduk liang rahim Santi, hingga dia kegelian. Lalu gagang keris itu ditempelkan pada bibir vagina Santi. Seketika itu pula keris itu masuk dalam vagina Santi dan hilang.

Warsidi datang tapi tak menyadari keberadaan ku. Begitu masuk rumah Karjo, dia kaget melihat Karjo terkapar, sedangkan Ijah dan Santi berebutan melumati penis Tony.
“Hei Warsidi, apa kabar?”, kata Tony.
“Apa-apaan kamu ini, kurang ajar”.

Dengan Mustika Sawung Seta Wana, Warsidi langsung kena pelet. Seketika itu dia menurut pada Tony.

“Liat itu Di, badannya Santi semok, kamu gak pengen naik?”, tanya Tony.
“Iya mas”, jawab Warsidi.
“Kamu sudah gendeng Di, dia keponakan mu”, bentak Karjo namun Warsidi tak menghiraukan.

Tangan Warsidi langsung memeluk Santi dan melumat bibirnya. Jari-jemari Warsidi dengan lincah memainkan payudara Santi. Setelah puas melumat bibirnya, Warsidi beralih menjilati payudara Santi. Anak gadis itu menggeliat kegelian. Terus disedoti puting payudara Santi.
“Enak kan pentilnya Santi Di”, kata Tony.
“Enak banget mas”, jawab Warsidi.
“Kasih tau Karjo coba”,
“Jo, pentilnya Santi enak tenan!”.

Tanpa diperintah Ijah terus mengulum penis Tony. Sepertinya dia benar-benar nafsu dengan anak ku.

Lalu Santi disuruh jongkok oleh Warsidi dan diarahkan untuk mengulum penisnya. Warsidi merem melek menikmati kuluman bibir Santi.
Belum puas sampai disitu, Warsidi berbaring di karpet dan Santi berbaring terbalik diatasnya. Persisi seperti posisi 69. Dengan ganas mulut Warsidi menjilati vagina Santi. Tak mau kalah dengan pamannya, Santi melumat penis Warsidi. Anak ku sepertinya nafsu melihat adegan itu, dia lalu menarik ke pangkuannya. Tony menggenjot Ijah dalam posisi duduk sambil mengulum puting Ijah.

Warsidi yang sudah bernafsu, langsung menindih tubuh Santi. Penisnya dengan ganas menusuk vagina Santi. Desahan Santi makin menjadi-jadi membuat Warsidi makin nafsu.
“Aku gakkk kuaaaaatttttt”, Santi telah mencapai orgasmenya namun Warsidi tetap menggenjotnya. Suara vagina Santi berkecipak becek.

Sedangkan Tony benar-benar dimanjakan dengan jepitan vagina Ijah.
“Gimana Di, torok Santi?”, tanya Tony.
“Seret mas, sempit”, jawab Warsidi.
“Genjot dia, entoti, kalau perlu hamilin”, kata Tony.

“Aku mau keluaaarrrrr massssssss”, kata Ijah.
“Tahan dulu, kita keluar barengg”, jawab Tony.
“Croooootttt crooooooooooooottttt crooooooooottttttt”, pejuh Tony keluar bercampur dengan cairan orgasme Ijah.

“Semprot torok Santi Di”, teriak Tony.

“Ahhhhhhhh iyaaaaaa”, jawab Warsidi.
“Crooooootttt crooooooootttt croooooooottt”, pejuh Warsidi memenuhi rahim Santi.

“Jleeeeebbbb!”,
Tiba-tiba dari vagina Santi keluar Keris Karjo menusuk dari penis hingga ke perut Warsidi.
“Aaahhhhh matiiiii akkkuuuuuu”, teriak Warsidi.

“Hahahahhahaa mampus kamu Di. Keris dalam torok Santi memang aku buat keluar kalau kena pejuh, apa lagi kalau tak tau mantranya, pasti langsung mati”, kata Tony.

Warsidi pun terkapar bersimbah darah hingga mati.

Tony lalu berbenah pakaian, sepertinya dia mau pulang meninggalkan mereka.
“Santi sekarang kamu servis bapak mu biar bisa ngerasain jepitan tempik mu”, kata Tony sambil tersenyum.
“Iya mas”, jawab Santi sambil menindih Karjo.

“Kurangggg ajaaaaaaarrrrr kau Tonyyyy, sialannnnn”, teriak Karjo.

Cerita Birahi Tante Nakal: Warisan – Santi

“Mas, Santi pengen itu”, kata ku pada Tony.

“Kenapa San, kamu sudah gatel lagi?”,
“Iya Mas, badan ku nggak enak kalo belum kena punya Mas Tony”,
“Sini masuk dulu”,
“Itu di kamar Ibu kok ada suara orang?”,
“Sudah biarkan saja, Mamah lagi ada perlu”.

Memang hati ku sudah ada yang punya, tapi untuk urusan ranjang aku cuma puas sama Mas Tony. Sebenarnya aku sudah dilamar oleh seorang pria, namun aku tak bisa lepas dari Tony. Walaupun Mas Jamal calon suami ku ada dirumah, aku tetap pergi sama Tony. Intinya aku gak bisa jauh dari Tony, walaupun dia lebih muda dari ku.

“Santi, aku mau ngajak kamu pergi”,
“Kemana Mas?”,
“Nanti kamu juga tau”.

Aku diajak Tony masuk ke dalam kamarnya. Aku diperintahkan untuk duduk ditepi ranjang. Tony duduk disamping ku sambil merapal mantra-mantra lalu menggenggam kuat tangan ku.
“Ikuti perintah ku, sekarang pejamkan mata kamu”, perintah Tony.
Dia membaca mantra lagi lalu mengusap-usap perut ku.

Setelah beberapa saat aku merasakan hawa dingin melewati tubuh ku. Makin lama semakin dingin. Tercium bau anyir menusuk hidungku.
“Dingin mas”,
“Jangan buka mata mu sebelum aku perintahkan”, kata Tony lagi.

“Santi bangun, buka mata mu”,
“Ah, dimana ini mas, kenapa gelap disini?”,
“Tenang saja, aku mau ketemu dengan seseorang”.
Saat ku buka mata ku, aku seperti berada didalam goa. Gelap dan lembab. Sayup-sayup terdengar suara tetesan air dari batu.

“Sudah datang ternyata kamu manusia”, terdengar suara seorang pria.
“Kemarilah, aku ada perlu dengan mu”, jawab Tony.
“Mau apa kamu?”,
“Aku bawakan kamu hadiah, mari keluarlah”.

“Siapa itu Mas?”, tanya ku.
“Kamu diam saja dulu San”, jawab Tony seraya meremas payudara ku.
“Uhhh mass geliii”.

Tony tak hanya meremasi payudara ku, bibir ku pun dilumat olehnya. Sesekali tangannya merogoh jauh kedalam liang kewanitaan ku. Klitoris ku pun tak luput dari serangannya.

“Massss sudaaaahhhhhh”, desah ku.
“Hey, apa kamu tak ingin menikmati gadis ini?”, kata Tony.

Tiba-tiba keluarlah makhluk itu. Dari kepala sampai perut wujudnya manusia namun dari perut kebawah bentuknya mirip kadal. Kakinya berbentuk cakar dengan kuku tajam, ekornya panjang bergerigi dengan ujung yang tajam pula. Makhluk itu dikelilingi oleh perempuan-perempuan cantik. Kurang lebih ada sepuluh orang perempuan secantik bidadari. Mereka mengenakan pakaian serba putih. Badan perempuan-perempuan itu bersinar layaknya cahaya.

Makhluk setengah siluman itu membawa sebuah tongkat dengan ujung berlian. Dia mengetukkan tongkat itu ke lantai dan seketika itu suasana berubah menjadi seperti istana. Lantai permadani indah, kursi dan meja indah. Langit-langit yang dihiasi dengan ukiran emas.

“Apa mau mu datang kesini Wongso?”, kata siluman itu.
“Aku hanya ingin memberi mu hadiah ini sebagai persembahan untuk mu”, jawab Tony.
Aku terkejut karena aku akan dijadikan tumbal oleh Tony. Apa maksudnya ini, kenapa Tony dipanggil Wongso.

“Baiklah, aku terima hadiah mu ini hahahahaha, kebetulan aku sudah lama tidak dapat manusia”,
“Ini aku serahkan pada mu”, jawab Tony.
“Kamu boleh menikmati semua hidangan disini dan juga selir-selir ku”, jawab Siluman itu.

“Aku tak mau mas”, kata ku.
“Sudah kamu diam saja, dia tak kan berani macam-macam dengan mu”, kata Tony.

Dengan ekornya yang panjang aku dibelit lalu ditarik ke pelukan makhluk itu.
“Siapa nama mu cah ayu hahhahahahaa?”,
“Sannntiiii”, jawab ku gemetar.
“Kamu boleh memanggil ku Soman hahahaha”.

Aku dilumat habis oleh siluman Soman itu. Lidahnya panjang membelit lidah ku. Liurnya bercampur dengan air liur mulut ku. Tangannya dengan sigap meremasi payudara ku. Pakaian ku kini sudah terlepas seluruhnya. Soman melotot melihat tubuh ku.
“Wah tubuh kamu bagus, pasti kamu belum punya momongan, masih sekel”,
“Ampun tuaaaannnnn”, puting payudara ku dipelintir olehnya.

Aku didudukkan diatas pangkuannya, puting ku kini disedot habis olehnya. Rasa geli merasuk diseluruh tubuh ku.
Kini aku dibaringkan pada lantai karpet. Ganti lobang peranakan ku dijilati olehnya. Lidahnya panjang dan bercabang diujungnya menjelajahi liang rahimku. Aku menggelinjang tak karuan dibuatnya.

“Sudaaahhhh sudaaaaaahhhhhhhh tuaaaaaannnn”, aku tak kuat menahan orgasme. Cairan vagina ku pun disedot olehnya.

“Seger ini Wongso”, kata Soman pada Tony.

Aku melihat ke arah Tony ternyata dia sedang ditemani oleh selir-selir dari Soman. Dia dilayani oleh perempuan-perempuan cantik itu. Tony terus memandang tajam kearah ku yang sedang dicumbui oleh siluman Soman.

Rasanya seperti dihipnotis oleh Soman. Aku menggeliat sejadi-jadinya. Rasanya seluruh badan ku seperti dialiri listrik.

Lalu Soman mengeluarkan batang kejantanan miliknya. Aku terkesima dibuatnya. Bentuknya panjang kekar dan bersisik. Ujungnya runcing seperti kuncup. Ujung penisnya bisa mekar seperti bunga dan mengeluarkan sulur-sulur kecil.

“Uhhh nikmat”, desah Soman menusuk liang rahim ku.
“Aaaahhhhhhhh”, aku mendesah.

Mata ku terpejam menikmati tusukan penis Soman. Sulur-sulur dari penis Soman merangsek masuk kedalam rahim ku. Rasanya sungguh luar biasa. Aku dibuatnya melayang. Klitoris ku seperti dipijit-pijit membuat ku semakin bergoyang.

“Cah ayu, aku perawani kamu untuk kedua kalinya”, kata Soman.

Aku tak dapat menjawab hanya mampu mendesah dan menggoyangkan pinggul ku.
“Ahhhh aaaaaasssssshhhhhhhh”, aku terus dientot oleh Soman.

Penis Soman seperti mekar didalam rahim ku. Membuat ku orgasme berkali-kali. Kemudian aku ditindihnya dan dientotnya lagi. Aku peluk erat-erat tubuh Soman.

“Akuuhhhh keluaaaarrrrrr sssshhhhhhh”, aku orgasme lagi.

“Cah ayu ini terima pejuh ku aahh”,
“Croooottt crooootttt crooooooottttttt”, pejuh Soman kental memenuhi vagina ku.
Aku terkapar lemas setelah digarap oleh Soman. Penis Soman tetap mengacung tegang ketika dicabut. Pejuhnya meluber dari vagina ku.

“Panggil begundal-begundal itu”, perintah Soman pada salah seorang Selirnya.

“Baik Tuan”.

Lalu munculah tiga orang makhluk berwarna hijau. Badannya kerdil, matanya bulat melotot, giginya nampak meringis tajam.
“Ada apa Tuan?”, tanya salah seorang dari mereka.
“Aku bawakan ibu untuk kalian”, kata Soman.
“Buat kami, terima kasih Tuan.
“Cepat kalian garap”, perintah Soman.

“Aku gak mau”, aku berusaha menolak namun tiga makhluk kerdil itu langsung menyergap ku.

Tangan ku dipegang erat oleh mereka. Kedua payudara ku langsung disedot. Mereka berebutan menyusu pada ku.

“Auuhhhh jangannn, sakitttt, jangan digigittttt”, aku berteriak.
“Uhhh enaknyaa”, kata mereka.
“Hey gantian, aku belum nyusu”,

“Sudah jangan berebutan”, kata Soman.

Tiada puasnya mereka menghisapi puting ku. Perih karena gigi mereka tajam bergerigi. Sesekali mereka juga menggigiti pentil susu ku.

“Jangan digigittt, ampunnnnn, Mas Tony tolongggg, pentil ku putus nantiiii”, aku berteriak-teriak.

Tiga makhluk itu makin ganas menggarapnku. Mereka mengeluarkan penis mereka yang sudah tegang. Penis besar dan berotot, tidak sebanding dengan ukuran badan mereka. Salah satu dari mereka menjilati vagina ku. Lidah mereka meliuk-liuk menusuk vagina ku. Satu orang lagi menjilati liang anus ku. Lidahnya dengan lahap menjilati lubang belakang ku. Sedangkan yang satu lagi sibuk menjelajahi bukit kembar dada ku. Digarap tiga orang makhluk aneh ini membuat ku kewalahan.
“Ahhhh jangan dijilatiinnn, jangan anusss kuhhh”.

Aku dipaksa mengulum penis mereka. Penis tegang itu bergantian menjejali mulut ku. Membuat ku makin kewalahan. Setelah puas main dengan mulut ku, mereka menusuk vagina dan anus ku. Tiga lubang ku digarap sekaligus. Ini pengalaman pertama ku.

“Uhhhhhhh aaaaaasssshhhhhhhhhhhhh”, aku mendesah menahan sakit bercampur geli.

Aku menjadi tontonan indah bagi Soman. Sedangkan Tony sedari tadi hanya diam saja. Rasa perih dari tiga lubang utama ku kini berubah menjadi rasa geli nikmat.

Mereka tak hentinya mengentot ku. Tanpa ragu mereka menyemprotkan sperma mereka di ketiga lubang ku. Mulai dari mulut, vagina, dan anus ku penuh dengan sperma mereka.
“Ini telan pejuh ku aaahhh”,
“Crooootttt crooooottt crooooottt”,

“Ini terima anak kuuuuhhh”,
“Aahhhh ini juga pejuh kuuu”,

“Croootttt croooottt crooooooootttttt croooottt”, pejuh mereka membanjiri tubuh ku.

Mereka lalu menghampiri Soman, sedangkan tubuh ku ditinggalkan begitu saja. Tubuh ku lemas terkulai dilantai karpet.

“Ini nikmat sekali Tuan Soman”,
“Iya tubuh perempuan ini benar-benar nikmat”, jawab Soman.

“Wongso hadiah mu ini istimewa sekali”, kata Soman lagi.
“Tentu saja, tapi coba kamu lihat tubuh mu”, jawab Tony.
“Apa maksud mu?”,
“Liat badan mu mulai kaku”, jawab Tony.
“Kamu apakan aku?”,
“Tubuh santi sudah aku pasang keris dan rajah racun, kalian pasti mati”,

“Kurang ajar kamu Wongsooo aahhhh”, Soman muntah darah dan kemudian kaku. Tubuhnya lalu menyusut dan berubah menjadi arca kecil berwarna emas. Selir-selir Soman hanya diam menunduk didepan Tony.
“Sekarang sudah tidak ada lagi Soman, kalian jadi bawahan ku”, jelas Tony.
“Iya Tuan Wongso”, jawab salah seorang selir.

“San, bangun, bersihkan badan mu, ayo kita pulang”, ajak Tony.

“Lalu nasib kami bagaimana”, kata orang kerdil yang tadi memperkosa ku setengah sekarat.
“Kalau kalian mau jadi abdi ku, aku obati kalian”,
“Baik Tuan, kami mau”.
“Kalian bakal jadi abdi Santi”.

Dengan tombak milik Tony, mereka disembuhkan. Tiga makhluk itu lalu mengikuti aku.

“Sudah ayo San, kita pulang, pejamkan mata mu”.

“Bangun San, kita sudah di rumah”, kata Tony.
“Ah iya mas”,
“Sekarang kamu bakal ditemani tiga orang abdi mu San, meraka adalah sejenis jin, akan selalu menuruti dan menjaga mu”,
“Mereka bakal menuruti ku ya Mas?”,
“Tentu saja”.

“Bu Maya, saya punya mainan baru untuk Ibu”, kata ku.

Inilah 10 Manfaat Seks Bagi Pria dan Wanita

$
0
0

Dikutip dari Mirror, yang menyatakan aktivitas seksual memiliki beberapa manfaat. Berikut ini uraian secara lengkapnya!

Inilah 10 Manfaat Seks Bagi Pria dan Wanita

infokami.com – Hasil sebuah penelitian menyatakan kita harus mengalami 200 orgasme dalam 1 tahun, karena orgasme bisa meningkatkan imunitas tubuh manusia.

Setidaknya ada 10 manfaat yang bisa timbul bagi wanita dan pria. Seperti yang dilansir Mirror (4/9/15), aktivitas seksual memiliki beberapa manfaat. Berikut ini uraian secara lengkapnya!

Obat flu

Sering melakukan seks meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita dan membantu melawan batuk atau pilek. Hal ini pernah dibuktikan oleh para peneliti di Wilkes University di Pennsylvania.

Mengurangi stres

Sebuah studi dalam Jurnal Biological Psychology menemukan kedua jenis kelamin bereaksi lebih baik dalam situasi stres jika mereka berhubungan seks malam sebelumnya. Kesenangan menyentuh, mencium, dan memeluk menurunkan tingkat hormon stres kortisol dan meningkatkan hormon “bahagia” di tubuh.

Foto Saat Cewek Orgasme Telanjang bulat

Pendongkrak libido

Semakin sering bercinta, semakin berhasrat. Bagi wanita memiliki seks meningkatkan aliran darah lubrikasi vagina dan elastisitas, yang membuat seks merasa lebih baik.

“Berhubungan akan membuat seks lebih baik dan akan meningkatkan libido Anda” ungkap Lauren Streicher, seorang ahli obstetri dan ginekologi dari Feinberg School of Medicine di Chicago.

Penawar rasa sakit

Penelitian yang dipublikasikan dalam Buletin Eksperimental Biologi dan Kedokteran menyebutkan orgasme dapat mengurangi separuh sensitivitas tubuh terhadap rasa sakit termasuk sakit punggung, migrain, dan arthritis.

Seks meningkatkan kadar endorfin (obat penghilang rasa sakit di tubuh sendiri) di menit ketiga, sehingga jauh lebih cepat daripada pil. Bahkan stimulasi tanpa orgasme dapat memblokir sakit kaki, punggung kronis, nyeri periode dan sakit kepala.

Awet muda

Para ilmuwan di Royal Edinburgh University menemukan pasangan yang berhubungan seks setidaknya empat kali seminggu terlihat 10 tahun lebih muda. Kesenangan bisa melepaskan hormon seperti adrenalin, dopamin, dan norepinefrin yang memberikan Anda cahaya seks.

Melindungi jantung

Pria yang bercinta setidaknya dua kali seminggu 45 persen lebih kecil kemungkinannya untuk terkena penyakit jantung yang mengancam jiwa. Seks teratur membantu menurunkan tekanan darah, yang dapat mengurangi risiko seperti serangan jantung dan stroke.

Membuat tubuh langsing

Dokter di University of Montreal menemukan bercinta 24 menit dapat membakar 104 kalori untuk pria dan 67kalori untuk wanita. Bercinta meningkatkan denyut jantung dan melatih otot-otot lebih efektif daripada berjalan.

Wanita cantik Lagi Orgasme bugil

Melindungi dari kanker

Kehidupan cinta yang aktif dapat mencegah kanker payudara pada pria dan wanita. Sebuah studi Yunani yang dipublikasikan di British Journal of Cancer pada tahun 2000 menemukan pria yang kurang dari enam kali orgasme dalam sebulan berisiko lebih tinggi terserang penyakit kanker.

Sementara sebuah studi 1989 dari perempuan Prancis menemukan mereka yang tanpa pasangan atau yang berhubungan seks kurang dari sekali dalam sebulan, berada pada risiko yang lebih tinggi memiliki kanker payudara.

Memperkuat tulang

Seks dapat membantu pria meningkatkan testosteron dan wanita mempertahankan tingkat estrogen mereka, menjaga kepadatan tulang yang lebih tinggi dan mengurangi risiko penyakit seperti rapuh tulang gangguan osteoporosis.

Membuat tidur nyenyak

Dewan penelitian medis Prancis, Inserm menganggap seks lebih baik daripada menghitung domba. Studi tahun 2012 menemukan tubuh melepaskan zat kimia seperti serotonin setelah orgasme, membantu menjaga pola tidur yang sehat. Mereka juga menemukan pria lebih mungkin untuk merasa mengantuk setelah berhubungan seks.

Inilah 10 Manfaat Seks Bagi Pria dan Wanita


Selingkuh Dengan Ponakan Baru Nikah

$
0
0

Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru – Cerita ini adalah cerita sex terbaru bergambar Ngentot Dengan Jablay Seksi Bertoket Gede Sepanjang Malam, kini ada cerita seks dewasa Selingkuh Hingga ML Dengan Ponakan Yang Baru Menikah, selamat membaca.

FB-Cewek-Bandung-Hot

Keponakanku yang baru menikah tinggal bersamaku karena mereka belum memiliki rumah sendiri. Tidak menjadi masalah bagiku karena aku tinggal sendiri setelah lama bercerai dan aku tidak memiliki anak dari perkawinan yang gagal itu. Sebagai pengantin baru, tentunya keponakanku dan istrinya, Ines, lebih sering menghabiskan waktunya di kamar.

Pernah satu malam, aku mendengar erangan Ines dari kamar mereka. Aku mendekat ke pintu, terdengar Ines mengerang2, “Terus mas, enak mas, terus ……, yah udah keluar ya mas, Ines belum apa2″. Sepertinya Ines tidak terpuaskan dalam ‘pertempuran” itu karena suaminya keok duluan. Beberapa kali aku mendengar lenguhan dan diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Ines.

Suatu sore, sepulang dari kantor, aku lupa membawa kunci rumah. Aku mengetok pintu cukup lama sampai Ines yang membukakan pintu. Aku sudah lama terpesona dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Ines hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15cm di atas lutut.

Paha dan betis yang tidak ditutupi daster itu tampak amat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan toket yang montok itu menyembul di belahan baju, pentilnya membayang di kimononya. Rupanya Ines belum sempat mengenakan bra. Lehernya jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya.

Agaknya Ines sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kon tolku berdiri melihat tubuhnya. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Ines sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kon tolku di gundukan pantatnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas toket montoknya habis-habisan.

“Sori Nes, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya”, kataku. “Udah selesai kok om”, jawabnya. Aku duduk di meja makan. Ines mengambilkan teh buatku dan kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Ines keluar hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan toket yang membusung. Ines tidak mengenakan bra, sehingga kedua pentilnya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Ines beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakangiku, aku menatap tubuhnya dari belakang yang sangat merangsang.

Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem2. kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Ines tidak menyadari bahwa belahan daster di dadanya mempertontonkan toket yang montok kala agak merunduk. kon tolku pun menegang. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex. “Nes, kamu gak puas ya sama suami kamu”, kataku to the point. Ines tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. “Kok om tau sih”, jawabnya lirih. “Om kan pernah denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya mengeluh.

Suami kamu cepet ngecretnya ya”, kataku lagi. “Iya om, si mas cepet banget keluarnya. Ines baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya Ines cuma jadi pemuas napsunya aja”, Ines mulai curhat. Aku hanya mendengarkan curhatannya saja. “Om, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Ines nyiapin makan dulu ya”, katanya mengakhiri pembicaraan seru. “Kirain Ines nawarin mau mandiin”, godaku. “Ih si om, genit”, jawabnya tersipu. “Kalo Ines mau, om gak keberatan lo”, jawabku lagi. Ines tidak menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu aku masuk kamarku dan mandi. kon tolku tegang gak karuan karena pembicaraan seru tadi.

Selesai mandi, aku hanya memakai celana pendek dan kaos, sengaja aku tidak memakai CD. Pengen rasanya malem ini aku ngen totin Ines. Apalagi suaminya sedang tugas keluar kota untuk beberapa hari. kon tolku masih ngaceng berat sehingga kelihatan jelas tercetak di celana pendekku. Ines diam saja melihat ngacengnya kon tolku dari luar celana pendekku. Ketika makan malem, kita ngobrol soal yang lain, Ines berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Kalo Ines tertawa, ingin rasanya kulumat habis-habisan bibirnya. Ingin rasanya kusedot-sedot toket nya dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Ines itu sampai dia menggial-gial keenakan.

Selesai makan, Ines membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, Ines terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika Ines membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Ines membentur rak kayu. “Aduh”, Ines mengerang kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong Ines kekamarnya. Kuletakkan Ines di ranjang. Tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Belahan daster terbuka lebih lebar sehingga aku dapat dengan leluasa melihat kemontokan toketnya.

Nafsuku pun naik. kon tolku semakin tegang. ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Ines berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut. “Pelan om, sakit”, erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Ines, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Ines sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan rumah. Aku semakin melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali.

Kupandangi Ines yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajahnya. Lehernya jenjang. Toketnya yang montok bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya. pentilnya menyembul dari balik dasternya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang besar melebar. Daster tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga CD yang kecil. Terbayang dengan apa yang ada di balik CDya, kon tolku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih terbuka karena daster yang tersingkap. Kuelus betisnya. Kusingkapkan bagian bawah dasternya sampai sebatas perut.

Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari CD yang minim. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih. Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Ines. Kueluskan perlahan ibu jariku di belahan bibir no noknya. kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar. Kemudian aku melepas celana pendekku. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis nya.

Kutempelkan kepala kon tolku yang sudah ngaceng berat di pahanya. Rasa hangat mengalir dari paha Ines ke kepala kon tolku. kugesek-gesekkan kepala kon tol di sepanjang pahanya. kon tolku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat. Nafsuku semakin tinggi. Aku semakin nekad. Kulepaskan daster Ines, Ines terbangun karena ulahku. “Om, Ines mau diapain”, katanya lirih. Aku terkejut dan segera menghentikan aksiku. Aku memandangi tubuh mulus Ines tanpa daster menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi. toket yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilnya berdiri tegak.

“Nes, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau enggak”, kataku perlahan sambil mencium toket nya yang montok. Ines diam saja, matanya terpejam. Hidungku mengendus-endus kedua toket yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku.pentil toket kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika pentil itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku. “Om…”, rintihnya, rupanya tindakanku membangkitkan napsunya juga. Karena sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, Ines diam saja membiarkan aku menjelajahi tubuhnya. kusedot-sedot pentil toketnya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku.

Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajah Ines tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toket harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. kon tolku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli toket dengan bibir, lidah, dan wajahnya, aku terus menggesek-gesekkan kon tol di kulit pahanya yang halus dan licin. Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Ines. perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian.

Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Ines. Sementara gesekan-gesekan kepala kon tolku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yang putih mulus. wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kuendus dan kujilat CD pink itu di bagian belahan bibir no noknya. Ines makin terengah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya menahan kenikmatan yang dirasakannya.

Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuhnya. kon tolku yang tegang kutempelkan di kulit toket Ines. Kepala kon tol kugesek-gesekkan di toket yang montok itu. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala kon tol terus kugesekkan di toketnya, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu. Kuraih kedua belah gumpalan toket Ines yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Ines dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kon tolku kujepit dengan kedua gumpalan toketnya. Kini rasa hangat toket Ines terasa mengalir ke seluruh batang kon tolku.

Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kon tolku di cekikan kedua toket Ines. Kekenyalan daging toket tersebut serasa memijit-mijit batang kon tolku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala kon tolku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kon tolku tersembunyi di jepitan toketnya. Lama-lama gerak maju-mundur kon tolku bertambah cepat, dan kedua toket nya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang kon tolku semakin kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketnya. Ines pun mendesah-desah tertahan, “Ah… hhh… hhh… ah…”

kon tolku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toket Ines. Oleh gerakan maju-mundur kon tolku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua toketnya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang kon tolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kon tolku di dalam jepitan toketnya. Dengan adanya sedikit cairan dari kon tolku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kon tolku dengan toketnya. “Hih… hhh… … Luar biasa enaknya…,” aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafas Ines menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya , yang kadang diseling desahan lewat hidungnya, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahan Ines semakin membuat nafsuku makin memuncak.

Gesekan-gesekan maju-mundurnya kon tolku di jepitan toketnya semakin cepat. kon tolku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang kon tolku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. “Enak sekali, Nes”, erangku tak tertahankan.. Aku menggerakkan maju-mundur kon tolku di jepitan toket Ines dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari kon tol ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Ines. Alis matanya bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu.

Toket sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu membimbing kon tol dan menggesek-gesekkan kepala kon tol dengan gerakan memutar di kulit toketnya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas toket kiri Ines, kon tolku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kon tolku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya.

kucopot CD minimnya. Pinggul yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lobang no noknya. Kedua paha mulus Ines kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan no noknya. Aku pun mengambil posisi agar kon tolku dapat mencapai no nok Ines dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang kon tol, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Ines.

Rasa geli menggelitik kepala kon tolku. kepala kon tolku bergerak menyusuri jembut menuju ke no noknya. Kugesek-gesekkan kepala kon tol ke sekeliling bibir no noknya. Terasa geli dan nikmat. kepala kon tol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang no nok itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan kon tolku sambil terus memasuki lobang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut no nok Ines. Jepitan mulut no nok itu terasa hangat dan enak sekali. Kembali dari mulut Ines keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi. kon tolku semakin tegang.

Sementara dinding mulut no nok Ines terasa semakin basah. Perlahan-lahan kon tolku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan kumasukkan kon tolku ke dalam no nok. Terbenam sudah seluruh batang kon tolku di dalam no nok Ines. Sekujur batang kon tol sekarang dijepit oleh no nok Ines dengan sangat enaknya. secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kon tolku ke dalam no noknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam no nok hanya kepala kon tol saja. Sewaktu masuk seluruh kon tol terbenam di dalam no nok sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kon tolku. Aku terus memasuk-keluarkan kon tolku ke lobang no noknya.

Alis matanya terangkat naik setiap kali kon tolku menusuk masuk no noknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, “Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Aku terus mengocok perlahan-lahan no noknya. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali kukocok secara perlahan no noknya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot no nok pada kon tolku. Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik kon tolku dari no nok Ines. Namun kini tidak seluruhnya, kepala kon tol masih kubiarkan tertanam dalam mulut no noknya. Sementara batang kon tol kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya

Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Ines. Ines mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kon tolku pada dinding mulut no noknya, “Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…”

Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kon tolku ke dalam no nok Ines. Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada no noknya kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur kon tolku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi

keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, “Nes… no nokmu luar biasa… nikmatnya…”

Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kon tolku. Berarti beberapa saat lagi aku akan ngecret. Kucopot kon tolku dari no nok Ines. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar kon tolku mudah mencapai toketnya. Kembali kuraih kedua belah toket montok itu untuk menjepit kon tolku yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kon tolku dapat terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. kon tol kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan toketnya. Cairan no nok Ines yang membasahi kon tolku kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan kon tolku dan kulit toketnya. “Oh… hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, aku merintih-rintih keenakan. Ines juga mendesis-desis keenakan, “Sssh.. sssh… sssh…” Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah. Aku mempercepat maju-mundurnya kon tolku. Aku memperkuat tekananku pada toketnya agar kon tolku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat kon tolku. Rasa hangat menyusup di seluruh kon tolku.

Karena basah oleh cairan no nok, kepala kon tolku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toket Ines. Leher kon tol yang berwarna coklat tua dan helm kon tol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketnya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru kon tolku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat kocokan kon tolku pada toket Ines. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kon tolku di toket montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kon tolku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan kon tol di kempitan toket indah Ines dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar

biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku. “Ines…!” pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak. Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel kon tolku saat menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!

Pejuku menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang Ines. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leher Ines. Peju yang tersisa di dalam kon tolku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan toketnya. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan. “Luar biasa… nes, nikmat sekali tubuhmu…,” aku bergumam. “Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kata Ines lirih. “Gak apa kalo om ngecret didalem Nes”, jawabku.

“Gak apa om, Ines pengen ngerasain kesemprot peju anget. Tapi Ines ngerasa nikmat sekali om, belum pernah Ines ngerasain kenikmatan seperti ini”, katanya lagi. “Ini baru ronde pertama Nes, mau lagi kan ronde kedua”, kataku. “Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabnya. “Kok tadi kamu diem aja Nes”, kataku lagi. “Bingung om, tapi nikmat”, jawabnya sambil tersenyum. “Engh…” Ines menggeliatkan badannya. Aku segera mengelap kon tol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap pejuku yang berleleran di rahang, leher, dan toket Ines. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan pejuku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya. “Mo kemana om”, tanyanya. “Mo ambil minum dulu”, jawabku. “Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua”, katanya. Rupanya Ines sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi.

Aku kembali membawa gelas berisi air putih, kuberikan kepada Ines yang langsung menenggaknya sampe habis. Aku keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas aku memandangi toket indah yang terhampar di depan mataku tersebut. mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke no noknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam jang lebat. Betapa enaknya ngen totin Ines. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya. Mengocok no noknya dengan kon tolku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemprotkan pejuku di dalam no noknya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.

“Ines…,” desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya. Sementara Ines pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku. Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuhnya sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Ines pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketnya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Ines mulai meremas-remas kulit punggungku.

Ines mencopot celanaku.Ines pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuh Ines sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus mendekap tubuhnya sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketnya yang montok menekan ke dadaku. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilnya seolah-olah menggelitiki dadaku. kon tolku terasa hangat dan mengeras. Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Ines, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. kon tolku tergencet perut bawahku dan perut bawah Ines dengan enaknya.

Sementara bibirku bergerak ke arah lehernya.kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku. “Ah… geli… geli…,” desah Ines sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya. Ines pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meremas-remas toket tersebut dengan perasaan gemas.

Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Kugeluti belahan toket Ines, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah toketnya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan toket itu. bibirku bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Kuciumi bukit toket nya, dan kumasukkan pentil toket di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot pentil toket kiri Ines.

Kumainkan pentil di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. “Ah… ah… om… geli…,” Ines mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada pentilnya. “Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…” Aku semakin gemas.

toket Ines itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya pentilnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya. “Ah…om… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” Ines mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.

Sampai akhirnya Ines tidak kuat melayani serangan-serangan awalku. Jari-jari tangan kanan Ines yang mulus dan lembut menangkap kon tolku yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om.. Batang kon tolnya besar ya”, ucapnya. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketnya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kon tolku secara berirama. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kon tolku.

kurengkuh tubuhnyadengan gemasnya. Kukecup kembali daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah toketnya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit toket kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kon tolku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke perutnya. Ines pun menggelinjang ke kiri-kanan.

“Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” Ines merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di toketnya. Akibatnya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kon tolku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan perutnya merasa semakin keenakan. “Ines… enak sekali Ines… sssh… luar biasa… enak sekali…,” aku pun mendesis-desis keenakan.

“Om keenakan ya? Batang kon tol om terasa besar dan keras sekali menekan perut Ines. Wow… kon tol om terasa hangat di kulit perut Ines. tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintih Ines. “Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” Ines semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku. Dia sudah makin liar saja desahannya, rupanya dia sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa aku ini om dari suaminya. “om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali… Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… kon tol om … besar sekali… kuat sekali…”

Ines menarik wajahku mendekat ke wajahnya. bibirnya melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya. Kemudian aku menindihi tubuh Ines. kon tolku terjepit di antara pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kon tolku yang tegang dan keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kon tolku untuk mencari liang no noknya.

Kuputar-putarkan dulu kepala kon tolku di kelebatan jembut disekitar bibir no nok Ines. Ines meraih batang kon tolku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om kon tolnya besar dan keras sekali” katanya sambil mengarahkan kepala kon tolku ke lobang no noknya. kepala kon tolku menyentuh bibir no noknya yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, kon tol kutekankan masuk ke liang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku pun terbenam di dalam no noknya. Aku menghentikan gerak masuk kon tolku.

“Om… teruskan masuk… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” Ines protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kon tolku hanya masuk ke lobang no noknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kon tolku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ines menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! kon tolku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam no nok Ines dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya.

Sementara kulit batang kon tolku bagaikan diplirid oleh bibir no noknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! “Auwww!” pekik Ines. Aku diam sesaat, membiarkan kon tolku tertanam seluruhnya di dalam no nok Ines tanpa bergerak sedikit pun. “Sakit om… ” kata Ines sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya. Aku pun mulai menggerakkan kon tolku keluar-masuk no nok Ines. Aku tidak tahu, apakah kon tolku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang no nok Ines yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kon tolku yang masuk no noknya serasa dipijit-pijit dinding lobang no noknya dengan agak kuatnya.

“Bagaimana Nes, sakit?” tanyaku. “Sssh… enak sekali… enak sekali… kon tol om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang no nok Ines..,” jawabnya. Aku terus memompa no nok Ines dengan kon tolku perlahan-lahan. toketnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku. kon tolku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kon tolku menyentuh suatu daging hangat di dalam no nok Ines. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala kon tol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

aku mengambil kedua kakinya dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kon tolku tidak tercabut dari lobang no noknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ines kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok no noknya perlahan dengan kon tolku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku.

Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kon tolku maju-mundur perlahan di no nok Ines. Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah toketnya. Masih dengan kocokan kon tol perlahan di no noknya, tanganku meremas-remas toket montok Ines. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. pentil itu semakin mengeras, dan bukit toket itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ines pun merintih-rintih keenakan.

Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. “Ah… om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. kon tol om membuat no nok Ines merasa enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar no nok, ya om. Ngecret di dalam saja… ” Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kon tolku di no nok Ines. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat… Terus om, terus… ” Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ines. Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kon tolku di no nok Ines. Terus dan terus. Seluruh bagian kon tolku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh no nok Ines. Mata Ines menjadi merem-melek. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

“Sssh… sssh… Ines… enak sekali… enak sekali no nokmu… enak sekali no nokmu…” “Ya om, Ines juga merasa enak sekali… terusss… terus om, terusss…” Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. “Omi… sssh… sssh… Terus… terus… Ines hampir nyampe…

sedikit lagi… sama-sama ya om…,” Ines jadi mengoceh tanpa kendali. Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau ngecret. Namun aku harus membuatnya nyampe duluan. Sementara kon tolku merasakan no nok Ines bagaikan berdenyut dengan hebatnya. “Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba kurasakan kon tolku dijepit oleh dinding no nok Ines dengan sangat kuatnya. Di dalam no nok, kon tolku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari no nok Ines dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ines meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Ines pun berteriak tanpa kendali: “…keluarrr…!” Mata Ines membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ines kurasakan mengejang.

Aku pun menghentikan genjotanku. kon tolku yang tegang luar biasa kubiarkan tertanam dalam no nok Ines. kon tolku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan no nok Ines. Kulihat mata Ines memejam beberapa saat dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding no noknya pada kon tolku berangsur-angsur melemah, walaupun kon tolku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ines lalu kuletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ines dengan mempertahankan agar kon tolku yang tertanam di dalam no noknya tidak tercabut.

“Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kata Ines dengan mimik wajah penuh kepuasan. kon tolku masih tegang di dalam no noknya. kon tolku masih besar dan keras. Aku kembali mendekap tubuh Ines. kon tolku mulai bergerak keluar-masuk lagi di no nok Ines, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding no nok Ines secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kon tolku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kon tolku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh no nok Ines beberapa saat yang lalu.

“Ahhh… om… langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di no nok Ines.. Sssh…,” Ines mulai mendesis-desis lagi. Bibirku mulai memagut bibir Ines dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas toket Ines serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kon tolku di no noknya. “Sssh… sssh… sssh… enak om, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis Ines. Sambil kembali melumat bibir Ines dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kon tolku di no noknya. Pengaruh adanya cairan di dalam no nok Ines, keluar-masuknya kon tol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Ines tidak henti-hentinya merintih kenikmatan, “Om… ah… ”

kon tolku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari toketnya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ines menyusup ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Ines pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kon tolku ke dalam no nok Ines sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kon tol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk no nok Ines sedalam-dalamnya. kon tolku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding no nok Ines. Sampai di langkah terdalam, mata Ines membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar no nok, kon tol kujaga agar kepalanya tetap tertanam di lobang no nok.

Remasan dinding no nok pada batang kon tolku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir no nok yang mengulum batang kon tolku pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini Ines mendesah, “Hhh…” Aku terus menggenjot no nok Ines dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Ines meremas punggungku kuat-kuat di saat kon tolku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang no noknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kon tolku dan no nok Ines menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Ines:

“Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…” kon tolku terasa empot-empotan luar biasa. “Nes… Enak sekali Nes… no nokmu enak sekali… no nokmu hangat sekali… jepitan no nokmu enak sekali…”

“Om… terus om…,” rintih Ines, “enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kon tolku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kon tolku ke no noknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kon tolku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di kon tol pun semakin menghebat. “Ines… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu. “Om, Ines… mau nyamper lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…”

Tiba-tiba kon tolku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding no nok Ines mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kon tolku terasa disemprot cairan no nok Ines, bersamaan dengan pekikan Ines, “…nyampee…!” Tubuh Ines mengejang dengan mata membeliak-beliak. “Ines…!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ines sekuat-kuatnya. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Pejuku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejuku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding no nok Ines yang terdalam. kon tolku yang terbenam semua di dalam no nok Ines terasa berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya aku dan Ines terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Aku menghabiskan sisa-sisa peju dalam kon tolku. Cret! Cret! Cret! kon tolku menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam no nok Ines. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuh Ines maupun tubuhku tidak mengejang lagi.

Aku menciumi leher mulus Ines dengan lembutnya, sementara tangan Ines mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil ngen totin Ines.

Terpikat Penyanyi Cafe Dan Tubuh Sexynya

$
0
0

Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru – Cerita ini adalah cerita dewasa terbaru bergambar Ngentot Dengan Jablay Seksi Bertoket Gede Sepanjang Malam, kini ada cerita seks mesum Terpikat Penyanyi Cafe Dan Tubuh Sexynya, selamat membaca.

Malam itu aku dinner dengan clientku di sebuah cafe. Sebuah band tampil menghibur pengunjung cafe dengan musik jazz. Lagu “I’m Old Fashioned” dimainkan dengan cukup baik. Aku memperhatikan sang penyanyi. Seorang gadis berusia kira-kira 26 tahun. Suaranya memang sangat jazzy.

Terpikat Dengan Suara Indah Penyanyi Cafe Dan Juga Tubuh Sexynya
Terpikat Dengan Suara Indah Penyanyi Cafe Dan Juga Tubuh Sexynya

Gadis ini wajahnya tidak terlalu cantik. Tingginya kurang lebih 160 cm/55 kg. Tubuhnya padat berisi. Ukuran payudaranya sekitar 36B. Kelebihannya adalah lesung pipitnya. Senyumnya manis dan matanya berbinar indah. Cukup seksi. Apalagi suaranya. Membuat telingaku fresh.

“Para pengunjung sekalian.. Malam ini saya, Felicia bersama band akan menemani anda semua. Jika ada yang ingin bernyanyi bersama saya, mari.. saya persilakan. Atau jika ingin request lagu.. silakan”.

Penyanyi yang ternyata bernama Felicia itu mulai menyapa pengunjung Cafe. Aku hanya tertarik mendengar suaranya. Percakapan dengan client menyita perhatianku. Sampai kemudian telingaku menangkap perubahan cara bermain dari sang keyboardist. Aku melihat ke arah band tersebut dan melihat Felicia ternyata bermain keyboard juga.

Felicia bermain solo keyboard sambil menyanyikan lagu “All of Me”. Lagu Jazz yang sangat sederhana. Aku menikmati semua jenis musik dan berusaha mengerti semua jenis musik. Termasuk jazz yang memang ‘brain music’. Musik cerdas yang membuat otakku berpikir setiap mendengarnya. Felicia ternyata bermain sangat aman. Aku terkesima menemukan seorang penyanyi cafe yang mampu bermain keyboard dengan baik. Tiba-tiba aku menjadi sangat tertarik dengan Felicia. Aku menuliskan request laguku dan memberikannya melalui pelayan cafe tersebut.

“The Boy From Ipanema, please.. And your cellular number. 081xx. From Boy.”, tulisku di kertas request sekaligus menuliskan nomor HP-ku. Aku melanjutkan percakapan dengan clientku dan tak lama kemudian aku mendengar suara Felicia.
“The Boy From Ipanema.. Untuk Mr. Boy..?”

Bahasa tubuh Felicia menunjukkan bahwa dia ingin tahu dimana aku duduk. Aku melambaikan tanganku dan tersenyum ke arahnya. Posisi dudukku tepat di depan band tersebut. Jadi, dengan jelas Felicia bisa melihatku. Kulihat Felicia membalas senyumku. Dia mulai memainkan keyboardnya. Sambil bermain dan bernyanyi, matanya menatapku. Aku pun menatapnya. Untuk menggodanya, aku mengedipkan mataku. Aku kembali berbicara dengan clientku. Tak lama kudengar suara Felicia menghilang dan berganti dengan suara penyanyi pria. Kulihat sekilas Felicia tidak nampak. Tit.. Tit.. Tit.. SMS di HP-ku berbunyi.

“Felicia.” tampak pesan SMS di HP-ku. Wah.. Felicia meresponsku. Segera kutelepon dia.
“Hai.. Aku Boy. Kau dimana, Felicia?”
“Hi Boy. Aku di belakang. Ke kamar mandi. Kenapa ingin tahu HP-ku?”
“Aku tertarik denganmu. Suaramu sexy.. Sesexy penampilanmu” kataku terus terang. Kudengar tawa ringan dari Felicia.
“Rayuan ala Boy, nih?”
“Lho.. Bukan rayuan kok. Tetapi pujian yang pantas buatmu yang memang sexy.. Oh ya, pulang dari cafe jam berapa? Aku antar pulang ya?”
“Jam 24.00. Boleh. Tapi kulihat kau dengan temanmu?”
“Oh.. dia clientku. Sebentar lagi dia pulang kok. Aku hanya mengantarnya sampai parkir mobil. Bagaimana?”
“Okay.. Aku tunggu ya.”
“Okay.. See you soon, sexy..”

Aku melanjutkan sebentar percakapan dengan client dan kemudian mengantarkannya ke tempat parkir mobil. Setelah clientku pulang aku kembali ke cafe. Waktu masih menunjukkan pukul 23.30. Masih 30 menit lagi. Aku kembali duduk dan memesan hot tea. 30 menit aku habiskan dengan memandang Felicia yang menyanyi. Mataku terus menatap matanya sambil sesekali aku tersenyum. Kulihat Felicia dengan percaya diri membalas tatapanku. Gadis ini menarik hingga membuatku ingin mencumbunya.

Dalam perjalanan mengantarkan Felicia pulang, aku sengaja menyalakan AC mobil cukup besar sehingga suhu dalam mobil dingin sekali. Felicia tampak menggigil.

“Boy, AC-nya dikecilin yah?” tangan Felicia sambil meraih tombol AC untuk menaikkan suhu. Tanganku segera menahan tangannya. Kesempatan untuk memegang tangannya.
“Jangan.. Udah dekat rumahmu kan? Aku tidak tahan panas. Suhu segini aku baru bisa. Kalau kamu naikkan, aku tidak tahan..” alasanku.

Aku memang ingin membuat Felicia kedinginan. Kulihat Felicia bisa mengerti. Tangan kiriku masih memegang tangannya. Kuusap perlahan. Felicia diam saja.

“Kugosok ya.. Biar hangat..” kataku datar. Aku memberinya stimuli ringan. Felica tersenyum. Dia tidak menolak.
“Ya.. Boleh. Habis dingin banget. Oh ya, kamu suka jazz juga ya?”
“Hampir semua musik aku suka. Oh ya, baru kali ini aku melihat penyanyi jazz wanita yang bisa bermain keyboard. Mainmu asyik lagi.”
“Haha.. Ini malam pertama aku main keyboard sambil menyanyi.”
“Oh ya? Tapi tidak terlihat canggung. Oh ya, kudengar tadi mainmu banyak memakai scale altered dominant ya?” aku kemudian memainkan tangan kiriku di tangannya seolah-olah aku bermain piano.
“What a Boy! Kamu tahu jazz scale juga? Kamu bisa main piano yah?” Felicia tampak terkejut. Mukanya terlihat penasaran.
“Yah, dulu main klasik. Lalu tertarik jazz. Belum mahir kok.” Aku berhenti di depan rumah Felicia.
“Tinggal dengan siapa?” tanyaku ketika kami masuk ke rumahnya. Ya, aku menerima ajakannya untuk masuk sebentar walaupun ini sudah hampir jam 1 pagi.
“Aku kontrak rumah ini dengan beberapa temanku sesama penyanyi cafe. Lainnya belum pulang semua. Mungkin sekalian kencan dengan pacarnya.”

Felicia masuk kamarnya untuk mengganti baju. Aku tidak mendengar suara pintu kamar dikunci. Wah, kebetulan. Atau Felicia memang memancingku? Aku segera berdiri dan nekat membuka pintu kamarnya. Benar! Felicia berdiri hanya dengan bra dan celana dalam. Di tangannya ada sebuah kaos. Kukira Felicia akan berteriak terkejut atau marah. Ternyata tidak. Dengan santai dia tersenyum.

“Maaf.. Aku mau tanya kamar mandi dimana?” tanyaku mencari alasan. Justru aku yang gugup melihat pemandangan indah di depanku.
“Di kamarku ada kamar mandinya kok. Masuk aja.”

Wah.. Lampu hijau nih. Di kamarnya aku melihat ada sebuah keyboard. Aku tidak jadi ke kamar mandi malah memainkan keyboardnya. Aku memainkan lagu “Body and Soul” sambil menyanyi lembut. Suaraku biasa saja juga permainanku. Tapi aku yakin Felicia akan tertarik. Beberapa kali aku membuat kesalahan yang kusengaja. Aku ingin melihat reaksi Felicia.

“Salah tuh mainnya.” komentar Felicia. Dia ikut bernyanyi.
“Ajarin dong..” kataku.

Dengan segera Felicia mengajariku memainkan keyboardnya. Aku duduk sedangkan Felicia berdiri membelakangiku. Dengan posisi seperti memelukku dari belakang, dia menunjukkan sekilas notasi yang benar. Aku bisa merasakan nafasnya di leherku. Wah.. Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang harus aku lakukan. Aku memalingkan mukaku. Kini mukaku dan Felicia saling bertatapan. Dekat sekali. Tanganku bergerak memeluk pinggangnya. Kalau ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam saja, aku boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus tanganku. Kemudian dia berdiri. Aku ditolak.

“Katanya mau ke kamar mandi?” tanyannya sambil tersenyum. Oh ya.. Aku melupakan alasanku membuka pintu kamarnya.
“Oh ya..” aku berdiri.
Ada rasa sesak di dadaku menerima penolakannya. Tapi aku tak menyerah. Segera kuraih tubuhnya dan kupeluk. Kemudian kuangkat ke kamar mandi!
“Eh.. Eh, apa-apaan ini?” Felicia terkejut. Aku tertawa saja.

Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air! Biarlah. Kalau mau marah ya aku terima saja. Yang jelas aku terus berusaha mendapatkannya. Ternyata Felicia malah tertawa. Dia membalas menyiramku dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku menyandarkannya ke dinding kamar mandi dan menciumnya!

Felicia membalas ciumanku. Bibir kami saling memagut. Sungguh nikmat bercumbu di suhu dingin dan basah kuyup. Bibir kami saling berlomba memberikan kehangatan. Tanganku merain kaosnya dan membukanya. Kemudian bra dan celana pendeknya. Sementara Felicia juga membuka kaos dan celanaku. Kami sama-sama tinggal hanya memakai celana dalam. Sambil terus mencumbunya, tangan kananku meraba, meremas lembut dan merangsang payudaranya. Sementara tangan kiriku meremas bongkahan pantatnya dan sesekali menyelinap ke belahan pantatnya. Dari pantatnya aku bisa meraih vaginanya. Menggosok-gosoknya dengan jariku.

“Agh..” kudengar rintihan Felicia. Nafasnya mulai memburu. Suaranya sexy sekali. Berat dan basah. Perlahan aku merasakan penisku ereksi.
“Egh..” aku menahan nafas ketika kurasakan tangan Felicia menggenggam batang penisku dan meremasnya.

Tak lama dia mengocok penisku hingga membuatku makin terangsang. Tubuh Felicia kuangkat dan kududukkan di bak air. Cukup sulit bercinta di kamar mandi. Licin dan tidak bisa berbaring. Sewaktu Felicia duduk, aku hanya bisa merangsang payudara dan mencumbunya. Sementara pantat dan vaginanya tidak bisa kuraih. Felicia tidak mau duduk. Dia berdiri lagi dan menciumi puting dadaku!

Ternyata enak juga rasanya. Baru kali ini putingku dicium dan dijilat. Felicia cukup aktif. Tangannya tak pernah melepas penisku. Terus dikocok dan diremasnya. Sambil melakukannya, badannya bergoyang-goyang seakan-akan dia sedang menari dan menikmati musik. Merasa terganggu dengan celana dalam, aku melepasnya dan juga melepas celana dalam Felicia. Kami bercumbu kembali. Lidahku menekan lidahnya. Kami saling menjilat dan menghisap.

Rintihan kecil dan desahan nafas kami saling bergantian membuat alunan musik birahi di kamar mandi. Suhu yang dingin membuat kami saling merapat mencari kehangatan. Ada sensasi yang berbeda bercinta ketika dalam keadaan basah. Waktu bercumbu, ada rasa ‘air’ yang membuat ciuman berbeda rasanya dari biasanya.

Aku menyalakan shower dan kemudian di bawah air yang mengucur dari shower, kami semakin hangat merapat dan saling merangsang. Aliran air yang membasahi rambut, wajah dan seluruh tubuh, membuat tubuh kami makin panas. Makin bergairah. Kedua tanganku meraih pantatnya dan kuremas agak keras, sementara bibirku melumat makin ganas bibir Felicia. Sesekali Felicia menggigit bibirku. Perlahan tanganku merayap naik sambil memijat ringan pinggang, punggung dan bahu Felicia. Dari bahasa tubuhnya, Felicia sangat menikmati pijatanku.

“Ogh.. Its nice, Boy.. Och..” Felicia mengerang.

Lidahku mulai menjilati telinganya. Felicia menggelinjang geli. Tangannya ikut meremas pantatku. Aku merasakan payudara Felicia makin tegang. Payudara dan putingnya terlihat begitu seksi. Menantang dengan puting yang menonjol coklat kemerahan.

“Payudaramu seksi sekali, Felicia.. Ingin kumakan rasanya..” candaku sambil tertawa ringan. Felicia memainkan bola matanya dengan genit.
“Makan aja kalo suka..” bisiknya di telingaku.
“Enak lho..” sambungnya sambil menjilat telingaku. Ugh.. Darahku berdesir. Perlahan ujung lidahku mendekati putingnya. Aku menjilatnya persis di ujung putingnya.
“Ergh..” desah Felicia. Caraku menjilatnya lah yang membuatnya mengerang.

Mulai dari ujung lidah sampai akhirnya dengan seluruh lidahku, aku menjilatnya. Kemudian aku menghisapnya dengan lembut, agak kuat dan akhirnya kuat. Tak lama kemudian Felicia kemudian membuka kakinya dan membimbing penisku memasuki vaginanya.
“Ough.. Enak.. Ayo, Boy” Felicia memintaku mulai beraksi.

Penisku perlahan menembus vaginanya. Aku mulai mengocoknya. Maju-mundur, berputar, Sambil bibir kami saling melumat. Aku berusaha keras membuatnya merasakan kenikmatan. Felicia dengan terampil mengikuti tempo kocokanku. Kamu bekerja sama dengan harmonis saling memberi dan mendapatkan kenikmatan. Vaginanya masih rapat sekali. Mirip dengan Ria. Apakah begini rasanya perawan? Entahlah. Aku belum pernah bercinta dengan perawan, kecuali dengan Ria yang selaput daranya tembus oleh jari pacarnya.

“Agh.. Agh..” Felicia mengerang keras. Lama kelamaan suaranya makin keras.
“Come on, Boy.. Fuck me..” ceracaunya.

Rupanya Felicia adalah tipe wanita yang bersuara keras ketika bercinta. Bagiku menyenangkan juga mendengar suaranya. Membuatku terpacu lebih hebat menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku makin cepat. Beberapa saat kemudian aku berhenti. Mengatur nafas dan mengubah posisi kami. Felicia menungging dan aku ‘menyerangnya’ dari belakang. Doggy style. Kulihat payudara Felicia sedikit terayun-ayun. Seksi sekali. Dengan usil jariku meraba anusnya, kemudian memasukkan jariku.

“Hey.. Perih tau!” teriak Felicia. Aku tertawa.
“Sorry.. Kupikir enak rasanya..” Aku menghentikan memasukkan jari ke anusnya tetapi tetap bermain-main di sekitar anusnya hingga membuatnya geli.

Cukup lama kami berpacu dalam birahi. Aku merasakan saat-saat orgasmeku hampir tiba. Aku berusaha keras mengatur ritme dan nafasku.

“Aku mau nyampe, Felicia..”
“Keluarin di dalam aja. Udah lama aku tidak merasakan semburan cairan pria” Aku agak terhenti. Gila, keluarin di dalam. Kalau hamil gimana, pikirku.
“Aman, Boy. Aku ada obat anti hamil kok..” Felicia meyakinkanku. Aku yang tidak yakin. Tapi masa bodoh ah. Dia yang menjamin, kan? Kukocok lagi dengan gencar. Felicia berteriak makin keras.
“Yes.. Aku juga hampir sampe, Boy.. come on.. come on.. oh yeah..”
Saat-saat itu makin dekat.. Aku mengejarnya. Kenikmatan tiada tara. Membuat saraf-saraf penisku kegirangan. Srr.. Srr..
“Aku orgasme. Sesaat kemudian kurasakan tubuh Felicia makin bergetar hebat. Aku berusaha keras menahan ereksiku. Tubuhku terkejang-kejang mengalami puncak kenikmatan.
“Aarrgghh.. Yeeaahh..” Felicia menyusulku orgasme.

Dia menjerit kuat sekali kemudian membalikkan badannya dan memelukku. Kami kemudian bercumbu lagi. Saatnya after orgasm service. Tanganku memijat tubuhnya, memijat kepalanya dan mencumbu hidung, pipi, leher, payudara dan kemudian perutnya. Aku membuatnya kegelian ketika hidungku bermain-main di perutnya. Kemudian kuangkat dia. Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengangkatnya ke tempat tidur, membaringkannya dan kembali menciumnya. Felicia tersenyum puas. Matanya berbinar-binar.

“Thanks Boy.. Sudah lama sekali aku tidak bercinta. Kamu berhasil memuaskanku..”

Pujian yang tulus. Aku tersenyum. Aku merasa belum hebat bercinta. Aku hanya berusaha melayani setiap wanita yang bercinta denganku. Memperhatikan kebutuhannya.
Aku sangat terkejut ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sial, kami tadi lupa mengunci pintu!! Seorang wanita muncul. Aku tidak sempat lagi menutupi tubuh telanjangku.

“Ups.. Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Felicia. Tadi malah sudah mengintip kalian di kamar mandi..” kata wanita itu. Aku kecolongan. Tapi apa boleh buat. Biarkan saja. Kulihat Felicia tertawa.
“Kenalin, dia Gladys. Mbak.. Dia Boy.” aku menganggukkan kepalaku padanya.
“Hi Gladys..” sapaku.

Kemudian aku berdiri. Dengan penis lemas terayun aku mencari kaos dan celana pendek Felicia dan memakainya. Gladys masuk ke kamar. Busyet, ni anak tenang sekali, Pikirku. Sudah jam 2 pagi. Aku harus pulang.

Awal Menjadi Gigolo 2

$
0
0

1349460726llq6

Cerita Dewasa Bergambar Awal Menjadi Gigolo 2 – Kami bertiga tertidur, aku dipeluk sama dua Mbak-Mbak yang asoy itu.
Tetapi tiba-tiba.., “Sari.. Mira.., apa-apaan ini..? Disuruh kerja kok malah tidur. Ayo bangun..!” tiba-tiba suara itu muncul.
Aku terbangun dan melihat wanita cantik yang umurnya mungkin diatas Mbak-Mbak itu. Langsung saja kedua Mbak-Mbak itu berpakaian.
Ketika aku mau berpakaian, “Kamu anak muda.. cepet masuk dan jangan dipakai dulu bajunya.. kamu belum selesai ditest.. ngerti..? Ayo cepet masuk ke ruanganku..!” katanya.
Setelah itu aku masuk ke ruangannya, tante cantik itu pamit ke kamar mandi.

Setelah menunggu sendirian di ruang kerjanya, aku iseng-iseng membuka album foto di depanku. Setelah kubuka, betapa terkejutnya diriku, semua foto disitu membuat batang kejantananku menjadi naik lagi. Ada foto seorang cewek dan cowok telanjang. Aku takut nanti ketahuan, maka langsung kututup album itu. Di ruangan itu terdapat rak-rak audio-video. Setelah kuperiksa, ternyata ada beberapa keping CD dan VCD. Aku curiga dengan dua keping VCD yang tidak ada sampulnya. Maka, langsung saja kumasukkan CD-nya, terus kuputar. Saat muncul opening scene, disitu tertulis, “SEX Intertainment, Ltd”
“Aduh..! Pasti film biru..” pikirku.
Dan ternyata benar, isinya film BF, judulnya “Daun Muda”. Disitu adegan antara cewek seusia tante-tante yang vaginanya dimasuki penis para perjaka muda. Terus ada juga adegan 69, tante-tante itu dengan rakusnya melahap batang kemaluan para cowok-cowok muda.

Awal Menjadi Gigolo 2 – Karena teransang, aku mengelus-elus batangb kejantananku yang sudah tegang. Lalu tiba-tiba terdengar tawa kecil di belakangku. Aku kaget, malu dan salah tingkah, karena tante cantik itu sudah berada di belakangku. Langsung saja kumatikan TV-nya, lalu aku tertunduk malu sambil melihat batang kemaluanku yang mulai mengecil.
“Kamu suka juga ya rupanya. Aduh besar juga ya punyamu. Kamu benar-benar cowok yang masih hijau Sayang..”
Aku tersenyum, dan tidak berani melihat wajahnya.
“Eee.. siapa namanya tadi..?” katanya.
“Sony, tante..” kataku.
“Ooo.., Sony. Sony sayang, kamu udah sering gitu juga kan..?” katanya.
“Eee.. cuman sekali Tante, dengan pacar Sony di kampung.” kataku.
“Satu apa dua.. hayoo ngaku aja dech. Tadi ama pegawai Tante kamu ngeseks juga khan..?” katanya.
“Oh.. ya.. ya.. Sony lupa.. hee.. hee..” jawabku sambil menatapnya.

Tante itu memakai baju ketat, sehingga susunya yang lebih besar dari kedua Mbak tadi seakan memanggilku untuk menyentuhnya. Bagian bawahnya hanya memakai rok super mini, sehingga kedua kaki jenjangnya terlihat begitu putih dan mulus. Kemudian tante cantik itu duduk di sebelahku. “Tante tadi lagi buang air, tapi terus terdengar suara TV masih nyala. Tapi suaranya kok ah.., uh.., ah.., uh. Terus tante intip kamu lagi ngocok punyamu. Kamu nggak tahu ya..?”
“Ya Tante..” kataku.
“Sony sayang, kamu benar-benar ingin jadi model..? Apa sih tujuanmu Sayang..?” tanyanya.
“Sony cuman butuh uang dan pekerjaan, Tante.” kataku.
“Cuman itu, nggak ada yang lain, Sayang..?” katanya.”Ya Tante.. cuman itu.” kataku.
“Kamu mau kalau Tante suruh apa aja..?” katanya lebih mengorek.
“Sony akan nurut ama Tante, asalkan Sony dapat uang, Tante..” kataku.

“Kamu betul-betul cowok lugu Sony sayang.. Tante akan menolong kamu. Kamu mau Tante ajarin sex tingkat tinggi, Sayang..?” katanya.
“Sony akan lakukan apa yang Tante suruh, tapi Sony ingin tahu nama Tante dulu, khan kita belum berkenalan tadi..” kataku.
“Nama lengkap Tante, Juliet atau biasa dipanggil Nyi Ringin Ireng..” katanya.
“Kok namanya aneh Tante.. apa maksudnya nama itu..?” tanyaku.
“Begini Syang, ‘Nyi’ itu ‘cewek dewasa’, terus ‘Ringin’ itu ‘pohon beringin’ atau bisa dimaksudkan ‘hutan’, yang artinya bulu-bulu di tubuh Tante, di ketek, di kemaluan, dan lain-lain.. terus ‘Ireng’ itu ‘hitam’. Kamu khan tahu bulu itu warnanya hitam.. begicu Sony, ngerti khan..?” katanya.
“Sony ngerti Tante. Oh ya, Tante jadi nggak ngajarin Sony ilmu sex tingkat tinggi..?” kataku.
“Tentu Sony sayang. Tante akan tunjukin kebisaan Tante yang telah membuat cowok-cowok di seluruh nusantara ini ketagihan..”

Tangannya memegang kedua pipiku, “Son kamu ganteng dech..”
Lalu kupeluk dia, kucium pipinya, lalu keningnya.
“Ayo Tante.., ajarin Sony, bimbing Sony.., kasih tau Sony harus gimana saja. Tante khan juara dunia sejati. Tante khan udah punya jam terbang banyak. Tunjukin itu dong Tante..!” kataku.
“Sabar Sony sayang.., Tante akan ajarkan bagaimana ngesex dengan benar..” katanya seraya mencium bibirku.
“Ayo peluk Tante, Sony sayang..!”
Lalu aku mengangguk, terus memeluknya dan mengelus rambutnya yang indah itu. Tante Juliet berdiri, dan menghampiri rak audio, terus dia memutar CD lagu-lagu House.

Lalu tante kembali menghampiriku.
“Sony sayang..,” bisiknya.
“Mm.., beri Sony ilmu itu, Tante..!”
Lalu kupeluk Tante Juliet dengan erat.
“Apa yang harus Sony lakukan, Tante..?” kataku.
“Sony pingin merasakan sesuatu yang indah bersama Tante..? Tante juga Sony sayang, Tante ingin merasakan batangmu itu merobek punya Tante.” katanya sedikit bermanja.
“Sony sayang, menurut kamu Tante masih menarik nggak sih..?”
Aku agak bingung dan hanya dapat mengangguk memberi jawaban.
“Sony sayang, ayo cium bibir Tante sayang..!”
Lalu adegan pagutan ke bibir, leher, telinga dan tengkuk mulai kulancarkan. Tubuh Tante Juliet mulai bergetar.

Dengan instingku yang baru saja dipupuk, kuraba puting kirinya perlahan.
“Uhh, ya gitu Sayang, teruskan..!” dengusnya.
Kurasakan debar jantungnya meningkat. Lantas hidungku dan mulutku mulai mengecup bahunya yang terbuka, karena baju atasnya kubuka sedikit. Dia menggeliat.
“Nikmat sekali Sayang.. kamu pinter Son..!” bisiknya sambil matanya tetap terpejam.
Kini kedua tangannya memegangi tanganku. Matanya masih terpejam. Lalu tangan Tante Juliet memegangi tanganku. Sekarang matanya terbuka. Dia tersenyum. Kukecup bibirnya lembut, lalu pipinya, telinganya, dan tengkuknya.

“Apa lagi sekarang, Tante..?” bisikku.
“Ayo ciumi leher Tante yang jenjang ini Sony sayang..!” katanya.
Lalu kucium lehernya, kurasakan debar jantungnya dan bunyi nafasnya yang mengeras. Lalu tangan kirinya diangkat untuk memegangi tengkuknya sendiri. Saat sekilas kutatap bagian ketiaknya, kulihat sesuatu yang luar biasa. Bulu ketiak Tante Juliet ternyata lebat sekali. Aku terkesiap. Wow..! seperti tidak percaya melihat bulu hitam rimbun itu menghiasi bagian bawah lengannya. Kuangkat tangan kanannya. Sama lebatnya. Wow..! Aku belum pernah melihat bulu ketiak selebat itu. Dengan lembut kuraba kedua ketiak itu.

“Nggak pernah dicukur ya Tante..?” kataku penasaran.
“Sony sayang, seorang cewek yang bulu keteknya lebat itu berarti nafsunya tinggi sekali sayang.. Coba kamu rasakan nikmatnya..” katanya.
Lalu kucium ketiak berbulu lebat itu. Wow..! Enak e rek..! Bau asli tubuh aduhai itu menyergap hidungku. Bau alami itu bertambah dengan bulu lebat, sepanjang hampir 6-9 cm. Dari ketiak kanan, aku pindah ke ketiak kiri. Sama, ternyata aroma dan sensasi bulunya yang sebelah kiri dengan yang kanan tidak berbeda. Aku terangsang sekali, sehingga batang kejantananku tambah menegang. Dengan hidung dan mulut di ketiak kirinya, kedua tanganku meraba kedua puting susunya. Keras sekali. Kupegang lembut susunya yang tergantung itu. Kenyal sekali. Nafsuku semakin berkobar.

Awal Menjadi Gigolo 2 – Akhirnya baju atasnya itu kulepas. Dan, wow..! Susunya besar dan kencang, dengan puting mungilnya yang mengeras. Puting itu berwarna kecoklatan.
“Ayo remas susu Tante, Son..!” katanya.
Lalu kuremes pelan kedua susunya.
“Oh yess..! Nikmat Son.., teruskan Sayang..!”
Kuciumi lehernya, tengkuknya, telinganya, bahunya, dan ketiaknya sambil mempermainkan puting dan payudaranya.
“Tante, Sony suka ketek berbulu lebat Tante, tetek dan puting Tante juga, ehm..”
Tante Juliet tersenyum, kupandangi tubuh indah itu yang sekarang tinggal bercelana dalam tipis.

Baru kusadar, di bawah pusarnya tampak segitiga warna hitam. Bentuknya mirip celana dalam, jadi bila tante tidak pakai celana dalam, itu bukanlah masalah, karena bulu-bulu kemaluannya sudah membentuk celana dalam. Itu pasti bulu kemaluannya yang dia bilang seperti hutan beringin. Aku jadi tambah penasaran. Aku tambah begitu bernafsu ingin tahu, dan Tante Juliet rupanya tahu hal itu.
“Sony sayang, kamu pingin liat ‘hutan Kalimantan’-ku yang lain ya..?”
“Biar Sony lihat sendiri ya Tante..?” kataku.
Lalu aku menciumi pusarnya, dan turun ke bawah tanpa membuka celana dalamnya, hingga kurasakan bulu tebal tergesek ke hidungku, hingga jadi geli ingin bersin. Setelah itu kusisipkan jariku ke celana dalamnya. Kurasakan ketebalan bulu kemaluannya yang lebat. Aku tidak tahu dimana klitoris dan labia mayoranya.

“Rasakan Son, pasti kamu tahu, ayo.. do it..!” katanya.
Berkat tuntunannya, jemariku mulai tahu mana yang klitoris, mana yang labia mayora. Jemariku basah sekali karena cairan dari vagina yang berbulu lebat itu. Celana dalam tante jadi basah, sehingga semakin menempel ke vulva, dan bulu lebat itu makin terlihat jelas.
“Ayo sekarang buka CD Tante.. please..! Tante udah nggak tahan nich..!” katanya.
Lalu dipeganginya kepalaku yang setengah plontos, lalu digesek-gesekkan ke celana dalamnya yang basah kuyup dengan aroma yang khas dari vaginanya itu.

“Stop Son.. Tante udah nggak tahan Son..!” katanya.
Tiba-tiba dia melepas celana dalamnya, dan melemparkannya ke lantai. Lalu, wow..! Luar biasa, benar dugaanku.. bulu lebatnya membentuk segitiga seperti celana dalam. Lalu kunaikkan kaki kanannya ke kursi kerjanya. Wah..! Luar biasa. Kelebatan bulu kemaluannya menutupi vulva. Kusibakkan bulu kemaluannya itu, lalu tampaklah vulva yang berwarna agak gelap, kecoklatan, bukan kemerahan, bukan coklat muda. Aku terkesima. Kusibak dan belai bulu kemaluannya yang sedikit basah itu. Aku terus memandanginya. Lalu kuraba klitorisnya yang menyembul keras dan agak gelap itu.
“Ohh.. hhmm.. kamu nakal ya..!” katanya.

Batang kemaluanku kian menegang, kulihat ada tetesan maniku. Aku menghela nafas.
“Sekarang giliran batangmu ya, Sayang..?” kata Tante Juliet yang kemudian duduk di kursi kerjanya itu.
Aku yang dari tadi sudah telanjang dengan batang kejantanan yang menegak lalu mendekat ke tempat Tante Juliet duduk. Tante Juliet terkesima, terus dipandanginya batang kemaluanku. Tante Juliet langsung menggenggam batang kejantananku dengan kedua tangannya sekaligus, sepertinya dia mengukur panjang batang kemaluanku.
“Wow.., Son punya kamu dua kali genggaman tanganku..” katanya.
Kemudian dia menggenggamnya, tidak terlalu keras, sesaat saja, lalu dilepas.
“Panas sekali punyamu Son..” bisiknya mesra.

Sekian Dari BugilNews. Kunjungi Juga Cerita Dewasa, Cerita Seks, Cerita Ngentot, Foto Hot, Foto Bugil, Foto Seksi

Terima Kasih Atas Kunjungan Nya :) ….

Anak Buahku Cantik Cantik

$
0
0

429050_509533815745354_1524449979_n

Cerita Dewasa Bergambar Anak Buahku Cantik Cantik – Aku adalah seorang tenaga marketing yang bekerja di sebuah perusahaan distributor parfum di Bogor. Sebenarnya aku juga merupakan perintis dari perusahaan itu, sebut saja CV. WIN. Namun karena andilku di perusahaan itu hanyalah Sumber Daya Manusia, dan bukannya ada hubungan dengan finansial, maka pendapatankupun tidak sama dengan teman-temanku yang lain yang juga ikut menjadi perintis. Ada lima orang termasuk aku yang pertama kali bergabung menjadi satu hingga terbentuklah CV. WIN. Adalah Pak Hendra, orang yang paling berperan di perusahaan itu, karena beliaulah yang menjadi pemegang modal dari segala sesuatunya. Beliau seorang Sarjana Ekonomi. Karena keakraban kami, maka kamipun memanggil beliau dengan sebutan Babe, sebutan khas orang Betawi. Karena lingkungan kami merupakan transisi antara Sunda dengan Betawi.

Empat orang yang lain bertugas untuk mengembangkan SDM, baik SDM masing-masing maupun dalam hal rekrutmen dan pengembangannya. Maka kami berempatpun bersaing untuk merekrut anak buah yang sebanyak-banyaknya, dan mengembangkan hingga menjadi sebuah tim yang integral dan solid. Dalam empat bulan saja, yang semula hanya berjumlah empat orang sudah menjadi lebih dari lima puluh orang. Dan timku menjadi tim yang paling solid dengan jumlah yang terbanyak.

Semua itu tak lepas dari kerja kerasku untuk mengembangkan mereka, mendidik mereka dan memotivasi mereka. Mereka memang tim yang kuat dan bermotivasi tinggi. Mereka semua sangat respek terhadapku. Itu semua karena aku hampir dikatakan sempurna dalam hal pembinaan dan approachmen. Aku selalu menghadapi mereka dengan sabar, meski sifat mereka tak sama. Aku menerapkan pendekatan yang berbeda-beda dari yang satu dengan yang lainnya. Aku selalu memuji mereka yang berprestasi, dan membangun semangat bagi mereka yang sedang down. Aku selalu sempatkan waktu sekitar dua sampai lima menit kepada masing masing individu untuk berbicara mengenai keluhan-keluhan mereka, kendala-kendala di lapangan, dan rencana-rencana mereka ke depan, sehingga mereka merasa benar-benar menjadi bagian yang penting dalam tim. Paling tidak aku menyapa mereka sekilas dengan mengucapkan selamat pagi penuh semangat, memuji penampilan mereka, atau hanya sekedar mengatakan, “Dasi kamu bagus”

Anak Buahku Cantik Cantik  – Aku juga sangat antusias dengan mereka, karena sebagian besarnya adalah cewek. Dan bukan rahasia lagi jika cewek sunda terkenal dengan postur tubuh yang tak terkalahkan. Mereka rata rata berbadan segar dengan buah dada yang sekal dan menantang. Kulit mereka juga sangat bersih. Itu adalah keuntungan tersendiri bagiku karena pasti suatu saat nanti mereka (bahkan semuanya) bisa aku kencani satu persatu.

Dengan pendekatan setahap demi setahap salah satu diantara mereka, Febi, akan bisa aku nikmati tubuhnya. Kisah ini berawal ketika suatu hari aku tidak terjun ke lapangan karena badanku terasa tidak enak. Tapi karena aku harus memotivasi mereka, paginya aku sempatkan untuk ke kantor. Dan begitu mereka berangkat ke lapangan aku pulang ke kost untuk istirahat.

Namun paginya dikantor, Febi sempat curiga dengan kesehatanku dan bertanya, “Mas kenapa, sedang sakit ya?”
“Iya, Feb. Aku lagi nggak enak badan. Kayaknya aku nggak berangkat hari ini”
“Ya udah, entar habis meeting Mas pulang aja. Mas sudah makan?” tanya Febi penuh perhatian. Dia memang orangnya sangat perhatian.
“Udah sih, tapi cuman dikit. Nggak selera”

Dengan penuh kelembutan Febi meraba dahiku. Tangannya lembut dan wangi. Kalau aku diraba agak lama mungkin aku langsung sembuh, pikirku.

Pukul sembilan pagi semua karyawan sudah menyebar ke lapangan. Sementara aku masuk dan beristirahat di ruang rapat. Babe masuk dan bertanya, “Kenapa Yan, sakit?”
“Iya, Be,” jawabku singkat.
“Ya udah, tiduran aja situ,” kata Babe ramah.
“Nggak ah, Be. Aku mau pulang aja. Ntar sore balik lagi”
“Terserah deh”

Anak Buahku Cantik Cantik  – Aku bergegas pulang ke kost. Kostku memang hanya berjarak tiga ratus meter dari kantor. Semua biaya kostku ditanggung oleh Babe. Ruangnya nyaman, besar dan bersih. Penjaganya yang bernama Pak Min itu juga ramah. Menurut Pak Min sebenarnya kamar itu khusus untuk tamu dan tidak disewakan, tapi entah mengapa aku diperkenankan menyewa kamar itu. Di kamar itu terdapat lukisan panorama yang sangan besar dan indah. Asli pula dan bukan reproduksi. Kata Pak Min posisi kamar itu boleh diubah sesuka penghuninya. Asal jangan kaget jika ada sensasi baru setelah itu. Apalagi dengan lukisan itu. Tapi aku menganggap itu hanya gurauan Pak Min dan aku tidak menanggapinya dengan serius.

Sebenarnya di kost itu tidak boleh membawa teman lawan jenis ke kamar, tapi sepertinya Pak Min, si penjaga itu tahu apa yang dibutuhkan penghuni kost, jadi peraturan itu diabaikan. Sehingga kamar sebelahku sering dipakai pesta seks oleh penghuninya. Aku pernah ikut sekali.

Sesampainya di depan kamar kost aku kaget karena Febi ternyata sudah berada di depan kamar kostku sedang membaca majalah kesukaannya.

“Lho Feb, kok kamu disini. Lagi ngapain?” tanyaku singkat.
“Lagi nungguin Mas Iyan. Kenapa, nggak boleh?” tanya Febi manja.
“Ya boleh sih, tapi kok tadi nggak ngomong dulu”
“Mau ngasih kejutan, biar Mas Iyan sembuh”
“Ah, bisa aja kamu,” sahutku sambil mencubit dagunya yang mungil itu.

Setelah membuka pintu kamar aku mempersilakan Febi masuk. Dengan tanpa canggung Febi masuk ke kamarku dan melihat sekeliling, “Kok posisi kamarnya nggak diubah sih Mas. Emang nggak bosen gini-gini aja. Ubah dong biar ada perubahan. Biar selalu baru, jadi Mas nggak sakit-sakitan”
“Biarin, sakit kan karena penyakit. Bukan karena kamar. Eh ngomong-ngomong, sorry lho kamarku berantakan”
“Ah cowok mah, biasa,” sahut Febi dengan sedikit logat sunda.

Setelah itu tangan mungil Febi memunguti benda-benda yang berantakan itu dan menatanya dengan rapi di tempatnya masing masing. Sementara aku pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

Begitu masuk kamar, kamarku sudah kembali bersih dan rapi oleh tangan Febi. Aku lihat Febi sedang sibuk memencet-mencet tombol remote untuk mencari acara tv. Hari itu Febi mengenakan baju tipis putih dengan celana hitam panjang. Sangat terlihat profesional dia dengan pakaian itu. Juga seksi. Sambil tiduran Febi terlihat sangat menggoda. Payudaranya sangat terlihat mulus dengan bra yang tidak seukuran. Terlihat sekali bra itu tak sanggup memuat isi dari dada Febi.

Aku menelan ludah. Tiba tiba suhu badanku naik. Aku tahu ini bukan karena aku sakit, tapi lebih karena libidoku pasti sedang on. Si kecil juga ikut-ikutan bangun. Sialan. Aku menggerutu karena ketika si kecil bangun dengan posisi yang salah. Menghadap ke bawah. Sehingga bulu-bulunya yang semula sempat menempel jadi tertarik dan menimbulkan rasa sakit. Aku merogohnya dan menempatkannya dengan benar. Tentu ini tak sepengetahuan Febi. Malu aku.

“Mas punya CD lagu yang bagus, nggak?” tanya Febi mengagetkanku.
“Cari aja disitu, pilih sendiri. Ada lagu, ada film. Eh, aku kemarin sewa film bagus tapi belum sempat nonton. Tuh, yang bungkusnya dari rental”
“Film apa sih ini?”
“Action, tapi katanya sih, ada making love-nya”
“Hii. Coba ah, penasaran”

Sementara Febi memasukkan keping VCD, aku memperhatikan pinggangnya yang sedikit terbuka ketika dia sedikit menungging. Putih, mulus. Aku jadi teringat Dewi pemeran VCD Itenas yang heboh itu. Sementara aku duduk mengambil posisi bersandar di tembok dekat tempat duduk Febi sebelumnya. Aku berharap setelah selesai memasukkan keping VCD, Febi kembali ke tempat duduk semula, jadi aku berada disampingnya persis. Dan benar, kini Febi berada disampingku dengan posisi bersila, sementara kakiku aku selonjorkan. Kini kaki kiri Febi yang dilipat menumpang di kakiku.

Filmpun dimulai. Aku juga bersiap untuk memulai film panas siaran langsung tanpa penonton dan kamera. Aku mulai merangkul Febi. Mengelus rambutnya yang hitam itu, sambil sesekali membahas cerita film itu. Padahal sebenarnya aku tidak begitu memperhatikan alur cerita film itu. Aku hanya menjawab ya dan tidak atau tersenyum menanggapi Febi yang terlihat serius. Lalu badan Febi mulai bersandar di badanku. Akupun dengan mudah menciumi rambutnya, telinganya juga tengkuknya. Sementara tanganku yang sedari tadi bermain di daerah atas, kini mulai merosot. Menyentuh dada Febi, meremasnya hingga Febipun tak lagi memperhatikan film itu dan menikmati sentuhanku. Kini kami menjadi pemeran utama sebuah film panas. Apalagi ketika alur film itu tiba pada kisah make love, sesekali kami melihatnya sebagai pemanas.

Wajah Febi yang semula menghadap tivi kini mulai tengadah menghadapku. Bibir kamipun beradu. Febi terlihat sangat antusias. Napasnya sangat wangi menggairahkan. Aku yakin Febi mempersiapkan hal ini dengan makan permen wangi sebelumnya. Dia menjilati mukaku dengan buas. Sementara tanganku sibuk bergerilya mencoba melepas pakaian Febi. Tanganku yang berada di dalam baju Febi berhasil membuka pengait bra-nya. Gumpalan daging sekal itu kini longgar tanpa pembungkus. Sementara bibirnya sibuk menjilatiku, tangannya mulai menuju pakaianku. Akupun dilucutinya. Sekarang aku tak berbaju lagi. Bibir Febipun mulai bergerilya turun. Menjilati dadaku dan mengulum susuku. Badanku makin panas. Libidoku makin naik. Leher, perut, telinga, dan dadaku menjadi sasaran bibir Febi. Aku menikmatinya sambil terus memainkan payudaranya yang semakin menghangat.

Semakin lama Febi semakin mengganas, dilepaskannya celanaku luar dan dalam. Bibirnya yang kini sudah tak berlipstik itu terus menjamah semua sektor tubuhku. Lidahnya menjilat-jilat bulu kemaluanku. Juga buah zakarku. Aku sesekali menggelinjang menahan jilatannya. Apalagi ketika kemaluanku masuk kedalam mulutnya. Ah, hangat rasanya.

Febi berubah posisi. Yang semula berada tepat di depanku, kini beralih disampingku, sambil tetap menghisap kemaluanku. Perubahan posisinya bukan tanpa alasan. Ternyata Febi mengulum penisku dengan posisi dari samping sehingga lidahnya mengenai permukaan penisku bagian atas. Posisi ini sungguh sangat nikmat. Baru kali ini merasakan hisapan dan jilatan yang sangat hebat. Luar biasa.

Sementara itu tanganku terus mengelus tubuh Febi. Payudaranya yang kenyal selalu menjadi favorit tanganku. Juga pantatnya yang bulat mulus. Sungguh menggairahkan. Tapi ketika jemariku kutuntun untuk menuju liang vaginanya, Febi menolak. Akupun menurut saja. Aku tidak mau memaksakan kehendakku.

Sekitar sepuluh menitan Febi bermain dengan posisi itu. Selanjutnya penisku dikeluarkannya dari mulut. Lidahnya yang terus mengganas itu menjalar keseluruh permukaan badanku bagian depan. Naik, naik, dan terus naik. Kini bibir kami kembali beradu.

Kini posisi Febi tepat mendudukiku. Lalu perlahan-lahan Febi membimbing penisku untuk masuk kedalam liang vaginanya. Dan, bless.. hangat, nikmat.

Febi meringis menahan rasa. Entah apa yang ia rasakan. Setelah berkonsentrasi dengan penisku, kini Febi mulai memompa dengan posisi naik turun. Aku masih pada posisi duduk. Febi yang duduk dihadapanku terus naik turun hingga payudaranya terayun-ayun. Akupun tertarik dengan payudara itu. Kupegang, kuremas, kutekan lalu aku menundukkan kepalaku hingga bibirku mengenai payudara Febi. Dalam kesulitan karena posisinya yang terayun-ayun aku mengisap payudara Febi.

Febipun meraung-raung tak karuan.

“Ya Mas, terus Mas. Hisap terus, Mas”
“Augh, augh.. Mas aku mau keluar, augh, augh.. Ahh!!

Febi mengejang. Mukanya memerah. Lalu kami membalikkan tubuh kami. Untuk sementara kami juga melepaskan perabot kami yang tertancap. Akupun mulai bekerja. Kubimbing Febi untuk berjongkok. Akupun menyetubuhinya lagi dengan posisi dari belakang.

Bless.. Kemaluanku masuk lagi ke liang vaginanya. Dengan posisi doggystyle aku memompa pantat Febi berkali-kali hingga aku merasakan ada dorongan yang sangat kuat, hingga frekuensi doronganku semakin cepat. Aku meracau tak karuan. Febi tahu itu. Sebelum spermaku muncrat, dilepaskanlah pantatnya. Sekejap Febi sudah berbalik posisi. Tangannya langsung menangkap kemaluanku. Dibantu mulutnya, dikocoklah penisku sejadi-jadinya dan..

“Augh..”

Sperma hangat muncrat ke mulut Febi. Tanpa ragu dikulumlah penisku. Rasanya tidak karuan. Spermakupun habis ditelan Febi. Lalu kami berduapun roboh tak berdaya. Aku mencium Febi penuh kasih dan dengan senyum kepuasan. Wajahnya yang penuh keringat tetap manis dengan senyuman itu.

Sementara layar TV ku sudah menunjukkan display VCD. Entah duluan VCD atau aku selesainya.

Sekian Dari BugilNews. Kunjungi Juga Cerita Dewasa, Cerita Seks, Cerita Ngentot, Foto Hot, Foto Bugil, Foto Seksi

Terima Kasih Atas Kunjungan Nya :) ….

Skandal Seks Keluarga

$
0
0

716207_ml_sampai_netes

Cerita Dewasa Bergambar Skandal Seks Keluarga – Ketika mendengar skandal, lebih banyak dari kita berfikir itu adalah cerita seks, cerita dewasa yang banyak orang suka, dan biasanya cerita seks di iringi dengan beredarnya foto bugil sang pelaku skandal. lalu bagaimana cerita seks skandal kali ini? Berikut cerita lengkapnya : Vivi baru aja pulang dari sekolah. Dia lagi sebal, karena tidak seorangpun yang menjemputnya. Padahal biasanya dia selalu ada yang menjemput, khususnya supir keluarganya. Sudah ditelpon berkali-kali, mulai dari HP maminya, HP supirnya, telepon rumah, tetapi tidak ada yang mengangkat. Akhirnya dia putuskan untuk pulang naik taksi. Sesampainya di rumah, Vivi segera masuk kedalam dan mencari supir keluarganya. Hendak didamprat. Hehehe…Biasa. Putri tunggal selalu judes dan manja. Dia melihat mobil yang biasa dibawa sang supir terparkir didalam garasi. Hal itu membuat dia semakin kesal. Dia berpikir sang supir pasti ketiduran. Dengan emosi dia segera menuju kekamar belakang tempat supirnya biasa beristirahat. Namun dia tidak menemukan siapapun disana. Bahkan, pembantu-pembantunya yang lain juga kok pada “menghilang”. Setelah mencari kesana kemari tanpa hasil, Vivi akhirnya sedikit reda emosinya. Dia lalu naik ke atas dan menuju kekamarnya. Setelah mengganti baju seragamnya dengan pakaian yang lebih nyaman, dia segera merebahkan tubuhnya ke ranjang. Selama beberapa waktu, diatas ranjang Vivi cuman bisa balik kiri, balik kanan.

uh…nampaknya dia tidak bisa tertidur. Biar udara dikamarnya cukup sejuk, ada sesuatu yang menghalanginya tertidur. Entar kenapa dia merasa ada yang mengganjal didalam hati. Kemudian dia mendengar suara pintu kamar ortunya dibuka. “Wah, mami dirumah to…”, demikian pikirnya. Dia lalu meloncat turun dari ranjang dan keluar dari kamar. Vivi hendak “mengajukan” keluhan karena tidak seorangpun yang menjemputnya dari sekolah. Begitu dia keluar kamar, wah…dia cuman melihat sang supir keluar dari kamar ortunya dan menuju ke tangga. Melihat ada Vivi disana, supir itu nampak terkejut. Dengan cepat Vivi menanyakan, kenapa kok tadi dia tidak dijemput. Yudi, sang supir, sedikit gelagapan dengan pertanyaan itu. Intinya dia minta maaf karena tidak bisa menjemput karena ada sedikit keperluan. Lalu dia buru-buru pamit dan turun ke bawah. Vivi bahkan tidak sempat bertanya untuk apa dia ada didalam kamar ortunya. Curiga kalo Yudi mengambil sesuatu dari dalam kamar tersebut, Vivi segera menuju kesana dan masuk kedalam. Wah, ternyata didalam ada maminya yang sedang tertidur pulas. Vivi jadi berpikir macam2. Jangan-jangan ada sesuatu antara maminya dengan Yudi. Dengan perasaan tegang, dia mengawasi isi dari kamar tersebut. Hatinya semakin gundah. Di lantai kamar nampak berserakan kaus dan rok yang biasa dipakai maminya. Juga tergeletak sepotong bra hitam dan CD hitam. Duh. Masa sih maminya selingkuh dengan Pak Yudi? Demikian pikirnya. Tiba-tiba mata Vivi berkaca-kaca. Dia sungguh tidak menyangka, kalo maminya sangat mungkin ada affair dengan Pak Yudi, supirnya sendiri. Bibirnya bergetar, menahan tangis yang bisa meledak kapan saja. Akhirnya, karena tidak kuat menahan perasaannya, dia segera berlari kedalam kamarnya sendiri dan menangis sejadi-jadinya. Hatinya terasa hancur. Maminya, yang selama ini selalu memberi nasehat tentang kesetiaan, tanggung-jawab dan moral ternyata tak lebih dari seorang wanita yang selingkuh terhadap papinya. Vivi merasa sangat kesal dan perasaannya remuk redam. — Sudah beberapa hari ini Vivi bersikap dingin kepada maminya. Jika diajak bicara, Vivi cuman jawab seadanya, itupun dengan nada datar. Tentu sang ibunda merasa sedih, apalagi dia tidak mengetahui alasan yang sebenarnya. Minggu demi minggu pun berlalu. Namun rasa kesal dan dendam dihati Vivi masih belum juga hilang. Dia lalu bertekat ingin memergoki secara langsung saat maminya berselingkuh dengan Pak Yudi. Akhirnya datang juga saatnya. Waktu itu, sekitar bulan November beberapa tahun yang lalu. Sepulang dari sekolah, dia lalu mengendap-endap naik kelantai atas dan berjalan menuju ke kamar ortunya.

Skandal Seks Keluarga – Jantung berdegub semakin kencang, mendengar suara rintihan maminya dari dalam kamar. Vivi lalu menempelkan kupingnya ke pintu kamar. Selain suara maminya, dia juga mendengar desahan penuh nafsu dari seorang lelaki. Ya, dia mengenali suara itu. Itu suara Pak Yudi! GUBRAK ! Vivi membuka pintu kamar ortunya dengan keras sampai membentuk tembok kamar bagian dalam. Dia lalu menatap tajam kearah ranjang dengan penuh emosi. Duh, katanya jantungnya serasa ingin copot, berdegub terlalu keras. Dia melihat maminya sedang terlentang tanpa busana diranjang. Supirnya, Pak Yudi sedang asyik menyetubuhinya dari atas. Mereka masih dalam posisi berpelukan dan berciuman bibir saat Vivi tiba-tiba menyeruak masuk. Ibunda Vivi tentu sangat kaget namun tidak bisa berbuat apa-apa. Semua sudah terlambat. Namun Pak Yudi masih terlihat tenang, serasa tidak terjadi apa-apa. Dia masih asyik menggoyang tubuh maminya Vivi dengan santai, seakan memang sengaja ingin menunjukkan hal itu. Saya tidak tahu persis apa yang terjadi dengan maminya Silvi+Pak Yudi (karena tidak ada ceritanya). Yang pasti, setelah melihat itu, Vivi segera kembali kedalam kamar, menangis dengan keras. Besok paginya, saat Vivi bangun, diamelihat maminya sudah berdiri ditepi ranjang, membelai kepalanya dengan lembut. Dengan perasaan muak, dia membuang muka dan segera turun dari ranjang. Sambil menangis, maminya ingin mengajaknya berbicara namun Vivi tidak menghiraukannya. Didalam hatinya sudah tidak ada lagi yang namanya respek/hormat. Yang ada hanyalah perasaan kesal, kecewa dan dendam. — “Pak Yudi, kenapa kamu affair sama mami?”, tanya Vivi ketus. Saat itu, mereka sedang didalam mobil, sepulangnya Vivi dari sekolah. Awalnya, Pak Yudi tidak menanggapi pertanyaan anak majikannya itu. Namun, karena terus didesak dengan nada yang ketus, akhirnya Pak Yudi menjawab juga. “Lha, mami kamu yang mau kok.”, ujarnya enteng.
“Bohong ! Ga mungkin mami mau sama orang kayak kamu!”, sahut Vivi ketus. Pak Yudi terkekeh. “Terserah nik. Mau percaya ya udah, ga percaya ya udah. Tapi lah wong begitu kenyataannya.”, ujar Yudi.
“Coba kamu pikir lah nik. Mana berani saya menggoda mami kamu kalo dia nggak kasih tanda dulu.” “Maksudmu?”, tanya Vivi lagi, masih dengan nada ketus.


“Ya mami kamu yang mau sama saya. Saya cuman melayani kemauan ibu saja. Soalnya mami kamu kan ada kebutuhan, sedang bapak ngga bisa kasih.”, ujar Yudi. “Awalnya mami kamu bilang cuman mau ‘pegang2? saja. ya saya sih nurut aja sama mami kamu. Ga tahunya kita maen beneran. Eh, Trus mami kamu ketagihan ama saya.”, ujarnya lagi, sambil tertawa ringan. “Mungkin saya ini menarik dimata mamimu.” Yudi memang cukup ganteng. Usianya masih muda, sekitar 23 tahun. Badannya cukup tegap dan berkulit gelap, mungkin karena dulu dia pernah sebagai pekerja kasar seperti kuli bangunan / kuli angkut barang di pasar induk (berjemur). Vivi terdiam. Papinya memang jarang pulang dirumah. Suara bising lalu-lintas samar-samar masih terdengar. Tak lama kemudian, mereka sampai dirumah. Vivi segera masuk kedalam rumah, sedang Yudi membuka bagasi mobil dan mengambil barang-barang bawaan Vivi dari sekolah tadi. Cukup banyak barangnya, soalnya semuanya itu adalah untuk keperluan bazaar di sekolah. Setelah meletakkan tumpukan barang-barang tersebut digarasi, Yudi menunggu Vivi diruang tamu bawah, menunggu kepastian mau disimpan dimana peralatan masak tersebut. Setelah ditunggu selama beberapa menit, nampaknya tidak ada tanda-tanda Vivi turun dari atas. Tak sabar menunggu, dia lalu beranjak dari kursi dan naik keatas menuju ke kamarnya Vivi. Setelah pamit dan masuk kedalam kamar, Yudi melihat Vivi sedang duduk termenung ditepi ranjang. Dia masih memakai seragam sekolahnya. Kondisi mental Vivi saat itu sedang hancur. Dia tidak tahu lagi tentang panutan hidup. Yudi lalu ikutan duduk disampingnya. Entah kenapa tiba-tiba ada keinginan dari dirinya untuk menikmati Vivi juga. Dia lalu mengajak Vivi bercakap-cakap. Perlahan tapi pasti, Yudi merasa “pertahahan” Vivi semakin mengendor. Dia sudah bisa bercanda, walau masih dalam takaran yang minim. Saya tidak tahu bagaimana ceritanya, yang pasti kemudian Yudi sudah berhasil menciumi Vivi. Tangannya pun bergerilya, meremasi payudara gadis cantik ini. Yudi lalu pelan-pelan membuka kancing kemeja seragam sekolah Vivi. Tak ada reaksi penolakan. Yudi semakin bersemangat. Setelah berhasil melepas kemejanya, dia lalu memeluk Vivi dan menciuminya dengan penuh nafsu. Vivi cuman diam saja sambil memejamkan mata, membiarkan tubuhnya dijamah oleh supirnya ini. Tak puas sampai disini, Yudi lalu melepas bra putih yang dipakai oleh Vivi. Setelah itu, dia segera menyedot puting payudara Vivi dengan penuh nafsu. Bagi Vivi, ini adalah pertama kalinya seorang lelaki menyentuh tubuhnya.

Dia belum pernah pacaran. Beberapa menit kemudian, yang bisa diceritakan adalah Vivi sudah dalam keadaan bugil. Yudi juga demikian. Segera direbahkannya Vivi keranjang dan Yudi pun mulai mempraktekkan keahliannya. Dijilat dan disedotnya vagina Vivi yang masih perawan itu dengan penuh gairah. Vivi cuman mengerang kecil, menahan rasa nikmat untuk pertama kalinya. Setelah Yudi merasakan vagina Vivi sudah siap, dia lalu melepas celana dalamnya dan menyembulah senjata andalannya. Ukurannya yang cukup besar membuat vivi terbelalak. “Tenang saja. Mami kamu menyukai anuku ini lho. Aku jamin kamu juga bakal suka.”, ujar yudi enteng, menyeringai. Dia lalu menggesek-gesekkan penisnya yang kokoh itu pas dibelahan vagina Vivi yang semakin basah. Vivi melenguh. Dia baru pertama kali ini melihat penis seorang lelaki dan lagi penis tersebut sekarang sedang digesekkan ke alat vitalnya. Karena sudah tidak sabar ingin menyetubuhi Vivi, Yudi lalu memposisikan penisnya pas didepan lubang kenikmatan tersebut dan mendorongnya. Vivi tersentar kedepan, dia merasakan sakit divaginanya. Yudi lalu mencoba untuk menusuknya sekali lagi namun gagal. “Kamu masih perasan ya nik?”, tanya Yudi penuh harap. Vivi menganggukdengan lemah. Kita bisa melihat sebuah senyum penuh kemenangan merias wajah Yudi. “Sip nik. Nanti sakit bentar aja kok, abis itu pasti minta lagi. Hahaha”, tawa Yudi. Dia lalu dengan segera menusukkan penisnya kedalam vagina Vivi yang masih sempit itu. Vivi berteriak kesakitan saat alat kelamin Yudi yang kokoh itu mulai masuk dan membelah vaginanya. Erangan kesakitan Vivi malah menambah nafsu supirnya itu. Lalu dengan sodokan penuh tenaga, Yudi memasukkan seluruh penisnya kedalam vagina gadis amoy ini. “Oh…”, erangan penuh nikmat dari Yudi diiringi oleh teriakan kesakitan oleh Vivi. Meleleh-lah air mata gadis cantik ini. Hatinya semakin kacau. Dia tidak menyangka bisa berbuat sampai sejauh ini.

Dia tidak menyangka bahwa lelaki pertamanya, lelaki yang merenggut keperawanannya adalah supirnya sendiri. Yudi dengan ganas mengkocok penisnya didalam vagina Vivi. Dia merasa di “surga” dunia, menyetubuhi seorang gadis cantik yang masih perawan. Diciumnya bibir Vivi dengan penuh gairah. Vivi cuman diam sambil mengerutkan dahi menahan sakit divaginanya. Namun setelah beberapa waktu kemudian, perlahan-lahan Vivi merasakan ada yang aneh. Rasa sakitnya berangsur-angsur menghilang dan dia merasakan sebuah sensasi kenikmatan yang semakin lama semakin kuat. Yudi terus menyetubuhi gadis ini dengan penuh gairah. “Uh…kamu seksi sekali nik. Sama putihnya kayak mami kamu…uh…tapi lebih enak.”, ujar Yudi. Vivi cuman diam saja. Dia semakin menikmati dirinya disetubuhi dengan kasar oleh supirnya ini. Menit demi menit berlalu. Tiba-tiba Vivi merasakan ada denyutan yang menggelora dari dalam tubuhnya. Dia tidak tahu apa itu, tetapi gelora itu semakin lama semakin kuat. Erangan sensual semakin terdengar keras keluar dari mulutnya. Yudi keliatannya mengerti. Dia semakin kerasa mengkocok penisnya didalam vagina Vivi sambil kedua tangannya meremas dengan gemas payudara Vivi yang putih itu. “Oh…oh…mas…ah…”, erang Vivi, semakin intens. Akhirnya, dengan sebuah sentakan kebelakang, vagina Vivi mencengkeram dengan keras penis Yudi yang sedang berada didalam. Vivi memeluk Yudi dengan erat sambil menyambut datangnya orgasme dia yang pertama. Beberapa detik kemudian, gelora kenikmatan itupun menurun. Mata Vivi masih terpejam, merasakan nikmatnya orgasm yang baru saja dia dapatkan. Yudi tidak tinggal diam. Dia lalu mengkocok dengan keras penisnya didalam vagina Vivi. Saking kerasnya, sampai payudara Vivi bergoyang kedepan dan kebelakang mengikuti irama gerakan sang supir itu.

Tanpa menunggu terlalu lama, Yudi lalu mencabut penisnya dan mengkocoknya. Dia lalu mengerang dengan penuh nikmat sambil menyemprotkan spermanya. Selama beberapa detik dia menikmati sensasi seksual tersebut. Setelah selesai, dia pun merebahkan dirinya keranjang. Nafasnya masih tersengal-sengal. Vivi diam saja sambil menoleh ke samping, memandangi supirnya. — “Enak kan non? Makanya mami kamu sampe ketagihan…”, ujar yudi sambil senyum. Vivi diam saja sambil membersihkan ceceran sperma disekujur tubuhnya, diwarnai oleh merahnya darah yang keluar dari vaginanya. Yudi lalu mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar, meninggalkan Vivi sendiri didalam sambil menangis, menyesal atas apa yang sudah terjadi. Sejak saat itu, Yudi semakin betah bekerja di keluarnya Vivi. Dia dapat dengan mudah mendapatkan seks gratis. Dari maminya Vivi, dia mendapat uang sebagai balas jasanya. Sedangkan dengan Vivi, dia bisa mendapatkan seks kapanpun dengan seorang gadis muda yang cantik. Sampai suatu saat, Vivi akhirnya hamil. Rekan-rekan dapat membayangkan betapa murkanya sang ayah dan ibunya. Sidang keluarga segera digelar dan terbongkar bahwa Yudi adalah sang ayah dari bayi yang dikandung didalam rahim Vivi. Walau Yudi bersedia bertanggung-jawab, namun orang tua Vivi tidak bisa menerimanya. Karena kesal tidak mendapat restu menikah dengan Vivi, Yudi akhirnya membongkar juga skandal dengan sang ibunda. Tambah nggak karuan deh. Orang tua Vivi akhirnya bercerai. Karena sebenarnya pihak yang kaya adalah dari maminya Silvi, ayah Vivi diberi pembagian harta gono-gini dan keluar dari rumah. Yudi dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya. Cerita paling santer yang saya dengar adalah Vivi dibawa ke luar negeri untuk menggugurkan kandungannya. Setelah itu, dia melanjutkan studi SMA-nya yang tertinggal di luar negeri juga. Terakhir saya ketemu dengan Vivi beberapa hari yang lalu.

Wajahnya nampak segar. Tubuhnya sedikit gemuk, namun justru menambah keseksiannya. Hehehe… Dia sekarang sudah bekerja di sebuah perusahaan asing di LN. Dia berkata bahwa pengalaman buruknya adalah sebuah pelajaran. Dia berharap tidak ada seorang gadis pun didunia ini yang melakukan kesalahan setolol itu. Hm…baguslah. Let’s hope !!

Sekian Dari BugilNews. Kunjungi Juga Cerita Dewasa, Cerita Seks, Cerita Ngentot, Foto Hot, Foto Bugil, Foto Seksi

Terima Kasih Atas Kunjungan Nya :) ….

Berpacu Dalam Nafsu

$
0
0

www.orisex.com

Cerita Dewasa Terbaru Berpacu Dalam NafsuPerjalanan Bisnis ke Surabaya sebenarnya sungguh menyenangkan, karena akan ketemu dengan sobat lama yang sudah lama kutinggalkan, sayangnya suamiku Hendra tidak bisa menemaniku karena kesibukannya.

Dengan ditemani Andi, salah seorang kepercayaanku, kami terbang dengan flight sore supaya bisa istirahat dan besok bisa meeting dalam keadaan fresh dan tidak loyo karena harus bangun pagi pagi buta, mengingat meeting besok aku perkirakan akan berlangsung cukup alot karena menyangkut negosiasi dan kontrak, disamping itu meeting dengan Pak Reza, calon clien, jadwalnya jam 10:00 pagi.
Pukul 19:00 kami check in di Sheraton Hotel, setelah menyelesaikan administrasinya kami langsung masuk ke kamar masing masing untuk istirahat.

Kurendam tubuhku di bathtub dengan air hangat untuk melepas rasa penat setelah seharian meeting di kantor menyiapkan bahan meeting untuk besok. Cukup lama aku di kamar mandi hingga kudengar HP ku berbunyi, tapi tak kuperhatikan, paling juga suamiku yang lagi kesepian di rumah, pikirku.

Setelah puas merendam diri, kukeringkan tubuhku dengan handuk menuju ke kamar. Kukenakan pakaian santai, celana jeans straight dan kaos ketat full press body tanpa lengan hingga lekuk tubuhku tercetak jelas, kupandangi penampilanku di kaca, dadaku kelihatan padat dan menantang, cukup attraktif, di usiaku yang 32 tahun pasti orang akan mengira aku masih berumur sekitar 27 tahun.

Kutelepon ke rumah dan HP suamiku, tapi keduanya tidak ada yang jawab, lalu kuhubungi kamar Andi yang nginap tepat di sebelah, idem ditto. Aku teringat miss call di HP-ku, ternyata si Rio, gigolo langgananku di Jakarta, kuhubungi dia.

“hallo sayang, tadi telepon ya” sapaku
“mbak Lily, ketemu yok, aku udah kangen nih, kita pesta yok, ntar aku yang nyiapin pesertanya, pasti oke deh mbak” suara dari ujung merajuk
“pesta apaan?”
“pesta asik deh, dijamin puas, Mbak Cuma sediakan tempatnya saja, lainnya serahkan ke Rio, pasti beres, aku jamin mbak” bujuknya
“emang berapa orang” tanyaku penasaran
“rencanaku sih aku dengan dua temanku, lainnya terserah mbak, jaminan kepuasannya Rio deh mbak”
“asik juga sih, sayang aku lagi di Surabaya nih, bagaimana kalo sekembalinya aku nanti”
“wah sayang juga sih mbak, aku lagi kangen sekarang nih”
“simpan saja dulu ya sayang, ntar pasti aku kabari sekembaliku nanti”
“baiklah mbak, jangan lupa ya”
“aku nggak akan lupa kok sayang, eh kamu punya teman di Surabaya nggak?” tanyaku ketika tiba tiba kurasakan gairahku naik mendengar rencana pestanya Rio.
“Nah kan bikin pesta di Surabaya” ada nada kecewa di suaranya
“gimana punya nggak, aku perlu malam ini saja”
“ada sih, biar dia hubungi Mbak nanti, nginapnya dimana sih?”
“kamu tahu kan seleraku, jangan asal ngasih ntar aku kecewa”
“garansi deh mbak”

Kumatikan HP setelah memberitahukan hotel dan kamarku, lalu aku ke lobby sendirian, masih sore, pikirku setelah melihat jam tanganku masih pukul 21:00 tapi cukup telat untuk makan malam.

Cukup banyak tamu yang makan malam, kuambil meja agak pojok menghadap ke pintu sehingga aku bisa mengamati tamu yang masuk. Ketika menunggu pesanan makanan aku melihat Pak Reza sedang makan bersama seorang temannya, maka kuhampiri dan kusapa dia.

“malam Bapak, apa kabar?” sapaku sambil menyalami dia
“eh Mbak Lily, kapan datang, kenalin ini Pak Edwin buyer kita yang akan meng-export barang kita ke Cina” sambut Pak Reza, aku menyalami Pak Edwin dengan hangat.
“silahkan duduk, gabung saja dengan kami, biar lebih rame, siapa tahu kita tak perlu lagi meeting besok” kelakar Pak Edwin dengan ramah.
“terima kasih Pak, wah kebetulan kita bertemu di sini, kan aku nginap di hotel ini” jawabku lalu duduk bergabung dengan mereka.

Kami pun bercakap ringan sambil makan malam, hingga aku tahu kalau Pak Edwin dan Pak Reza ternyata sobat lama yang selalu berbagi dalam suka dan duka, meskipun kelihatannya Pak Reza lebih tua, menurut taksiranku sekitar 45 tahun, sementara Pak Edwin, seorang chinesse, mungkin usianya tidak lebih dari 40 tahun, maximum 37 tahun perkiraanku. Setelah selesai makan malam, aku pesan red wine kesukaanku, sementara mereka memesan minuman lain yang aku tidak terlalu perhatikan.

“Bagaimana dengan besok, everything is oke?” Tanya Pak Reza
“Untuk Bapak aku siapkan yang spesial, kalau tahu bapak ada disini pasti kubawa proposalku tadi” kelakarku sambil tersenyum melirik Pak Edwin, si cina ganteng itu.
Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 22:30, cukup lama juga kita ngobrol dan entah sudah berapa gelas red wine yang sudah meluncur membasahi tenggorokanku hingga kepalaku agak berat, tak pernah aku minum wine sebanyak ini, pengaruh alcohol sepertinya sudah menyerangku. Tamu sudah tidak banyak lagi disekitar kami. Kupanggil waitres untuk menyelesaikan pembayaran yang di charge ke kamarku.

Kamipun beranjak hendak pulang ketika tiba tiba kepalaku terasa berat dan badanku terhuyung ke Pak Edwin, Pak Reza sudah duluan pergi ketika Pak Edwin memeluk dan membimbingku ke lift menuju kamar, aku sendiri sudah diantara sadar dan tidak, ketika Pak Edwin mengambil tas tanganku dan mengambil kunci kamar lalu membukanya.
Dengan hati hati Pak Edwin merebahkan tubuhku di ranjang, dilepasnya sepatu hak tinggiku dan perlahan membetulkan posisi tubuhku, aku sudah tak ingat selanjutnya.

Kesadaranku tiba tiba timbul ketika kurasakan dadaku sesak dan ada kegelian bercampur nikmat di antara putingku, kubuka mataku dengan berat dan ternyata Pak Edwin sedang menindih tubuhku sambil mengulumi kedua putingku secara bergantian, tubuhku sudah telanjang, entah kapan dia melepasnya begitu juga Pak Edwin yang hanya memakai celana dalam.

Bukannya berontak setelah kesadaranku timbul tapi malah mendesah kenikmatan, kuremas rambut kepala Pak Edwin yang masih bermain di kedua buah dadaku. Tangannya mulai mempermainkan selangkanganku, entah kapan dia mulai menjamah tubuhku tapi kurasakan vaginaku sudah basah, aku Cuma mendesah desah dalam kenikmatan.

“sshh.. eehh.. eegghh” desahku membuat Pak Edwin makin bergairah, dia kemudian mencium bibirku dan kubalas dengan penuh gairah. Kuraba selangkangannya dan kudapati tonjolan mengeras di balik celananya, cukup besar pikirku. Sambil berciuman, kubuka celana dalamnya. Dia menghentikan ciumannya untuk melepas hingga telanjang, ternyata penisnya yang tegang tidak sedasyat yang aku bayangkan, meski diameternya besar tapi tidak terlalu panjang, paling sepanjang genggamanku, dan lagi belum disunat, ada rasa sedikit kecewa di hatiku, tapi tak kutunjukkan.

Dia kembali menindih tubuhku, diciuminya leherku sambil mempermainkan lidahnya sepanjang leher dan pundakku, lalu turun dan berputar putar di buah dadaku, putingku tak lepas dari jilatannya yang ganas, jilatannya lalu beralih ke perut terus ke paha dan mempermainkan lututku, ternyata jilatan di lutut yang tak pernah kualami menimbulkan kenikmatan tersendiri. Daerah selangkangan adalah terminal terakhir dari lidahnya, dia mempermainkan klitoris dan bibir vaginaku sambil jari tangannya mulai mengocok vaginaku.

“sshh.. eegghh.. eehhmm.. ya Pak..truss Pak” desahku merasakan kenikmatan dari jilatan dan kocokan jari Pak Edwin. Pak Edwin kembali ke atasku, kakinya dikangkangkan di dadaku sambil menyodorkan penisnya, biasanya aku tak mau mengulum penis pada kesempatan pertama, tapi kali ini entah karena masih terrpengaruh alcohol atau karena aku terlalu terangsang, maka kuterima saja penisnya di mulutku. Kupermainkan ujung kepalanya dengan lidah lalu turun ke batang penis, kemudian tak lupa kantung bolanya dan terakhir kumasukkan penis itu ke dalam mulutku, cukup kesulitan juga aku mengulum penisnya karena batang itu memang besar.

Dia mengocok mulutku dengan penisnya selama beberapa saat, cukup kewalahan juga aku menghadapi kocokannya untung, tidak berlangsung lama. Pak Edwin kembali berada diantara kakiku, disapukannya penisnya ke bibir vaginaku lalu mendorong tanpa kesulitan berarti hingga melesaklah penis itu ke vaginaku semua, aku merasa masih banyak ruang kosong di bagian dalam vaginaku meski di bagian luarnya terasa penuh oleh besarnya batang penis Pak Edwin.

“ehh.. sshh.. eeghghgh” aku mulai mendesah ketika Pak Edwin mulai mengocokkan penisnya, dengan cepat dia mengocokku seperti piston pada mesin mobil yang tancap gas, ada perbedaan rasa atas kocokan pada penis yang tidak disunat itu, gesekan pada dinding vaginaku kurang greger, tapi tak mengurangi kenikmatan malahan menambah pengalaman, tanpa ampun pantatnya turun naik di atas tubuhku sambil menciumi leher jenjangku, kurasakan kenikmatan dari kocokannya dan kegelian di leherku.

Pak Edwin menaikkan tubuhnya dan bertumpu pada lutut dia mengocokku, dengan posisi seperti ini aku bisa melihat expresi wajahnya yang kemerahan dibakar nafsu, tampak sekali rona merah diwajahnya karena kulitnya yang putih tipikal orang cina, wajah gantengnya bersemu kemerahan. Kutarik wajahnya dan kucium bibirnya karena gemas, kocokannya makin cepat dan keras, keringat sudah membasahi tubuhnya meski belum terlalu lama kami bercinta. Kugoyangkan pantatku mengimbangi gerakannya, ternyata itu membuat dia melambung ke atas dan menyemprotlah spermanya di vaginaku, kepala penisnya kurasakan membesar dan menekan dinding vaginaku, denyutnya sampai terasa di bibir vaginaku, lalu dia terkulai lemas setelah menyemprotkan spermanya hingga habis.

Agak kecewa juga aku dibuatnya karena aku bahkan belum sempat merasakan sensasi yang lebih tinggi, terlalu cepat bagiku, tak lebih dari sepuluh menit.
“sorry aku duluan” bisiknya di telingaku sambil tubuhnya ditengkurapkan di atas tubuhku.
“nggak apa kok, ntar lagi” kataku menghibur diri sendiri, kudorong tubuhnya dan dia rebah disampingku, dipeluknya tubuhku, dengan tetap telanjang kami berpelukan, napasnya masih menderu deru.
Aku berdiri mengambil Marlboro putih dari tas tanganku, kunyalakan dan kuhisap dalam dalam dan kuhembuskan dengan keras untuk menutup kekesalan diriku.

“I need another kontol” pikirku kalut
Kulihat di HP ada SMS dari Rio dengan pesan “namanya Rino, akan menghubungi mbak, dari Rio”
Jarum jam sudah menunjukkan 23:20, berarti cukup lama aku tadi tidak sadarkan diri sampai akhirnya “dibangunkan” Pak Edwin, kulihat Pak Edwin sudah terlelap kecapekan, kupandangi dia, dengan postur tubuh yang cukup atletis dan wajah yang ganteng sungguh sayang dia tidak bisa bertahan lama, pikirku.

Kunyalakan Marlboro kedua untuk menurunkan birahiku yang masih tinggi setelah setelah mendapat rangsangan yang tak tuntas, lalu kucuci vaginaku dari sperma Edwin, kalau tidak ingat menjaga wibawa seorang boss, sudah kuminta si Andi menemaniku malam ini, tapi ketepis angan itu karena akan merusak hubungan kerjaku dengannya.
Kulayangkan pandanganku keluar, gemerlap lampu Kota Surabaya masih kukenali meski sudah bertahun tahun kutinggalkan. Kalau tidak ada Pak Edwin mungkin sudah kuhubungi Rio untuk segera mengirim Rino kemari, tapi aku jadi nggak enak sama dia.

Ketika akan kunyalakan batang rokok ketiga, kudengar bel pintu berbunyi, agak kaget juga ada tamu malam malam begini, kuintip dari lubang intip di pintu, berdiri sosok laki laki tegap dengan wajah ganteng seganteng Antonio Banderas, maka kukenakan piyama dan kubuka pintu tanpa melepaskan rantai pengamannya.

“mbak Lily? saya Rino temannya Rio” sapanya
Agak bingung juga aku, disatu sisi aku membutuhkannya apalagi dengan penampilan dia yang begitu sexy sementara di sisi lain masih ada Pak Edwin di ranjang.
“Sebentar ya” kataku menutup pintu kembali, terus terang aku nggak tahu bagaimana menentukan sikap, sebenarnya aku nggak keberatan melayani mereka berdua malah itu yang aku harapkan tapi bagaimana dengan Pak Edwin, rekanan bisnis yang baru beberapa jam yang lalu aku kenal, tentu aku harus menjaga citraku sebagai seorang bisnis women professional, aku bingung memikirkannya.
“kudengar ada bel pintu, ada tamu kali” kata Pak Edwin dari ranjang
“eh..anu..enggak kok Pak” jawabku kaget agak terbata
“jangan panggil Pak kalau suasana begini, apalagi dengan apa yang baru saja terjadi, panggil Edwin atau Koh Edwin saja, toh hanya beberapa tahun lebih tua”
“iya teman lama, nggak penting sih, tapi kalau bapak keberatan aku suruh dia pulang biar besok dia kesini lagi” kataku
“ah nggak pa pa kok, santai saja” jawabnya ringan.

Aku kembali membuka pintu tapi aku yang keluar menemui dia di depan pintu, kini kulihat jelas postur tubuhnya yang tinggi dan atletis, usia paling banter 26 tahun, makin membuat aku kepanasan.

“di dalam ada rekanku, bilang aja kamu teman lama dan apapun yang terjadi nanti suka atau nggak suka kamu harus terima bahkan kalau aku memintamu untuk pulang tanpa melakukan apa apa kamu harus nurut, besok aku telepon lagi, aku mohon pengertianmu” kataku pada Rino tegas.
“Nggak apa mbak, aku ikuti saja permainan Mbak Lily, aku percaya sama Rio dan aku orangnya easy going kok mbak, pandai membawa diri” katanya lalu kupersilahkan masuk.
Kulihat Edwin masih berbaring di ranjang dengan bertutupkan selimut. Aku jadi canggung diantara dua laki laki yang baru kukenal ini sampai lupa mengenalkan mereka berdua, basa basi kutawari Rino minuman, tiba tiba Edwin bangkit dari ranjang dan dengan tetap telanjang dia ke kamar mandi. Aku kaget lalu melihat ke Rino yang hanya dibalas dengan senyuman nakal.

“wah ngganggu nih” celetuk Rino
“ah enggak udah selesai kok”jawabku singkat
“baru akan mulai lagi, kamu boleh tinggal atau ikutan atau pergi terserah kamu, tapi itu tergantung sama Lily” teriak Edwin dari kamar mandi, entah basa basi atau bercanda atau serius aku nggak tau.
“Rio udah cerita sama aku mengenai mbak” bisik Rino pelan supaya tidak terdengar Edwin.

Edwin keluar dari kamar mandi dengan tetap telanjang, dia mendekatiku menarikku dalam pelukannya lalu mencium bibirku, tanpa mempedulikan keberadaan Rino dia melorotkan piyamaku hingga aku telanjang di depan mereka berdua. Kami kembali berpelukan dan berciuman, tangan Edwin mulai menjamah buah dadaku, meraba raba dan meremasnya. Ciumannya turun ke leherku hingga aku mendongak kegelian, kemudian Edwin mengulum putingku secara bergantian, kuremas remas rambutnya yang terbenam di kedua buah dadaku.

Kulihat Rino masih tetap duduk di kursi, entah kapan dia melepas baju tapi kini dia hanya mengenakan celana dalam mini merahnya, benjolan dibaliknya sungguh besar seakan celana dalamnya tak mampu menampung kebesarannya.
Badannya begitu atletis tanpa lemak di perut menambah ke-sexy-annya. Melihat potongan tubuhnya berahiku menjadi cepat naik disamping rangsangan dan serbuan dari Edwin di seluruh tubuhku, kupejamkan mataku sambil menikmati cumbuan Edwin.

Ketika jilatan Edwin mencapai selangkanganku, kuraskan pelukan dan rabaan di kedua buah dadaku dari belakang, kubuka mataku ternyata Edwin sedang sibuk di selangkanganku dan Rino berada di belakangku. Sambil meraba raba Rino menciumi tengkuk dan menjilati telingaku membuat aku menggelinjang kegelian mendapat rangsangan atas bawah depan belakang secara bersamaan, terutama yang dari Rino lebih menarik konsentrasiku.

Mereka merebahkan tubuhku di ranjang, Edwin tetap berkutat di vaginaku sementara Rino beralih mengulum putingku dari kiri ke kanan. Kugapai penis Rino yang menegang, agak kaget juga mendapati kenyataan bahwa penisnya lebih panjang, hampir dua kali punya Edwin meski batangnya tidak sebesar dia, tapi bentuknya yang lurus ke depan dan kepalanya yang besar membuat aku semakin ingin cepat menikmatinya, kukocok kocok untuk mendapatkan ketegangan maximum dari penisnya.
Edwin membalikkan tubuhku dan memintaku pada posisi doggie, Rino secara otomatis menempatkan dirinya di depanku hingga posisi penisnya tepat menghadap ke mukaku persisnya ke mulutku.

Untuk kedua kalinya Edwin melesakkan penisnya ke vaginaku dan langsung menyodok dengan keras hingga penis Rino menyentuh pipiku. Kuremas penis itu ketika Edwin dengan gairahnya mengobok obok vaginaku. Tanpa sadar karena terpengaruh kenikmatan yang diberikan Edwin, kujilati Penis Rino dalam genggamanku dan akhirnya kukulum juga ketika Edwin menghentakkan tubuhnya ke pantatku, meski tidak sampai menyentuh dinding terdalam vaginaku tapi kurasakan kenikmatan demi kenikmatan pada setiap kocokannya. Kukulum penis Rino dengan gairah segairah kocokan Edwin padaku, Rino memegang kepalaku dan menekan dalam dalam sehingga penisnya masuk lebih dalam ke mulutku meski tidak semuanya tertanam di dalam. Sambil mengocok tangan Edwin meraba raba punggungku hingga ke dadaku, sementara Rino tak pernah memberiku peluang untuk melepaskan penisnya dari mulutku.

“eegghhmm.. eegghh” desahku dari hidung karena mulutku tersumbat penis Edwin.
Tak lama kemudian Edwin menghentikan kocokannya dan mengeluakan penisnya dari vaginaku meski belum kurasakan orgasmenya, Rino lalu menggantikan posisi Edwin, dengan mudahnya dia melesakkan penisnya hingga masuk semua karena memang batangnya lebih kecil dari penis Edwin, kini ini kurasakan dinding bagian dalam vaginaku tersentuh, ada perasaan menggelitik ketika penis Rino menyentuhnya. Dia langsung mengocok perlahan dengan penuh perasaan seakan menikmatai gesekan demi gesekan, makin lama makin cepat, tangannya memegang pinggangku dan menariknya berlawanan dengan gerakan tubuhnya sehingga penisnya makin masuk ke dalam mengisi rongga vaginaku yang tidak berhasil terisi oleh penis Edwin.

Ada kenikmatan yang berbeda antara Edwin dan Rino tapi keduanya menghasilkan sensasi yang luar biasa padaku saat ini. Cukup lama Rino menyodokku dari belakang, Edwin entah kemana dia tidak ada di depanku, mungkin dia meredakan nafsunya supaya tidak orgasme duluan.
Rino lalu membalikku, kini aku telentang di depannya, ditindihnya tubuhku dengan tubuh sexy-nya lalu kembali dia memasukkan penisnya, dengan sekali dorong amblaslah tertelan vaginaku, dengan cepat dan keras dia mengocokku, penisnya yang keras dengan kepala besar seakan mengaduk aduk isi vaginaku, aku mendesah tak tertahan merasakan kenikmatan yang kudapat.

“eehh..yess..fuck me hard..yess” desahku mulai ngaco menerima gerakan Rino yang eksotik itu. Sambil mendesah kupandangi wajah tampan Antonio Banderas-nya yang menurut taksiranku tidak lebih dari 26 tahun, membuat aku makin kelojotan dan tergila gila dibuatnya. Kulihat Edwin berdiri di samping Rino, tatapan mataku tertuju pada penisnya yang terbungkus kondom yang menurutku aneh, ada asesoris di pangkal kondom itu, sepertinya ada kepala lagi di pangkal penisnya. Kulihat dia dan dia membalas tatapanku dengan pandangan dan senyum nakal.

Ditepuknya pundak Rino sebagai isyarat, agak kecewa juga ketika Rino menarik keluar penisnya disaat saat aku menikmatinya dengan penuh nafsu. Tapi kekecewaan itu tak berlangsung lama ketika Edwin menggantikan posisinya, begitu penisnya mulai melesak masuk kedalam tak kurasakan perbedaannya dari sebelumnya tapi begitu penisnya masuk semua mulailah efek dari kondom berkepala itu kurasakan, ternyata kepala kondom itu langsung menggesek gesek klitorisku saat Edwin menghunjam tajam ke vaginaku, klitorisku seperti di gelitik gelitik saat Edwin mengocok vaginaku, suatu pengalaman baru bagiku dan kurasakan kenikmatan yang aneh tapi begitu penuh gairah.

Edwin merasakan kemenangan ketika tubuhku menggelinjang menikmati sensasinya. Rino kembali mengulum putingku dari satu ke satunya, lalu tubuhnya naik ke atas tubuhku dan mekangkangkan kakinya di kepalaku, disodorkannya penisnya ke mulutku, aku tak bisa menolak karena posisinya tepat mengarah ke mulut, kucium aroma vaginaku masih menempel di penisnya, langsung kubuka mulutku menerima penis itu. Sementara kocokan Edwin di vaginaku makin menggila, kenikmatannya tak terkirakan, tapi aku tak sempat mendesah karena disibukkan penis Rino yang keluar masuk mulutku. Aku menerima dua kocokan bersamaan di atas dan dibawah, membuatku kewalahan menerima kenikmatan ini.

Setelah cukup lama mengocokku dengan kondom kepalanya, Edwin menarik keluar penisnya dan melepaskan kondomnya lalu dimasukkannya kembali ke vaginaku, tak lama kemudian kurasakan denyutan dari penis Edwin yang tertanam di vaginaku, denyutannya seakan memelarkan vaginaku karena terasa begitu membesar saat orgasme membuatku menyusul beberapa detik kemudian, dan kugapailah kenikmatan puncak dari permainan sex, kini aku bisa mendapatkan orgasme dari Edwin. Tahu bahwa Edwin telah mendapatkan kepuasannya, Rino beranjak menggantikan posisi Edwin, tapi itu tak lama, dia memintaku untuk di atas dan kuturuti permintaannya.
Rino lalu telentang di sampingku, kunaiki tubuhnya dan kuatur tubuhku hingga penisnya bisa masuk ke vaginaku tanpa kesulitan berarti.

Aku langsung mengocok penisnya dengan gerakan menaik turunkan pantatku, buah dadaku yang menggantung di depannya tak lepas dari jamahannya, diremasnya dengan penuh gairah seiring dengan kocokanku. Gerakan pinggangku mendapat perlawanan dari Rino, makin dia melawan makin dalam penisnya menancap di vagina dan makin tinggi kenikmatan yang kudapat. Karena gairahku belum turun banyak saat menggapai orgasme dengan Edwin, maka tak lama kemudian kugapai lagi orgasme berikutnya dari Rino, denyutanku seolah meremas remas penis Rino di vaginaku.

“OUUGGHH.. yess.. yess.. yess” teriakku
Rino yang belum mencapai puncaknya makin cepat mengocokku dari bawah, tubuhku ambruk di atas dadanya, sambil tetap mengocokku dia memeluk tubuhku dengan erat, kini aku Cuma bisa mendesah di dekat telinganya sambil sesekali kukulum. Tak berapa lama kemudian Rino pun mencapai puncaknya, kurasakan semprotan sperma dan denyutan yang keras di vaginaku terutama kepala penisnya yang membesar hingga mengisi semua vaginaku.

“oouuhh..yess..I love it” teriakku saat merasakan orgasme dari Rino.
Kurasakan delapan atau sembilan denyutan keras yang disusul denyutan lainnya yang melemah hingga menghilang dan lemaslah batang penis di vaginaku itu.
Kami berpelukan beberapa saat, kucium bibirnya dan akupun berguling rebahan di sampingnya, Rino memiringkan tubuhnya menghadapku dan menumpangkan kaki kanannya di tubuhku sambil tangannya ditumpangkan di buah dadaku, kurasakan hembusan napasnya di telingaku.

“mbak Lily sungguh hebat” bisiknya pelan di telingaku.
Aku hanya memandangnya dan tersenyum penuh kepuasan. Cukup lama kami terdiam dalam keheningan, seolah merenung dan menikmati apa yang baru saja terjadi.
Akhirnya kami dikagetkan bunyi “beep” satu kali dari jam tangan Rino yang berarti sudah jam 1 malam.
“Rino, kamu nginap sini ya nemenin aku ya, Koh Edwin kalau nggak keberatan dan tidak ada yang marah di rumah kuminta ikut nemenin, gimana?” pintaku
“Dengan senang hati” jawabnya gembira, Rino hanya mengangguk sambil mencium keningku.

Kami bertiga rebahan di ranjang, kumiringkan tubuhku menghadap Edwin, kutumpangkan kaki kananku ke tubuhnya dan tanganku memeluk tubuhnya, sementara Rino memelukku dari belakang, tangannya memegang buah dadaku sementara kaki kanannya ditumpangkan ke pinggangku.Tak lama kemudian kami tertidur dalam kecapekan dan penuh kenangan, aku berada ditengah diantara dua laki laki yang baru kukenal beberapa jam yang lalu.

Entah berapa lama kami tidur dengan posisi seperti itu ketika kurasakan ada sesuatu yang menggelitik vaginaku, kubuka mataku untuk menepis kantuk, ternyata Rino berusaha memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang dengan posisi seperti itu. Kuangkat sedikit kaki kananku untuk memberi kemudahan padanya, lalu kembali dia melesakkan penisnya ke vaginaku, aku masih tidak melepaskan pelukanku dari Edwin sementara Rino mulai mengocokku dari belakang dengan perlahan sambil meremas remas buah dadaku. Tanganku pindah ke penis Edwin dan mengocoknya hingga berdiri, tapi anehnya Edwin masih memejamkan matanya, sepuluh menit kemudian Rino kurasakan denyutan kuat dari penis Rino pertanda dia orgasme, tanpa menoleh ke Rino aku melanjutkan tidurku, tapi ternyata Edwin sudah bangun, dia memintaku menghadap ke Rino ganti dia yang mengocokku dari belakang seperti tadi sambil aku memeluk tubuh Rino dan memegangi penisnya yang sudah mulai melemas.

Berbeda dengan kocokan Rino yang pelan pelan, Edwin melakukan kocokan dengan keras disertai remasan kuat di buah dadaku sampai sesekali aku menjerit dalam kenikmatan, cukup lama Edwin mengocokku hingga aku mengalami orgasme lagi beberapa detik sebelum dia mengalaminya, kemudian kami melanjutkan tidur yang terputus.

Kami terbangun sekitar pukul delapan ketika telepon berbunyi, kuangkat dan ternyata dari Andi.
“pagi bu, udah bangun?” tanyanya dari seberang
“pagi juga Andi, untung kamu bangunin kalau tidak bisa ketinggalan meeting nih, oke kita ketemu di bawah pukul 9, tolong di atur tempat meetingnya, cari yang bagus” jawabku memberi perintah
“beres bu” jawabnya
“Edwin, aku ada meeting dengan Pak Reza jam 10, kamu bagaimana?” tanyaku
“lho meetingnya kan juga sama sama aku” jawab Edwin
“oh ya? dia tidak pernah cerita tuh, dia Cuma bilang meetingnya antara aku, dia dan satu orang lagi rekannya”
“oke anyway, aku tak mau datang ke tempat meeting dengan pakaian yang sama dengan kemarin”
“Ayo mandi lalu kita cari pakaian di bawah” kataku
“Rino, kamu boleh tinggal disini atau pergi, tapi yang jelas aku nanti memerlukanmu setelah meeting” kataku sambil menuju ke kamar mandi menyusul Edwin yang mandi duluan.

Kami berdua mandi dibawah pancuran air hangat, kami saling menyabuni satu sama lain, dia memelukku dari belakang sambil meremas remas buah dadaku dan menjilati telingaku, kuraih penisnya dan kukocok, tubuh kami yang masih berbusa sabun saling menggesek licin, ternyata membuatku lebih erotis dan terangsang. Tanpa menunggu lebih lama kuarahkan angkat kaki kananku dan mengarahkan penisnya ke vaginaku, dengan ketegangannya ditambah air sabun maka mudah baginya untuk masuk ke dalam, Edwin langsung menancapkan sedalam dia bisa. Pancuran air panas membasahi tubuh kami berdua lebih romantis rasanya, tapi itu tak berlangsung lama ketika Edwin menyemprotkan spermanya di dalam vaginaku, tidak banyak dan tidak kencang memang tapi cukuplah untuk memulai hari ini dengan dengan penuh gairah.

Setelah mandi aku mengenakan pakaian kerja resmi, entah mengapa kupilih pakaian yang resmi tapi santai, mungkin karena terpengaruh perasaanku yang lagi bergairah maka tanpa bra kukenakan tank top dan kututup dengan blazer untuk menutupi putingku yang menonjol di balik tank top-ku, lalu kupadu dengan rok mini sehingga cukup kelihatan resmi, aku merasa sexy dibuatnya.

Kutinggalkan amplop berisi uang di meja dan kucium Rino.
“Kalau kamu mau mau keluar ada uang di meja, ambil saja ntar aku hubungi lagi, kalau mau tinggal up to you be my guest” bisikku yang dibalas ciuman dan remasan di buah dadaku.

Pukul 9:15 kami keluar kamar, bersamaan dengan Andi keluar dari kamarnya tepat ketika aku keluar bersama Edwin dan Rino memberiku ciuman di depan pintu, dia menoleh ke arah kami tapi segera memalingkan wajahnya ke arah lain seolah tidak melihat, tapi aku yakin dia melihatnya.

“Morning Andi” sapaku
“eh morning Bu, ruang meeting sudah aku atur dan semua dokumen sudah saya siapkan, copy file-nya ada di laptop ibu” jawabnya memberi laporan ketika kami menuju lift.
“Thanks Ndi” jawabku singkat.

Kami bertiga terdiam di lift, aku yang biasanya banyak bicara mencairkan suasana jadi kaku dan salah tingkah, masih memikirkan apa yang ada di pikiran Andi bahwa aku keluar dari kamar dengan seorang laki laki dan ada laki laki lainnya di kamarku, ah persetan pikirku, saking kikuknya sampai aku lupa mengenalkan Edwin pada Andi. Dalam kebekuan kuamati Andi dari bayangan di cermin lift, baru kusadari kalau sebenarnya Andi mempunyai wajah tampan dan berwibawa, meski umurnya baru 27 tahun tapi ketegasan tampak di kerut wajahnya. Sedikit lebih tinggi dariku tapi karena aku pakai sepatu hak tinggi, maka kini aku lebih tinggi darinya, posturnya tubuhnya cukup proporsional karena dia sering cerita kalau fitness secara teratur 3 kali seminggu, aku baru sadar bahwa selama ini aku nggak pernah melihat Andi sebagai seorang laki laki, tapi lebih kepada pandangan seorang Bos ke anak buahnya.

Diluar dugaan, Andi ternyata memergokiku saat mengamatinya, pandangan mata kami bertemu di pantulan cermin.
“Ting”, untunglah lift terbuka, aku segera keluar menghindar dari pandangan Andi, kami langsung breakfast setelah terlebih dulu mencarikan Edwin pakaian dan dasi pengganti, meski Shopping Arcade masih belum buka karena terlalu pagi, tapi dengan sedikit paksaan akhirnya mereka mau juga melayani kami.
“Eh Bu Lily, saya kok belum dikenalin dengan Mas ini” Tanya Edwin bersikap resmi, mengingatkanku akan kekonyolanku pagi ini.
“Oh iya, Andi, ini Pak Edwin, clien dari Pak Reza yang akan menjual produk kita ke Cina yang berarti Clien kita juga, dan nanti Pak Edwin akan gabung dengan kita di meeting” kataku yang disambut uluran tangan Edwin ke Andi.
“Pak Edwin, Andi ini salah satu orang kepercayaan saya, dialah yang in charge nanti, meski baru dua tahun ikut saya tapi naluri bisnisnya boleh di uji” lanjutku memuji Andi, itu biasa kulakukan untuk memperbesar rasa percaya diri anak buah sekaligus supaya
clien lebih confident.

Ini adalah breakfast terlama yang pernah aku alami, serba salah tingkah dan yang pasti aku tak berani memandang Andi, entah mengapa. Untunglah Edwin bisa mencairkan suasana bengan berbagai joke-nya.

Bertiga kami masuk ke ruang meeting yang sudah di booking Andi, ternyata cukup nyaman suasananya, tidak seperti ruang meeting biasa yang kaku dan menjemukan, tapi lebih terkesan bernuansa santai tapi serius, Meeting table bulat dengan dikelilingi 6 kursi putar, sementara dipojokan ada sofa dan meja kecil, di ujung yang lain terdapat tea set lengkap dengan electric kettle.

Aku dan Andi duduk bersebelahan menyiapkan dokumen di meja, kuletakkan laptop di depanku, Pak Edwin duduk di sebelah kiriku.
“Ndi tolong nyalakan laptop, aku ke toilet sebentar” kataku sambil meninggalkan mereka berdua. Kuhabiskan sebatang Marlboro di toilet untuk menghilangkan keteganganku dan kurapikan baju dan make up ku.
Pak Reza sudah berada di ruangan ditemani dengan wanita yang muda dan cantik ketika aku kembali ke ruangan meeting.
“Pagi Pak Reza, pagi Bu” sapaku sambil menyalami mereka berdua
“Pagi juga Mbak Lily, anda kelihatan cantik pagi ini” kata Pak Reza
“emang selama ini nggak cantik” jawabku
“Lily” sapaku pada wanita di samping Pak Reza sambil mengulurkan tangan
“Lisa” jawabnya sambil tersenyum manis
“bukan begitu, tapi pagi ini lebih cantik dan cerah”
“Oh Mbak Lisa, selama ini kita hanya bertemu lewat telepon dan faximile” kataku lagi
“dan sekarang inilah dia orangnya” lanjut Pak Reza.

Ternyata Andi belum menyalakan laptopku, agak marah juga aku melihat dia tidak melaksanakan perintahku, maka dengan mata melotot ke arahnya kuambil kembali laptopku dari hadapannya lalu kunyalakan. Betapa terkejutnya aku ketika laptop itu menyala, tampak di monitor laptopku seorang wanita sedang telentang menerima kocokan di vaginanya sementara mulutnya mengulum penis kedua dan tangan satunya memegang penis ketiga, aku baru tersadar kalau sebelum berangkat dari kantor kemarin sempat membuka koleksi pic yang ada laptop-ku dan karena buru buru mungkin saat mematikan laptop bukan “shut down” yang aku pilih tapi “stand by”. Mukaku merah dibuatnya, untung tak ada yang memperhatikan, langsung aku “re-booting”, kulirik Andi tapi dia menyiapkan document dan tidak memperhatikanku, pantesan dia langsung mematikannya, pikirku. Aku jadi lebih salah tingkah lagi terhadap Andi, tapi segera aku kembali konsentrasi untuk meeting ini.

Meeting dimulai dengan presentasi Andi dan dilakukan tanya jawab, justru yang banyak bertanya adalah Lisa dan itu dilayani dengan cekatan oleh Andi, sementara aku Cuma kadang kadang saja menguatkan pendapat Andi atau membantunya membuat keputusan untuk menerima atau klarifikasi, hal ini kulakukan untuk lebih meyakinkan Lisa maupun Pak Reza disamping untuk memperbesar rasa percaya diri pada Andi. Cukup alot juga pembicaraan antara mereka berdua, tapi aku tak mau mencampuri sebelum dia benar benar kepepet. Aku kagum sama Lisa yang cantik tapi piawai dalam negosiasi.

Setelah masalah teknis dan kontrak selesai sampailah pada masalah harga dan itu adalah tugasku dengan Pak Reza, dengan beberapa alternatif harga yang aku tawarkan akhirnya dicapailah kesepakatan.
“Ndi, kamu revisi dan di print di Business Center supaya bisa ditandatangani sekarang juga, jangan lupa materei-nya” perintahku
“baik bu”jawabnya lalu dia keluar sambil membawa laptopku dokumen dokumen yang diperlukan.
Kupesan champagne merayakan kerja sama ini ketika Andi sudah meninggalkan ruangan.
“Selamat Mbak Lily semoga sukses dengan kerja sama kita ini” Pak Edwin menyalamiku sambil mencium kedua pipiku.
Aku menyalami lalu memeluk Lisa dan menempelkan pipiku padanya.
“Anda begitu hebat dalam negosiasi” kataku
Tanpa kuduga dia menjawab berbisik di telingaku.
“terima kasih, Pak Reza tahu lho apa yang terjadi tadi malam di tempat Ibu”
“oh ya? apa itu”jawabku kaget
“Pak Edwin menginap di tempat mbak” katanya pelan mengagetkanku
“dan satu orang cowok lagi” lanjutnya
Kulepas pelukannya dan kupandangi Lisa yang masih kelihatan polos itu, lalu pandanganku beralih ke Edwin sebagai protes, tapi dia hanya mengerutkan kening dan mengangkat bahu saja sambil senyum.
Tak sempat terbengong lebih lama, Pak Reza menyalamiku
“Selamat atas kerja sama kita” katanya sambil menyalamiku dan tak kusangka sangka dia menarik tubuhku ke pelukannya
“I know what you did last night” katanya sambil mempererat pelukannya dan mengelus elus punggungku.
Aku masih tertegun tak merespon ucapan maupun tindakan Pak Reza, tapi kurasakan buah dadaku tergencet di dadanya saat dia memelukku erat.
“Pak Reza banyak orang, malu ah” jawabku pelan
“banyak orang? ini kan kita kita juga” jawabnya tanpa melepas pelukannya tapi malah meremas pantatku
Kulirik Pak Edwin, dia hanya bediri di pojok melihat kami, sementara Lisa malah mendekat ke Pak Edwin.
“Mari kita rayakan kerja sama ini dengan penuh persahabatan” bisiknya sambil mencium pipi dan bibirku bersamaan dengan tangannya menyingkap rok miniku hingga ke pinggang, aku yakin Lisa maupun Edwin bisa melihat celana dalam model “Thong” yang hanya terdapat penutup segitiga kecil di depan, hingga pasti mereka sudah melihat pantatku.

Ciuman Pak Reza sudah sampai di leherku, dilepasnya blazer yang menutupi bagian luarku hingga tampak tank top pink yang kukenakan dibaliknya. Dengan hanya mengenakan tank top, maka tampaklah putingku yang menonjol di baliknya.

Sebenarnya aku bisa saja menolak cumbuan Pak Reza kalau mau, tapi melihat pandangan Pak Reza yang penuh wibawa dan wajahnya yang galak tegas membuat aku takluk dalam pelukan dan ciumannya. Bukan ketakutan masalah bisnis, aku yakin sebagai seorang professional dia bisa membedakan antara bisnis dan pribadi, tapi memang pada dasarnya aku juga mau dicumbunya.

Kulihat Pak Edwin sudah berciuman dengan Lisa sementara tangannya meremas remas buah dada Lisa yang montok itu.
Pak Reza lalu menelentangkan tubuhku di atas meja meeting, disingkapkan rokku dan dari celah celana dalam mini dia mulai menciumi dan menjilati vaginaku dengan gairahnya.

Tiba tiba kami dikagetkan ketukan di pintu, segera aku berdiri dan membetulkan rok miniku dan kuambil blazerku, tapi Pak Reza memberi tanda supaya nggak usah dipakai.
Lisa membuka pintu, ternyata room boy yang mengantar champagne pesananku, Lisa menerima dan menyelesaikan pembayarannya ke kamarku dan dia minta supaya di depan pintu diberi tanda “DO NOT DISTURB”, setelah mengunci pintu Lisa membuka dan menuangkan untuk kami.

Pak Reza tak mau kehilangan waktu, begitu pintu ditutup, dia kembali memelukku lalu menurunkan tali tank top ku hingga ke tangan, setelah meremas remas sambil mencium leherku, ditariknya tank topku hingga ke perut, maka terpampanglah buah dadaku di depan semua orang.
“wow, very nice breast, begitu kencang, I love it” komentar Pak Reza lalu kepalanya dibenamkan di antara kedua bukit itu sambil tangannya meremas remasnya. Ciumannya dengan cepat berpindah ke puncak bukit dan secara bergantian dia mengulum dari satu puncak ke puncak lainnya. Dengan cepat ciuman Pak Reza turun ke perut dan selangkanganku setelah terlebih dahulu melemparkan tank top ke Edwin dan kembali merebahkan aku di meja meeting, dijilatinya vaginaku dari balik celana dalamku.

Edwin mendekatiku dari atas lalu mencium bibirku dan meremas buah dadaku kemudian mengulum putingnya, sementara jilatan Pak Reza makin menggila di vaginaku, tapi aku tak berani mendesah. Lisa sudah melepas blazernya hingga kelihatan buah dadanya yang montok menantang dibalik kaos you can see ketatnya, dia hanya duduk memperhatikan kami, tak seorangpun menyentuh champagne yang sudah kupesan, ternyata akulah yang menjadi santapan selamat, bukan champagne itu. Disaat aku lagi meregang dalam kenikmatan, kembali kami dikagetkan suara handle pintu dibuka, lalu berganti dengan ketukan.

“Andi” teriakku panik aku tak ingin Andi melihatku dalam keadaan seperti ini, akan mengurangi wibawaku dimatanya.
Kudorong kepala Pak Reza dengan halus, aku mencari tank top atau blazerku tapi terlambat, Lisa sudah membuka dengan hati hati pintu itu dan masuklan Andi dengan membawa laptop dan dokumen dokumennya sebelum aku sempat menutupi tubuh atasku.

Kulihat wajah Andi melongo terkaget kaget melihat aku duduk di meja meeting dalam keadaan topless dan kaki di atas kursi, sementara Pak Reza masih jongkok di bawahku dan Edwin ada dibelakangku dengan bertelanjang dada.
“eh ma..ma..maaf mengganggu” katanya lalu berbalik ke pintu, tapi Lisa segera menghalangi dan menutup kembali pintu itu.
“Udah duduk saja di sini” jawab Lisa sambil menghalangi pintu itu dengan tubuhnya.
“tapi..tapi ..tapi ini harus ditandatangani” jawabnya belum sadar dengan apa yang terjadi.
“nggak ada tapi, tanda tangan mah gampang, sini aku Bantu” kata Lisa sambil mengambil dokumen dan laptop dari tangan Andi dan meletakkannya di meja pojok ruangan di samping champagne..
“taruh di sini saja, kamu lihat sendiri kan mereka sedang sibuk” kata Lisa sambil menarik Andi duduk disebelahnya di sofa.
Kulihat wajah Andi masih melongo kaget melihat bagaimana tingkah lakuku.
“Sudah terlambat, persetan, apa yang terjadi terjadilah” pikirku dan kembali telentang di meja menuruti permintaan Pak Reza, dipelorotnya rok mini dan celana dalamku.

Pada mulanya agak risih juga bertelanjang di depan Andi tapi selanjutnya sudah tak kuperhatikan lagi kehadiran Andi di ruangan itu ketika lidah Pak Reza dengan cantiknya kembali menggelitik klitorisku. Edwin membimbing tanganku dan dipegangkan ke penisnya yang sudah tegang, ternyata dia sudah mengeluarkan penisnya dari lubang resliting, tanpa menunggu lebih lama kukocok penis itu.

Pak Reza melepas celana dalamku dan dilemparkannya ke arah Lisa dan Andi, ternyata Lisa sudah duduk di pangkuan Andi dan mereka sedang berciuman.
Pak Reza menarikku duduk di tepi meja, ternyata dia masih berpakaian lengkap, kubantu melepaskan pakaiannya, lalu aku jongkok di depannya, kupelorotkan celananya, ternyata dia tidak memakai celana dalam, dan wow penisnya yang menegang membuatku terpesona, besar dengan guratan otot di batangnya menonjol dengan jelas.

Segera kujilati kepala penisnya dan memasukkan kepala penisnya ke mulutku, kupermainkan dengan lidahku di dalam, tak tahan diperlakukan seperti itu, Pak Reza menaikkanku kembali duduk di meja, disapukannya kepala penis itu ke bibir vaginaku, pelan pelan mendorong hingga masuk semua lalu didiamkannya sejenak, maka melesaklah penis kedua di hari untuk vaginaku. Dia memandangku dengan penuh nafsu, mencium bibirku, lalu mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur mengocok vaginaku, tangannya meraba buah dadaku lalu wajahku dan jarinya dimasukkan ke mulutku, kukulum dan kupermainkan jarinya dengan lidahku.

Pak Edwin mendekat lalu meremas remas buah dadaku, kuraih penisnya yang masih tegang nongol dari lubang resliting dan kukocok seirama kocokan Pak Reza.
Kudengar desahan dari tempat lain, ternyata Lisa sudah semi telanjang di pangkuan Andi sedang mendapat kuluman dan remasan darinya di kedua putingnya, buah dada Lisa yang montok itu hampir menutup wajah Andi yang sedang terbenam di celah celahnya. Melihat hal itu, Pak Edwin meninggalkan kami menuju ke Lisa dan Andi, segera dia mengulum puting Lisa yang merah menantang berbagi dengan Andi, mendapat kuluman dari dua orang, Lisa sepertinya ingin teriak tapi ditahannya dengan menggigit jarinya.

Setelah puas mengocokku dari depan sambil meremas remas buah dadaku, Pak Reza memintaku berbalik, maka aku berdiri membelakangi dia dan tubuhku membungkuk ke depan bertumpu pada meja, kaki kananku kunaikkan di kursi, Pak Reza kembali melesakkan penisnya di vaginaku, dia mengocok dengan kerasnya hingga meja meeting itu begoyang goyang. Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat Lisa sedang duduk di sofa menerima jilatan Andi di vagina mengulum penis Pak Edwin yang berdiri di sampingnya.

Kocokan Pak Reza serasa menggesek semua sisi dinding vaginaku, begitu nikmat hingga aku melayang dibuatnya, ingin aku menjerit karenanya tapi kutahan dengan menggigit bibirku.

Terbuai oleh kenikmatan dari Pak Reza, tanpa kusadari ternyata Lisa, Andi dan Edwin ternyata sudah bergeser ke meja di dekatku hingga aku bisa melihat dengan jelas bagaimana Andi mempermainkan klitoris Lisa sambil mengocokkan jarinya, ternyata dia sudah mahir juga, batinku. Sementara Pak Edwin berada di antara aku dan Lisa, sambil mengulum puting Lisa dia meremas buah dadaku.

Terkaget aku ketika melihat Andi mengusapkan penisnya di vagina Lisa, ternyata penis Andi begitu besar, sepertinya jauh lebih besar dari punya Pak Reza apalagi Pak Edwin, mungkin sama besar dengan punya suamiku tapi dengan bentuk yang melengkung ke atas membuatku ingin menikmatinya, itu adalah bentuk penis favoritku.
Sepertinya dia kesulitan memasukkan penis besarnya ke vagina Lisa, berulang kali dia berusaha memasukkan tapi gagal meski vagina Lisa sudah basah, dicoba lagi dan dicoba lagi hingga berhasil meski hanya separuh, tapi Lisa sudah menggelinjang gelinjang entah kesakitan atau ke-enak-an. Kupegang tangannya dan dia meremasnya dengan kuat saat Andi berusaha mendorong lebih dalam, memasukkan mili demi mili penisnya ke dalam vagina Lisa. Sementara kocokan Pak Reza juga tak kalah nikmatnya, goyangannya semakin bervariasi menghunjam vaginaku dari berbagai arah dan gerakan. Tangan kami saling meremas dalam kenikmatan.

Andi mulai mengocok Lisa dengan perlahan dan semakin lama semakin cepat, desah tertahan keluar dari hidung Lisa, dia kelojotan menerima kocokan Andi meskipun pelan menurutku, sambil meremas buah dada Lisa Andi mulai mempercepat dan menyodok dengan keras. Remasan tangan Lisa makin kencang, sekencang kocokan Andi padanya.
“Aaauughh..eeghh..ss” teriak Lisa tak dapat menahan kenikmatan yang diberikan Andi.
“sstt” bisikku sambil menutupkan tanganku ke mulutnya, meski aku sendiri sedang terbakar nafsu dan kenikmatan.

Andi mengocok Lisa dengan penuh gairah nafsu, buah dada Lisa yang besar bergoyang goyang liar seiring dengan kocokannya, tapi segera dihentikan dengan kuluman Pak Edwin yang sepertinya nggak rela membiarkan buah dada itu bergoyang sendirian.

Kokocakan Pak Reza sungguh bervariasi, baik kecepatan, arah maupun goyangannya, sungguh trampil dia dalam bercinta, membuatku panas dingin dibuatnya.
Setelah puas mengocokku, Pak Reza menarik keluar penisnya, dan digantikan dengan Pak Edwin mengocokku. Aku berjongkok di kursi dan tanganku bersandarkan sandaran kursi hingga Pak Edwin mengocokku dengan doggie style dengan tetap menghadap ke Lisa dan Andi dan juga Pak Reza yang kini berdiri di sisi Andi menunggu giliran sambil meremas dan mengulum buah dada Lisa yang montok manantang itu menggantikan posisi Pak Edwin.

Andi mengocok Lisa makin ganas, dengan satu kaki terangkat di pundaknya sedang satu kaki lagi dipegang tangannya dengan posisi terpentang pasti penis Andi melesak masuk ke vagina Lisa hingga menyentuh dinding terdalamnya, dengan disertai dorongan yang keras pasti Lisa sudah terbang ke awang awang kenikmatan.
Andi lalu memiringkan tubuh Lisa hingga dia menghadap ke arahku, lalu dia kembali mengocoknya dengan keras, buah dada Lisa ikut bergoyang goyang seirama kocokan Andi. “gila hebat juga ini anak” batinku.

Kocokan Pak Edwin tak terlalu kuperhatikan karena setelah mendapatkan Pak Reza punya Pak Edwin tidaklah terlalu berasa meski aku bisa menikmati sedikit kenikmatan yang berbeda, dengan melihat bagaimana Andi memperlakukan Lisa aku bisa dengan cepat bergairah kembali, maka kugoyangkan pantatku melawan gerakan Pak Edwin, secepat kocokan Andi pada Lisa, aku begitu horny dibuatnya, sambil berharap supaya Andi tidak orgasme di vagina Lisa terlebih dahulu supaya aku bisa menikmati semprotan pertamanya.

Sambil menunggu giliran yang belum juga diberikan Andi, Pak Reza menggapai buah dadaku dan tangan satunya meremas buah dada Lisa yang lebih montok seolah hendak membandingkan, kedua tangannya meremas dua buah dada yang berlainan bentuk dan ukuran.

Aku sudah khawatir cemas kalau ternyata Andi menyemprotkan spermanya di vagina Lisa terlebih dahulu, karena sudah cukup lama dia mengocokkan penisnya ke vagina Lisa, sudah setengah jam lebih.
“gila kuat juga si Andi ini” batinku.

Kini Andi mengocok Lisa dengan posisi doggie di atas kursi, meniru posisiku hingga kami saling berhadapan, buah dada Lisa yang besar menggantung dan bergoyang dengan indahnya ketika Andi mengocoknya, Pak Reza yang masih menunggu giliran dari Andi duduk di meja antara kami, hingga kami bisa mengulumnya secara bersamaan antara kuluman dan jilatan. Lisa mengulum maka aku menjilati sisanya begitu juga sebaliknya, dua lidah di satu penis.

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari dua wanita cantik seperti aku dan Lisa membuat Pak Reza merem melek, tangannya meremas rambutku juga rambut Lisa. Sepertinya Lisa sudah bisa merasakan nikmatnya penis Andi yang besar itu hingga dia bisa membagi konsentrasi dengan kuluman pada penis Pak Reza.

Andi menghentikan kocokannya dan menyerahkan Lisa ke Bos-nya dan mereka bertukar tempat, Andi mengganti posisi pada mulut Lisa setelah terlebih dahulu memutar kursi Lisa menjauh dariku, kecewa juga aku dibuatnya karena tidak bisa menikmati penis Andi itu, ingin minta tapi masih ada perasaan segan atau gengsi. Masih bisa kulihat dengan lebih jelas betapa nikmatnya penis Andi itu hingga Lisa mengulum dengan ganasnya meski tak bisa memasukkan semuanya.

Aku yakin Lisa kurang bisa menikmati Pak Reza setelah merasakan penis Andi. Kocokan Pak Edwin tidak kuperhatikan lagi, tapi aku lebih menikmati kuluman Lisa pada penis Andi itu meski Pak Edwin mulai melakukan variasi gerakannya, tangannya mengelus punggung dan buah dadaku, dia lalu memutar kursi hingga Aku dan Lisa berjejer, tapi Andi malah menggeser tubuhnya ke sisi lain malah menjauhiku.

Pak Reza meremas buah dadaku sambil mengocok Lisa, sementara Pak Edwin meremas buah dada Lisa sambil mengocokku dan Andi meremas remas buah dada montok yang satunya dari sisi lainnya, kini Lisa mendapat servis dari tiga orang, sementara aku menginginkan Andi tapi dia selalu menghindariku sepertinya dia segan menyentuhku.

“come on Andi, satu remasan atau satu kuluman saja darimu, I need you” jerit batinku tapi kembali rasa gengsi sebagai Bos terhadap dia masih tinggi. Andi berciuman dengan Lisa sambil tangannya tetap meremas buah dadanya, aku iri melihatnya, bahkan ketika Pak Reza dan Pak Edwin bertukar tempat, Andi tetap tak mau beranjak ke arahku. Kembali aku mendapat kocokan dari Pak Reza, oh much better than before, kurasakan kenikmatan kembali dari Pak Reza, ouh betapa nikmatnya sodokan dan kocokan beliau jauh lebih nikmat dibanding dengan Pak Edwin tadi, kini aku kembali tenggelam dalam kenikmatan birahi. Tapi itu tak berlangsung lama ketika Pak Reza dan Pak Edwin bertukaran tempat lagi, hingga tiga kali.

Tak lama kemudian ketika Pak Reza sedang keras kerasnya menyodokku, kembali aku dibuat iri pada Lisa saat Pak Edwin dan Andi bertukar tempat, Lisa sudah mendapat kocokan Andi untuk kedua kalinya, kepalanya mendongak dan tubuhnya menggeliat ketika Andi memasukkan kembali penisnya tapi tak lama setelah itu dia sudah mulai mengulum penis Pak Edwin. Pak Reza kembali meremas remas buah dada Lisa sambil mengocokku tapi Andi tak mau melakukan hal itu padaku, dia tetap serius mengocok Lisa sampai berulang kali dia menggeliat ketika Andi mengocoknya dengan keras. “Lisa sudah mendapatkan tiga penis, di mulut maupun vagina, tapi aku baru dua, itupun kurang memuaskanku” teriak batinku.

Kupandangi wajah Andi ketika mengocok Lisa begitu ganteng dan cool, expresinya tidak berubah seperti biasa saja kecuali keringatnya yang menetes membasahi tubuhnya yang atletis itu sehingga makin sexy. Belum sekalipun Andi menyentuhku, entah dia mau menghukumku atau karena segan, aku tak tahu.

Kuhibur diriku dengan berkonsentrasi pada kocokan Pak Reza, aku tak mau tersiksa terlalu lama mengharapkan Andi, maka kugerakkan pinggangku mengimbangi Pak Reza dan hasilnya sungguh luar biasa, dia bergerak semakin liar dan akhirnya tak bisa bertahan lama, maka menyemprotlah spermanya ke vaginaku dengan kencangnya, kurasakan denyutan yang keras dari penisnya di dalam vaginaku seakan menghantam dinding rahimku. Bersamaan dengan semprotan Pak Reza, ternyata Pak Edwinpun menyemprotkan spermanya di muka Lisa, sperma itu menyemprot kemana mana baik di mulut, wajah dan sebagian ke rambutnya.

Pak Reza menarik penisnya yang sudah lemas begitupun dengan Pak Edwin, aku belum mencapai orgasme, hanya satu penis yang masih berdiri yaitu Andi, akhirnya aku harus mengalahkan gengsiku yang dari tadi mencegahku.
Kuhampiri Andi yang sedang menyocok Lisa, dari belakang kupeluk dia hingga tubuh telanjangku menempel di punggungnya, keringat kami menyatu, aku elus dadanya yang bidang berbulu. Sesaat dia menghentikan gerakannya tapi kemudian dilanjutkan kembali dengan lebih keras.

Merasa belum mendapat respon darinya, aku bergeser ke depan, kujilati puting dadanya sambil mengelus kantung bolanya, Andi masih tetap tak mau menyentuhku malah makin cepat mengocok Lisa, maka kupegang tangannya dan kuletakkan di buah dadaku, kugosok gosokkan, barulah dia mulai merespon dengan remasan halus tanpa berhenti mengocok Lisa, lalu kucium bibirnya, tanpa kuduga dia langsung memegang kepalaku dan diciumnya bibirku dengan penuh gairah, full of passion, seperti orang melepas rindu berat, mungkin dari tadi Andi memang menginginkanku tapi tidak berani.

Ciuman pada bibirku yang penuh nafsu tak menghentikan kocokan pada Lisa, lalu turun ke leherku sebagai sasaran selanjutnya dan berhenti di kedua putingku.
Dengan penuh nafsu dan dengan liarnya dia mengulum, menjilat, menyedot dan meremas remas puting dan buah dadaku. Ouuhh aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah.

Konsentrasiku terganggu ketika kudengar teriakan dari Lisa yang sedang mencapai kenikmatatan tertinggi, dia mengalami orgasme dengan hebatnya, terlihat badannya bergetar hebat dan kepalanya digoyang goyangkan seperti orang yang kesetanan, beberapa detik kemudian tubuhnya melemas di atas kursi dengan napas terputus putus. Bersamaan dengan ditariknya penis dari vagina Lisa, dia mendorong tubuhku ke bawah lalu disodorkannya penis besar itu ke wajahku, agak ragu sejenak tapi kemudian tanpa membuang waktu lebih lama kukulum juga penis anak buah kepercayaanku itu, seperti dugaanku ternyata aku tak mampu mengulum penis itu semuanya, lalu kukocok pelan, aroma dari vagina Lisa tercium olehku tapi tak kupedulikan, Andi memegang kepalaku dan mengocokkan penisnya di mulutku dengan liar, hampir aku tak bisa bernafas.

Lisa sudah duduk di antara Pak Edwin dan Pak Reza, kemudian Andi memintaku duduk di kursi, dipegangnya kedua kakiku dan dipentangkannya, kuraih penis besar yang dari tadi kuimpikan, kusapukan di bibir vaginaku dan kuarahkan masuk, ternyata Andi tak mau terlalu lama bermain main di luar, dengan keras di sodoknya penis besar itu masuk ke vaginaku.

“OOUUGGHHh” teriakku spontan lalu kututupi mulutku dengan tangan sambil melotot ke arahnya.
Vaginaku terasa penuh hingga aku tak berani menggerakkan tubuhku, tapi Andi seperti tak peduli, langsung mengocokku dengan cepat dan keras, kurasakan penisnya menggesek seluruh dinding dan mengisi semua rongga di vaginaku, begitu nikmat hingga seakan aku melayang layang dalam kenikmatan birahi yang tinggi. Kakiku kujepitkan di pinggangnya, kedua tangannya meremas dengan keras kedua buah dadaku dan memilin ringan putingku sambil mencium bibirku dengan ganasnya.

Begitu liar dan ganas dia mencumbuku seakan menumpahkan segala dendam yang lama tesimpan, kocokannya yang keras seakan mengaduk aduk vaginaku. Kulawan gerakannya dengan menggerakkan pinggulku secara acak, dan aku mendapatkan kenikmatan yang bertambah.

Entah sudah berapa lama kami bercinta di kursi hingga dia memintaku untuk rebah di karpet lantai ruangan, lalu segera dia menyetubuhiku, tubuh atletisnya menindih tubuhku sambil pantatnya turun naik mengocok vaginaku, ciumannya sudah menjelajah ke seluruh wajah dan leherku tanpa sedikitpun bagian yang terlewatkan.

Aku mengagumi kekuatan fisik Andi yang begitu kuat, dinginnya AC tak mampu mencegah peluh kami sudah bertetesan di seluruh tubuh. Kuraih kenikmatan demi kenikmatan dari setiap gerakan Andi di atas tubuhku.
Selanjutnya kami bergulingan, kini Andi telentang dan aku duduk di atasnya, secepatnya kugoyangkan pantatku mengocok penis Andi, goyanganku kubuat tidak aturan dan banyak variasi hingga dia menggigit bibirnya, dipandanginya wajahku, lalu dia kembali meremas buah dadaku dengan kerasnya, tanpa kusadari ternyata Pak Reza sudah berdiri di sampingku dan menyodorkan penisnya ke mulutku, kugapai dan langsung kukulum dengan gairahnya sambil tetap menggoyang pantatku. Pak Reza ternyata tak mau diam saja, dia ikut mengocokkan penisnya di mulutku sambil memegangi kepalaku. Tak mau kalah Andi kemudian ikutan menggoyangkan pinggulnya hingga kami seolah berpacu meraih kenikmatan birahi.

Andi lalu duduk hingga tubuhku berhadapan dalam pangkuannya, kujepitkan kakiku di pinggangnya sambil tetap menggoyangkan pantat tanpa melepas kocokan mulutku pada penis Pak Reza, Andi menjilati seluruh leher dan dadaku, disedotnya putingku dengan keras, kurasakan gigitan gigitan kecil di sekitar buah dada dan putingku tapi tak kuperhatikan.

Akhirnya kurasakan tubuh Andi menegang dan sedetik kemudian kurasakan kepala penisnya membesar memenuhi rongga dalam vaginaku lalu menyemprotkan spermanya, sementara gigitan dan sedotan di dadaku terasa semakin kuat, denyutannya membuat aku terbang melayang tinggi hingga ke puncak kenikmatan, maka akupun orgasme saat penis Andi sedang berdenyut dengan hebatnya di vaginaku, kami sama sama menggapai orgasme dalam waktu yang relatif bersamaan, tubuhku sudah mulai melemas tapi penis Pak Reza masih di tanganku, maka kukeluarkan kemampuanku untuk segera mengakhiri kemauan Pak Reza sambil masih tetap duduk di atas Andi, tangan Andi masih meremas dengan lembut kedua buah dadaku, tapi konsentrasiku hanya tertuju ke Pak Reza, tak lama kemudian berdenyutlah penis Pak Reza di mulutku, tak kurasakan cairan sperma keluar dari penis itu, hanya denyutan denyutan ringan hingga melemas dengan sendirinya.

Aku terkulai lemas di atas tubuh Andi, anak buahku itu, dan dia membalas dengan ciuman dan elusan di punggung telanjangku, beberapa saat kemudia aku tersadar dan berdiri menjauhinya, duduk kembali di kursi.
Lisa memberikan teh hangat, kami semua masih telanjang, masih kurasakan seakan penis Andi masih mengganjal vaginaku.

Baru aku sadari ternyata ada empat titik memerah bekas gigitan Andi pada dada dan sekitar buah dadaku, kulirik Andi tapi dia tidak memperhatikan.
Jarum jam menunjukkan pukul 13:30, ketika kami menandatangani kontrak itu dalam keadaan telanjang, sambl memangkuku Pak Reza menandatangani lembaran itu dan di atas pangkuan Pak Reza pula aku menandatanganinya. Sementara Pak Edwin sebagai saksi, ikut menandatangani kontrak itu sambil memangku Lisa yang masih telanjang.

“Alangkah asiknya kalau kita bisa makan siang bersama sambil telanjang” usul Pak Edwin
Aku hanya tersenyum menanggapi usulan nakal Pak Edwin, kukenakan kembali pakaianku meski tanpa celana dalam karena diminta Pak Edwin yang masih bujangan itu.
Tak lama kemudian kami semua sudah berpakaian lengkap, kubereskan dokumen yang berserakan di lantai maupun meja dan kuberikan semuanya ke Andi.
Dan selesailah official meeting hari ini.

Sebenarnya aku tak mau mencampur adukkan antara bisnis dan kesenangan seperti ini, baru pertama kali terjadi. Awal bisnis yang di awali seperti ini terus terang membuat aku takut, tapi apa bedanya dengan para bisnisman lainnya yang memberikan wanita cantik untuk dapat mendapatkan proyek, toh proyek itu jalan juga.

Setelah makan siang, aku dan Andi mengantar mereka hingga ke lobby dan disanalah kami berpisah, Aku dan Andi naik ke atas, tak ada pembicaraan sepanjang jalan ke kamar meskipun di lift Cuma kami berdua, suasana menjadi kaku, hal seperti inilah yang tidak aku inginkan.
“Andi apapun yang telah terjadi adalah tidak pernah terjadi, tolong camkan itu demi kebaikan kita semua” kataku pada Andi sambil mengecup bibirnya, sebelum dia masuk kamarnya.
Dan kami kembali ke Jakarta sebagai mana tidak terjadi sesuatu kecuali kenangan indah.

 

Sekian Dari BugilNews. Kunjungi Juga Cerita Dewasa, Cerita Seks, Cerita Ngentot, Foto Hot, Foto Bugil, Foto Seksi

Terima Kasih Atas Kunjungan Nya :) ….

Cerita Sex: Kenikmatan Abadi – Ist

$
0
0

Seks pertamaku yang indah ternyata terus-menerus melekat dalam memori otakku, sehingga setiap habis menerima amplop hasil memberikan les privat, aku langsung menuju lokalisasi Kali Jodoh yang tidak jauh dari rumahku. Sampai-sampai aku merasa telah mahir sekali dalam urusan ranjang. Habis bagaimana nggak? Yang mengajariku adalah wanita-wanita senior yang handal dalam menservis lelaki.

cerita-sex-kenikmatan-abadiCerita Sex: Kenikmatan Abadi – Ist

Segala macam gaya sex sudah kulakoni, meskipun kadang aku harus hutang untuk mendapatkannya (yang ini kalau nggak kenal banget, nggak akan bisa). Tapi meskipun demikian kebiasaanku melantunkan, “Hallo-hallo bandung” versiku, tak kunjung padam. Kadang di kamar mandi, kadang di tempat tidur, malah kadang di WC sekolah pun kulakoni, terutama sehabis melihat pemandangan indah teman sekelasku yang wanita.

Cerita Sex | Setelah Lulus SMP, aku melanjutkan ke sekolah P di bilangan Jelambar, Jakarta Barat. Mula pertama masuk adalah saat yang paling menyenangkan. Aku mendapat teman baru yang cantik-cantik (yang cowoknya sih nggak usah diceritain), ditambah lagi dengan seragam celana panjang. Sepertinya aku semakin percaya diri untuk mendekati seorang wanita. Tak lama waktu yang dibutuhkan untuk menunjukkan kepiawaianku dalam pelajaran. Aku menjadi bintang kelas yang banyak didekati teman-temanku, terutama yang hobinya nyontek. Untunglah di kelasku (Atau mungkin seluruh sekolah) 80% muridnya hobi nyontek, jadi stock teman tidak akan kehabisan dalam kamus kehidupanku.

Salah satu, eh salah dua dari sekian banyak temanku ada yang dandanannya bisa bikin senjata lelaki tegap. Namanya Jenny dan Lisa. Keduanya sahabat kental. Kemana pergi selalu berdua. Bahkan ke WC pun juga berdua, sampai seisi kelas memvonisnya sebagai pasangan Lesbian. Nah keduanya termasuk dalam siswi yang 80% tadi, sehingga tiap kali ada ulangan mereka selalu berada di dekatku.

“Witing tresno jalaran soko kulino.” Keakraban akan dapat menimbulkan kasih sayang, ternyata benar dan terjadi padaku. Aku benar-benar Fall in Love kepada Lisa, tapi sayangnya kalau aku perhatikan justru Jenny yang ada perhatian denganku. Aku terjerat dalam cinta segitiga yang bikin pusing tuju keliling. Lisa memang lebih cantik dari Jenny. Itu menurutku, tapi body Jenny jauh lebih mantap dari Lisa. Kalau Lisa ibarat Paramitha Rusady, cantik, anggun tapi body agak payah, sedangkan Jenny ibarat Diah Permata Sari, wajah tidak terlalu cantik tapi dada dan pinggulnyaitu loh yang mantap.

Oh ya ada yang lupa, keduanya kalau sekolah mengendarai sedan keluaran terbaru, cuma waktu itu aku tidak tahu siapa yang punya diantara mereka berdua, sedangkan aku sekolah mengendarai kedua kakiku. Sempat juga aku minder, tapi aku dapat menepiskan perasaan itu, apalagi saat Jenny mengundangku untuk mengajari Matematika yang katanya suka bikin dia demam, aku jadi tambah semangat.

(baca juga: cerita sex anak guru sma ku)

Hari sabtu usai bubaran sekolah, aku ikut mobil mereka menuju rumahnya. Tiba di rumah Jenny, Lisa langsung pamit dengan alasan papinya menunggu di rumah. Satu point masuk memoriku. Berarti mobilnya milik Lisa, tapi melihat keadaan rumah Jenny yang cukup megah rasanya tidakmustahil kalau Jenny juga mempunyai mobil. Aku menunggu di ruang tamu dan tak lama Jenny sudah keluar membawakan juice jeruk. Tapi bukan juice-nya yang jadi perhatianku, pakaiannya minim sekali.

Jenny hanya mengenakan celana pendek berbahan kaos, dan kaos oblong, sehingga waktu Jenny meletakkan gelas di meja, aku dapat melihat bulu ketiaknya yang sangat lebat, ditambah tonjolan dadanya yang sangat besar sepertinya sih dia tidak memakai bra. Karuan saja senjataku langsung bergerak mekar, menerobos hutan di sekitarnya. Efeknya langsung aku merasakan sakitseirama dengan tertariknya bulu kemaluanku tersebut. Aku beringsut membetulkan letak senjataku.

“Gimana, La? Bisa langsung mulai nggak?” Jenny langsung pada tujuannya.
“Boleh, boleh,” aku langsung mengiyakan menutupi sikap grogiku.
“Sini dong! Gimana bisa ngajarin gua kalau berhadapan gini?” kata Jenny dengan nada manja.

Aku langsung beranjak, dan duduk di sebelah Jenny di sofa yang untuk 3 orang. Jenny mulai bertanya tentang pelajaran yang menurutnya agak sulit. Aku menjelaskannya dengan dada bergemuruh, apalagi saat paha Jenny saling bertumpangan, celana pendeknya makin tertarik ke atas, sehingga pahanya yang putih dan mulus makin terlihat jelas. Konsentrasiku semakin buyar.

2 jam berlalu, Jenny mulai bosan, akhirnya kami hanya mengobrol. Ternyata Orang tua Jenny jarang ada di rumah. Pantas saja aku tidak melihat seorang pun di rumah sebesar ini, tanpa kuminta Jenny mulai menceritakan hal-hal pribadi tentangnya. Kecanduannya akan ganja, pergaulannya dengan berbagai macam lelaki, jarangnya ada di rumah, dan masih banyak lagi yang intinya menjelaskan bahwa dia adalah salah satu sample produk broken home yang perfect. Tapi yang menarik buatku adalah pergaulan bebasnya. Itu berarti aku juga bisa ikut termasukdalam salah satunya dan 100% Jenny sudah tidak virgin lagi.

Sementara Jenny nyerocos terus dengan ceritanya, otakku berfikir keras bagaimana cara menikmati keseksian tubuhnya. Sampai cerita Jenny habis dan aku pamit pulang, aku belum dapat menemukan caranya.

Tapi Iblis memang selalu memberikan jalan buat pengikutnya. Berawal dari acara sekolah, Jenny dan Lisa yang hobi nyanyi ternyata kesengsem dengan permainan jariku memetik senar-senar gitar. Kunjunganku ke rumah Jenny pun berubah menjadi acara karaoke bersama dengan Lisa.Setelah lelah bernyanyi, Jenny beranjak ke kamar pribadinya dan membawa laser disc (dulu belum ada VCD) porno dan memutarnya.

Kami bertiga menonton bersama. Tak lama dari layar TV 29″ milik Jenny keluar gambar-gambar erotis yang membuat siapa pun akan naik tensi darahnya. Aku melihat Jenny dan Lisa memerah wajahnya, mungkin menahan nafsu, sedangkan aku sendiri sudah merasakan celana dalamku agak basah oleh pelumas yang keluar dari senjataku. Namun aku hanya diam dan berpura-pura bodoh.

“Lis, sini gua bilangin,” Jenny menarik tangan Lisa ke kamarnya.

Aku hanya bengong, entah apa yang dibicarakan mereka. Keluar dari kamar Lisa berpamitan pulang, aku bersorak dalam hati. Ini yang kutunggu.

Deru suara mobil di halaman luar menandakan Lisa telah pulang. Jenny menutup seluruh pintu dan jendela dan kembali duduk di sampingku. Pikiranku sudah membayangkan hal-hal yang indah. Pasti Jenny sudah tidak tahan. Namun aku masih bertahan dengan sikap bodohku dan tetap memandang gambar demi gambar yang keluar dari layar TV. Meskipun seluruh aliran darahku telah bergerak ke arah penisku, dan senjataku sudah mengeras bagaikan batu, aku tetap bertahan karena aku mengenalkan diri kepada mereka sebagai lelaki yang tidak tahu apa-apa mengenai seks.

“Ehmm, serius banget sih La, emangnya belum pernah nonton film begini ya?” suara Jenny membuyarkan angan-anganku.
“Iya,” padahal dalam hati aku bilang,
“Jangan kata nonton, ngelakonin aja sudah sering.”
“Loe, mau nggak gua ajarin!” goda Jenny.
“Apa?” aku pura-pura kaget.
“Iya, seperti di film itu.” balas Jenny.
“Tapi..” aku pura-pura semakin bodoh.
“Tenang aja lah,” Jenny kembali memberi semangat.

Melihat dari rayuannya yang berani, aku sudah bisa menebak pasti hal begini buat Jenny sudah biasa. Entah bagaimana mulainya, yang aku tahu kini aku sedang melaksanakan anganku, dan di hadapanku di permadani ruang tamu yang tebal telah tergolek tubuh indah putih yang selalu hadir dalam anganku saat onani.

Aku bertahan dengan sikap bodohku, meskipun Jenny sudah merangsangku dengan kebugilannya, aku hanya diam. Perlahan Jenny mencium bibirku. Tangannya melepas bajuku, belaian jarinya yang lentik di dadaku membuatku tak tahan.

“Ayo dong La,” tangannya menuntun tanganku ke dadanya yang membusung besar.

Aku dapat merasakan kelembutan dan kekenyalan dadanya di tanganku. Perlahan aku meremas buah dadanya. Jemariku menelusuri permukaannya mencari putingnya, tapi sulit sekali karena putingnya melesak ke dalam. Gundukan buah dadanya belum mencuat seperti guru-guruku. Aku mencongkelnya sedikit dengan kuku. Begitu kudapatkan kupilin pelan ke kiri ke kanan. Jenny menjerit lirih. Dia bergerak melepas celana panjangku, dan dengan tak sabar celana dalamku dilorotkan. Senjataku langsung mencuat ke atas bagai seorang prajurit tempur menunggu instruksi komandan.

“Ohh.. gila! La, punya loe gede banget,” Jenny langsung menggenggamnya dan mengocoknya halus.

Aku semakin tak tahan dengan kepura-puraanku. Aku mulai membalas serangannya. Lidahku mulai bergerak menelusuri lehernya yang putih dan jenjang, turun terus memutari dua buah gundukan besar dan kenyal. Aku permainkan nafsu Jenny dengan tidak menyentuh puting dadanya. Lidahku hanya berputar di buah dadanya. Ternyata Jenny tak tahan.

“Putingnya, La!” tangan Jenny meremas kepalaku dan membimbing mulutku mengisap putingnya.

Kini aku bagaikan bayi mengisap puting buah dadanya, kiri dan kanan. Sesekali kutekan dengan lidah bahkan kugigit pelan. Jenny semakin merintih. Tangan Jenny bergerak menelusuri seluruh tubuhku sesuka hati. Perjalanan lidahku sampai juga pada kemaluan Jenny yang ditumbuhi bulu lebat. Kusibak bulu-bulunya yang menghitam dengan lidahku.

Klitorisnya yang sudah mengkilap kujilati, dan kuhisap sedangkan kedua jariku asyik memilin kedua puting payudaranya. Jenny semakin merintih tidak karuan menahan gairahnya, sedangkan aku yang sudah terbakar masih sabar memberikannya kenikmatan sedikit demi sedikit, padahal kepala senjataku sudah penuh denganpelumas yang keluar. Nafsuku memang sangat tinggi terhadap Jenny, lain sekali dengan WTS yang kukencani.

Lidahku semakin dalam menelusup ke lubang kewanitaannya. Remasan Jenny semakin kuat di rambutku.

“La, gua udah nggak tahan,” suara Jenny terdengar terputus-putus, tapi aku masih terus berkutat dengan daging kecil di selangkangan Jenny.

Kadang kuhisap dengan kuat. Tapi tiba-tiba saja Jenny bangkit berdiri dan mendorong tubuhku, lalu dengan rakus dijilatinya seluruh tubuhku. Puting dadaku digigit-gigit sementara tangannya terus memainkan senjataku. Dan yang paling berkesan, dengan lahapnya Jenny melumat senjataku. Dikocoknya di sela-sela giginya yang putih. Aku mencoba bertahan dari rasa nikmat yang terus mengalir ke seluruh tubuhku. Aku tak mau dicap sebagai ayam sayur.

Akhirnya Jenny sendiri yang sudah tak tahan langsung menaiki tubuhku, dan dengan sekali sentakan pinggulnya ke bawah, amblaslah seluruh senjataku ke dalam lubang kewanitaannya yang sudah basah. Aku menikmati remasan lembut di batang senjataku. Saat pinggul Jenny bergeraknaik turun, aku meremas dadanya, kadang meremas pinggulnya yang bahenol.

Memang lain sekali, jepitan kemaluan Jenny terasa erat mencengkram senjataku. Aku yang selama ini hanya main dengan WTS merasakan sekali perbedaannya. semakin lama gerakan pinggul Jenny semakin kuat. Aku sudah tak tahan lagi, cepat-cepat kupegang pinggulnya, gerakannya terhenti. Lalu dengan cepat kuambil alih posisi. Kini dengan posisi di atas, aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur, sambil terus bergerak mulutku menghisap buah dadanya sedangkan tanganku yang satu memilin-milin putingnya yang satu.

Ternyata jurusku cukup ampuh. Jenny menjerit lirih dan dengan hentakan keras pinggulku dan hisapan kuat di puting buah dadanya, Jenny mencapai orgasmenya. Seluruh tubuhnya bergetar halus dan mengejang kaku. Bola matanya mendelik. Aku merasakan hangat di senjataku. Aku segera memacu pantatku lebih kuat. Jenny berteriak lirih agar segera menyudahi permainan.

“Achh, gua ngilu la, cepet.. keluarin.. jangan di dalam yah..” Aku mengerti perkataannya.

Saat aku merasakan spermaku sudah di ujung, kucabut senjataku dan dengan bantuan tanganku, muncratlah isi senjataku ke atas perutnya yang mulus.

Sejak saat itu tiap kesempatan, Jenny selalu mengundangku ke rumahnya untuk diajari matematika dan mati-matian dalam kenikmatan. Namun aku belum puas jika belum menaklukan Lisa. Aku akan terus berusaha untuk menaklukan sekaligus menyetubuhi Lisa, wanita impianku


Cerita Bokep Telanjang Bulat Di Bawah Bulan

$
0
0

Cerita Bokep Telanjang Bulat Di Bawah Bulan – Berikut ini Cerita Seks Terbaru, Cerita Mesum Indo, Cerita Ngentot ABG, Cerita Sex Dewasa 2015 – Kami duduk rapat-rapat, terguncang ke sana kemari oleh olengan bis. Aku menengok ke sebelahku. Janet mengerling ke arahku. Sesaat pandangan kami tumbuk. Matanya menyipit, senyuman halus tergurat di bibirnya. Tangannya menggapai. Jarinya terasa bergerak berkelana di pahaku. Tangannya tiba-tiba kupegang erat-erat. Terasa kebahagiaan yang luar biasa membahana dalam diriku.

Cerita Bokep Telanjang Bulat Di Bawah Bulan

Cerita Bokep Telanjang Bulat Di Bawah Bulan

Cerita Nafsu Dewasa – Janet adalah betinaku. Memeknya hanya untuk diriku. Dan kontolku adalah milik dia sepenuh-penuhnya. Setiap habis ngentot, setiap aku habis menumpahkan bijiku di antara bibir garbanya, kontolku mesti kutidurkan di bantalan telapak tangannya, kadang selagi masih berdenyut-denyut lemah menghabiskan tenaga ejakulasinya. Dan Janet selalu membelai kepala kontolku.

“Kasihan, kasihan..” demikian ia bergumam sambil mengecupnya lembut, merasakan mani yang tersisa di kulitnya, menghirup baunya yang asin menyengat.

Bis berpacu makin cepat ke arah selatan. Jalan semakin menciut, lama-kelamaan tidak lagi beraspal. Kerikil pun lama-lama semakin jarang, jalan menjadi lorong berdebu, dua lekukan dangkal yang memanjang sejajar di tengah padang rumput. Dan akhirnya.. Laut! Bentangan biru yang berkilat-kilat. Matahari telah condong ke barat menyulap permukaan air menjadi sejuta titik pancaran cahaya.

Bis berhenti di bawah naungan nyiur di halaman sebuah losmen. Kami turun. Sinoman rambut Janet terangkat-angkat diterpa angin laut. Ombak berbisik di kejauhan, desisnya yang mesra menyapu wajah kami yang tergelimang keringat. Hari sudah sore. Sejak siang tadi kami mengukir perjalanan dari ujung utara ke ujung selatan pulau kecil ini. Sekarang kelelahan menguasai raga kami.

Perlahan kami melangkah naik ke serambi. Di sebelah kanan ada sebuah meja bundar dengan beberapa kursi. Di sebelah kiri kantoran kecil, sebuah meja dengan buku tulis kumal di atasnya, sebuah lemari kaca, sebuah kursi tua yang serat rotannya putus-putus. Seorang ibu setengah baya, memakai daster dan sandal jepit, menyambut kedatangan kami dengan tawa lega. Dengan ramah ia menjabat tangan kami.

“Ibu Gah”, demikian ia memperkenalkan diri dengan ramah.

Rupanya bulan Juni di losmen ini jarang ada tamu. Bangunannya sangat sederhana. Hanya tembok bata persegi panjang tidak berplester. Tidak ada langit-langit. Di kolong atap, balokan kayu bersilang menopang genteng. Terlihat kilauan sinar matahari menyusup masuk di sana-sini melalui celah-celah di genteng. Rongga bangunan tersekat menjadi dua deretan kamar yang memanjang kanan-kiri.

Di tengah, sebuah lorong menembus lurus ke pintu belakang. Lantainya semen tanpa tegel. Di ujung belakang ada ruang makan kecil, mejanya hanya satu yang diberi papan kayu panjang kanan-kiri untuk tempat duduk. Ke belakang lagi ada dua kamar mandi dan dua bilik WC. Di ujung lorong, muka dan belakang, tidak ada daun pintu. Angin berhembus bebas dari laut menghantar kesejukan lembut ke dalam losmen.

Malam itu kami makan di losmen: nasi dengan teri goreng dan selada tomat segar yang gurih. Minumannya teh pahit. Habis makan aku mandi, Janet pun mandi. Belum jam delapan kami sudah menuju ke kamar. Kamar kami kecil, ranjangnya dua di kanan-kiri. Kelambu bergelantungan dari ragangan kayu di atas kasur kapuk. Ada jendela yang melompong tidak berkaca, daun kayunya tidak menyambung kanan-kiri dan tidak dapat ditutup dengan rapat.

Cepat-cepat kami bersalin. Aku memakai sarung dan kaos oblong. Janet memerosotkan celana dalamnya, kain batik dililitkan pada tubuhnya yang sintal berlekuk-lekuk, buah dadanya menghilang di balik kancing blus sutra yang biasa dipakainya kalau tidur. Sesaat kami berdiri berpelukan di tengah kamar, bibirnya kukecup, kurasakan hangat tubuhnya, kuhirup wangi rambutnya. Janet menyandarkan pipinya ke dadaku. Terasa zakarku membengkak hendak bangun, tetapi perlahan kami berpisah.

Aku naik ke ranjang, Janet pun masuk di balik kelambu di ranjang sebelah. Aku merapikan kelambuku. Dalam sekejap aku pun sudah pulas. Kemrosak! Aku terlonjak duduk tegak, mataku cepat menjelajahi keremangan. Terasa ada sesuatu. Ada suara krisik-krisik. Dekat. Jantungku berdebar keras. Kakiku perlahan kuselonjorkan keluar kelambu. Perlahan aku berdiri. Senyap. Lalu krisik lagi.. Di luar jendela. Aku melangkah ke jendela, daun jendela kudorong perlahan, kriik terbuka. Aku menjenguk keluar. Semak belukar di samping losmen bermandikan cahaya bulan purnama yang redup.

Samar-samar kelihatan dua bayangan. Krisik! Ada nafas terengah-engah. Krisik lagi! Aku memicingkan mata berusaha menembus kegelapan. Tiba-tiba kelihatan. Ada dua ekor kuda Timor, jantan dan betina. Yang jantan berdiri di belakang yang betina, kaki depannya terangkat menunggang di atas punggung yang betina berjuntai kanan-kiri. Tampak batang kelaminnya melongok di antara kaki belakangnya, berdenyut-denyut didesakkannya ke liang silit di bawah dubur yang betina. Bless.. Masuk, diiringi desahan nafas dari kedua binatang. Kaki mereka terhentak-hentak, semak terinjak-injak berantakan, yang betina didekap kencang oleh yang jantan, nafasnya semakin mendesah, sempoyongan sebentar lalu tegak lagi, dan tiba-tiba si jantan meringkik dan meringkik lagi dan meringkik lagi, keras. Terasa ada tangan halus menyelinap ke bawah kaos oblongku, menggerayangi perutku.

“Kau pengin kaya gitu?” bisik Janet, merangkul aku dari belakang.
“Kau betinaku, tentu aku mau,” jawabku.
“Sebaliknya kamu, apa kamu mau disogok kayak gitu? Batangku gede lho, kaya kuda itu. Liangmu apa muat?”
“Terang ndak cukup, wong batangmu sak-kayu gelondong besarnya.”

Aku tertawa lirih. Ukuran pirantiku biasa saja, tapi aku senang juga kalau dikatakan gede. Aku membalik. Kepala Janet hanya sebatas daguku. Kupeluk dia, lembut, ahh alangkah lembutnya pelukanku, alangkah pasrahnya tubuh Janet menyandar di dadaku.

“Tadi kau tidur?” bisikku.
“Enak sekali, nyenyak.”
“Sekarang sudah segar?”
“Sudah.” Wajahnya menengadah, matanya berkilat-kilat.
“Ayo, kita jalan-jalan.”
“Lho, ke mana?”
“Keluar. Mumpung lagi terang bulan, aku kepengin merasakan suasana malam di tepi pantai.”

Diam-diam kami menyusup keluar kamar. Sunyi segalanya. Bak hantu, tidak bersuara, kami melayang cepat ke pintu belakang, turun tangga, lalu menapak jalan kecil yang turun landai ke tepi laut. Pasir tergerit-gerit di bawah injakan kaki kami. Di pasiran, kami berdiri bergandengan tangan memandang ke laut, menghirup kesejukan, menatap kilauan terang bulan di ombak yang bergulung, rebah, maju menjilat pergelangan kaki kami, lalu mendesis mundur kembali. Masih bergandengan tangan, kami berjalan santai ke arah ujung pantai, menuruti liku-liku busa dan rumput laut yang disisakan oleh ombak di pasir.

Berhadapan dengan laut tampak ada pohon besar menghamparkan bayangan gelap di bawah dedaunannya yang rindang. Aku menuntun Janet masuk ke bawah naungannya yang remang. Aku merangkul betinaku, kukecup kupingnya yang melingkar kecil seperti kerang laut. Janet berlutut di hadapanku. Tangannya merogoh ikatan sarungku, dibukanya. Sarungku merosot jatuh menggeletak lemas di pasir. Batang kontolku tersingkap melongok, berdiri tegak dan keras. Janet merangkul pahaku. Kepalanya didekatkan ke alatku, rambutnya yang sepundak panjangnya terasa menyapu kontolku.

Aku menggigil kenikmatan, kontolku semakin membaja, menanti sentuhan bibir Janet. Tetapi ia tidak segera mengulumku. Ia menjulurkan bibirnya, lidahnya keluar-masuk menyogok kantong pelirku yang berbulu. Bibirnya menempel di kulitnya yang keriput lalu menghisap. Bola pelirku ditarik masuk ke mulutnya, bibir dan lidahnya memijit-mijitnya. Aku mengerang, kedua tanganku menjambak rambut Janet. Kuremas ubun-ubunnya menahan kenikmatan. Dilepaskannya kantong pelirku. Lidahnya melata naik, menjilat batang kontolku sampai ke kepalanya. Berulang-ulang ia menjilat dari pangkal sampai ke kepalanya. Lalu kontolku dikulumnya lembut, dihisap. Kalung lekukan daging yang melingkar di pinggir kepalanya dibelainya dengan lidahnya.

abg ngulum kontol

Tiba-tiba zakarku disedot, dan disedot lagi makin keras. Kepala Janet bergerak maju mundur, pipinya berulang-ulang membenjol dan mengempis sejalan dengan maju mundurnya batangku di dalam mulutnya. Terasa giginya memarut lembut dan menggigit halus sepanjang batangku. Nafasku mendesah. Aku menggapai ke bawah mengangkat Janet. Ia berdiri, aku pun berlutut di hadapannya. Kainnya kusibak. Nampak kehitaman jembutnya yang lebat dan lebar. Aku teramat suka bulu kebetinaannya yang ikal dan kaku seperti kawat halus. Hidungku kudesakkan ke tengah bulunya, kuhirup aromanya yang manis.

Kugenggam bulunya dengan bibirku, kutarik-tarik, kepalaku kugoyangkan kanan-kiri. Kuraih kainnya, kusentak mendadak. Kainnya jatuh lepas dari pinggangnya, kubuang ke pasir. Tanganku sebelah kuselipkan di antara pahanya, kuangkat kakinya sebelah, kupanggulkan di atas bahuku. Betisnya yang halus terjuntai menutupi belikatku. Silit Janet dengan mahkota jembutnya sekarang berada tepat di depan mulutku. Dalam cahaya redup kulihat itil klentitnya mengintip keluar di antara lipatan bibir memeknya yang berkilau basah. Perlahan, sangat perlahan, kujilat itilnya.

Terasa Janet melonjak kecil dan menarik nafasnya tajam. Dari kerongkongannya keluarlah lenguh lirih yang panjang. Mukaku kudongakkan ke atas. Pandangan mataku menyusuri kekusutan jembutnya dan lengkungan perutnya. Dadanya sudah naik turun dengan cepat, pentil susunya tampak membenjol di bawah sutra blusnya. Janet memandang ke arah laut, kelopak matanya setengah terpejam, nafasnya mendesah terengah-engah. Ia membungkuk di atas diriku.

“Terus,” bisiknya parau.
“Terus.. Terus.. Terus..” desahnya makin intens.

jilat memek abg di kamar

Lidahku kutancapkan ke liang memeknya, keluar-masuk, keluar-masuk. Bibir memeknya kucepit lembut di antara lidahku dan bibirku, kutekan silitnya kanan kiri, atas bawah, kusodok dengan hidung. Tanganku meremas pinggulnya kanan-kiri, pinggulnya yang melengkung sintal teramat indah. Lalu jariku melingkar ke belakang. Gundukan pantatnya kuremas-remas, jariku menancap keras dalam keempukannya.

Aku duduk di pasir, kakiku kuselonjorkan lurus ke depan. Janet berdiri menghadapiku, kakinya di kanan-kiri pahaku. Lalu perlahan-lahan ia jongkok, selangkangannya menukik turun, memeknya terhenti sebentar di atas kepala kontolku, lalu lancar dan cepat, menyambar dan menelan keseluruhan batangku. Sesaat kami duduk lega, kepala kontolku tertancap jauh di dalam. Lalu Janet mulai menggenjot. Naik turun, naik turun, mula-mula perlahan, lama-lama semakin cepat. Nafas kami berdesah seirama, otot pantatku kejang-kendor mendorong zakarku menancap ke atas.

Tangan Janet meraih kaosku, tak sabar diangkatnya, dilepaskan melalui kepalaku. Dibuang. Jariku gemetar memetik kancing blus Janet, kugenggam sutranya, kusibak keras, terdengar kain sutranya tersobek. Tidak sabar kudorong blusnya, kusingsingkan lepas dari pundaknya. Susu Janet meloncat keluar menunduk berisi, pentilnya besar kasar, gelap warnanya. Kupepetkan susunya ke dadaku, ahh, ahh, terasa benjolan pentilnya terplenet menekan bulu dadaku. Tanganku menggapai ke bawah mengambil pasir segenggam. Kutaburkan di atas pundak Janet yang mulus. Pasir kemricik mengalir di antara payudaranya, bercampur dengan tetesan keringat yang bermunculan di kulitnya.

“Aduh!” Tiba-tiba Janet menghentikan genjotannya.
“Terus.. Terus!” bisikku.
“Ehh, nanti dulu,” cekikiknya.
“Ada pasir di memekku.”
“Ehh kasihan memekmu. Ayo, berdiri. Cuci dulu ah.”

Kami bangkit. Kuraih tangan Janet. Kami melangkah berdampingan keluar dari naungan pohon, berjalan ke tepi laut. Di batas jangkauan ombak kami berdiri telanjang bulat, berkilau-kilau putih bermandikan cahaya rembulan yang melayang terang di langit cerah penuh bintang. Kutuntun Janet masuk ke laut. Air tidak dingin, tetapi ia meloncat kecil setiap kali ada ombak menggerayang tubuhnya. Terasa air naik sampai ke perutku. Janet berada di hadapanku, air sudah menutupi pundaknya, buah dadanya terapung-apung.

ngentot berdiri di pantai

Kuselipkan kedua telapak tanganku ke bawah bokongnya, dengan mudah dapat kuangkat. Janet melilitkan tangannya di leherku, kakinya melingkar di pinggangku, terasa tumitnya menekan pantatku kanan kiri. Untuk sesaat aku tergoyah ombak yang lewat, lalu dengan kakiku tertancap di dasar aku berdiri teguh. Di bawah permukaan air kontolku sudah mendongak tegak ke atas. Tepat di atasnya, memek Janet sudah mangap ke bawah. Perlahan keturunkan tubuh Janet. Silitnya menelan batangku sampai ke pangkal. Penuh sayang dan kelembutan kami saling berciuman. Lama kami terdiam terbuai ombak, saling merasakan indahnya bersatu-padu.

“Janet,” bisikku.
“Ya, jantanku sayang.”
“Aku sudah pengin keluar.”
“Aku iya ndak tahan.”
“Sama-sama yuk.”
“Mau aku. Mau sekali. Ayo, jangan ditahan.”

Terasa Janet mengencangkan pelukannya, nafasnya mendesah keras di telingaku. Ia mengerang lirih, tubuhnya melengkung ke belakang. Tiba-tiba tangannya sebelah menghantam air, kakinya mengejang di belakangku, tumitnya mengetuk-ngetuk pangkal punggungku. Pada saat itu juga zakarku mengejang, aku nyogok keras ke dalam keempukan liang Janet, maniku pecah terpompa keluar mengisi rongga sanggamanya. Dunia nyata memudar, mengabur dan menghilang terhanyut gelora kenikmatan yang membanjiri segalanya. Seisi alam serasa berdenyut nikmat.

foto ngentot sampe ngecrot basah

“Sst,” Janet mendesis di telingaku.
“Ada orang!”
“Mana?” Aku menggeragap berpaling.
“Situ. Di pasir. Tuh ada api rokok.”
“Waduh. Ada juga. Malah dua!”
“Gimana nih? Ngapain kita?”
“Diam dulu, sayang. Ndak apa-apa.”
“Kalau tahu ada pakaian kita di sana gimana?”

Sayup-sayup terdengar suara orang bercakap-cakap. Sesekali rokok mereka membara merah. Ada yang ketawa, pendek, keras, kasar. Beberapa menit lewat, lalu mereka berjalan menjauh. Gumam suara mereka tenggelam dalam keremangan.

“Ayo, kita keluar” bisik Janet menggigil.
“Kedinginan aku.”

Aku membopong Janet keluar. Kami memungut pakaian kami yang berserakan kacau di bawah pohon. Masih meneteskan air, cepat-cepat kami berpakaian. Blus Janet menempel basah di punggung dan dadanya, menganga di sebelah muka kehilangan kancingnya yang tersobek lepas.

“Sudah subuh.”

Aku menunjuk ke laut. Tampak lidah cahaya merah jambu sudah mulai membakar garis cakrawala di sebelah timur. Buru-buru kami kembali ke losmen. Ketika kami naik tangga pintu belakang, di ruang makan Ibu Gah sudah duduk di meja mengiris sayur diterangi lampu teplok.

“Pagi Bu,” sapaku.
“Pagi Tante,” demikian Janet mengulang agak gugup.
“Hah? Dari mana nih?” Ibu Gah melongo heran.
“Ya jalan-jalan cari kerang di pantai, Bu,” jawabku sekenanya.
“Lha kok rambutnya basah, pakaiannya ya basah!?”

Janet menutupkan blusnya ke dadanya. Ibu Gah menatap sebentar. Senyum sayu perlahan muncul di wajahnya.

“Sana, tidur dulu,” katanya lirih.
“Mumpung belum siang.”

Wajahnya terselimut bayangan, tetapi aku menangkap kesan seolah matanya berkaca-kaca, seolah ia mendadak terlanda kenangan yang indah dan sekaligus pahit. Di kamar, kami membuka pakaian kami yang basah. Dengan tanganku kusapu butir-butir pasir yang masih menempel di buah dada, punggung dan paha Janet. Kuseka rambutnya yang masih terurai kaku kena air laut. Janet naik ke ranjangnya.

Aku menengok keluar jendela. Dalam cahaya pucat dini hari tampak dua ekor kuda berdiri berdampingan, kepalanya tertunduk merumput dengan tenangnya. Aku berpaling melangkah ke ranjang Janet. Aku merangkak masuk ke bawah klambu. Kami berbaring berdampingan, telanjang bulat, tertutup selimut batik. Perlahan dan lembut, Janet mengulurkan tangannya. Kontolku diambilnya, dengan hati-hati dicomotnya kepalanya, dibelainya sebentar dengan ibu jarinya dan ditidurkannya di atas telapak tangannya yang menengadah.

“Kasihan.. Kasihan..” bisiknya. Dan kami pun tertidur

Cerita Seks Pembantu Penyalur Sex

$
0
0

Cerita Seks Pembantu Penyalur Sex. Dirumahku yang aku tinggali ada pembantuku yang mana umurnya sepantaran denganku orangnya tinggi badannya besar lumayan ganteng, kadang aku merasa bersalah orangnya ganteng malah jadi pembantu dirumahku harusnya dia bisa menjadi pemuas seks tante. Namanya Budi aku selalu tebayang jika dipuaskan oleh dia, memekku ingin rasanya dimasukin rodalnya Budi.

 cerita sex pembantu, Ngentot cewek pembantu, pembantu suka Mesum, cerita hot pembantu, cerita pembantu hot, kumpulan cerita pembantu hot, cerita x pembantu, cerita seks pembantu, cerita pembantu haus.

Cerita Seks Pembantu Penyalur Sex

Satu hari, aku tidak kerja sehingga dirumah seharian. Aku cuma pake daster yang mini tanpa bra, sehingga toketku bergerak2 kalo aku jalan. Kalo papasan dengan dia, kulihat matanya lekat menatap toketku yang bergerak2 itu, aku sih gak perduli.

Siang itu gak ada siapa2 di tempat tinggalku. Aku duduk di meja makan membaca koran setelah menyantap makan siangku.

Dia sedang ngepel di ruang makan. Aku sengaja mengangkangkan pahaku, sehingga dasterku yang mini itu makin tersingkap ke atas dan pastinya cd ku akan bisa dilihat dengan jelas oleh dia yang sedang ngepel itu.

Aku tau bahwa dia pasti sedang melotot melihat paha dan cdku walaupun aku tidak melihatnya karena terhalang meja makan, karena dia tidak selesai2 ngepel lantai di sekitar meja makan itu.

Aku kaget juga karena ternyata dia berani banget. Aku merasa ada rabaan di pahaku. Paha makin kukangkangkan karena aku tau pasti dia sedang ngelus2 pahaku.

Aku jadi menggeliat2 karena rabaannya pada paha bagian dalam, “Aah”, erangku, karena napsuku mulai naik. “Kenapa Nes, napsu ya”, katanya.

Dia memang memanggil semua yang sepantaran dia di tumah itu dengan namanya. “Tanganmu nakal sih”, kataku terengah.

“Abis kamu nantang duluan sih. Udah tau aku lagi ngepel pake ngangkangin paha segala”, jawabnya dengan tetap ngelus2 pahaku, elusannya makin lama makin naik ke atas.

Kini tangannya mulai meraba dan meremes memekku dari luar cdku, Aku semakin terangsang karena ulahnya, “Aah Bud, ines jadi napsu nih”, erangku. “Iya Nes, cd kamu udah basah begini. Kamu ternyata napsunya besar ya, mau ngentot gak dengan aku”, katanya terus terang. Aku terdiam mendengar ajakannya yang to the point itu.

Aku yakin kontolnya pasti udah ngaceng berat. Terasa jarinya menyusup kedalam cdku lewat samping. Memang aku pake cd yang minim sekali sehingga dia mudah mengakses memekku dari samping cdku.

Terasa sekali jarinya mengorek2 memekku mencari itilku, setelah ketemu langsung saja dikilik2nya. “Bud…”, erangku. Memekku menjadi makin basah.

Aku duduknya menjadi setengah melorot sehingga dasterku makin terangkat keatas, membebaskan selangkanganku.

Dia makin nakal ulahnya, pahaku makin dikangkangkannya dan terasa hembusan napasnya yang hangat di pahaku.

Dia mulai menjilati pahaku, dari bawah bergerak perlahan keatas sambil digigit2nya pelan. Aku menggigil menahan geli saat lidahnya menyelisuri pahaku.

“Bud, kamu pinter banget ngerangsang Ines, udah biasa ngerangsang cewek ya”, kataku terengah.

CD ku yang minim itu dengan mudah disingkirkan disingkirkan kesamping dan tak lama kemudian terasa lidahnya menghunjam ke memekku yang sudah sangat basah.

Aku hanya pasrah saja atas perlakuannya, aku hanya bisa mengerang karena rangsangan pada memekku itu. Lidahnya menyusup ke dalam memekku dan mulai bergerak keatas.

Aku makin mengejang ketika dia mulai menjilati itilku. “Aah Bud, Ines sudah pengen dientot”, aku mengerang saking napsunya. Dia menghentikan aksinya, berdiri dan menarikku berdiri juga.

Karena rumah sedang sepi, dia langsung memelukku dan mencium bibirku dengan napsunya.

Lidahnya menerobos bibirku dan mencari lidahku, segera aku bereaksi yang sama sehingga lidah kami saling membelit didalam mulutku.

Pelukannya makin erat, Terasa ada sesuatu yang mengganjal diperutku, kontolnya rupanya sudah ngaceng berat seperti dugaanku.

Tangannya mulai bergerak kebawah, meremas pantatku dari luar dasterku, sedang tangan satunya masih ketat mendekapku.

Aku menggelinjang karena remasan dipantatku dan tekanan kontolnya yang ngaceng itu makin terasa diperutku.

“Aah”, lenguhku sementara bibirku masih terus dikulumnya dengan penuh napsu juga.

Lidahnya kemudian dikeluarkan dari mulutku, bibirku dijilati kemudian turun ke daguku. Tangannya bergeser dari pantatku ke arah memekku, “Aah”, kembali aku mengerang ketika jarinya mulai mengilik memekku dari luar cdku.

Lidahnya mengarah ke leherku, dijilatinya sehingga aku menggeliat2 kegelian. Sementara itu jarinya sudah menyusup kembali ke dalam cdku lewat samping dan mulai mengelus2 memekku yang sudah sangat basah itu dan kemudian menjadikan itilku sasaran berikutnya.

Digerakkannya jarinya memutar menggesek itilku. Aku menjadi lemes dan bersender dipelukannya. “Nes kekamarmu aja yuk”, katanya sambil menyeret tubuhku yang lemes itu kekamarku.

Di kamar aku didorongnya dengan keras sehingga terbaring diranjang, sementara dia mengunci pintunya. Korden jendela ditutupnya sehingga ruangan menjadi agak gelap.

Dia segera menghampiriku, cdku ditariknya sehingga lepas dan dia mulai menggarap memekku lagi. “Nes, jembut kamu lebat sekali, gak heran napsu kamu gede banget.

Dikilik sebentar aja udah basah begini”, katanya sambil mengangkangkan pahaku lagi. Jembutku disingkirkannya dan langsung saja mulutnya menyosor memekku lagi.

Bibir memekku diemutnya, lidahnya menyyusup masuk melalui bibir memekku. Tanpa sadar aku meremes2 rambutnya. Lidahnya mulai menjilati itilku, perutku mengejang karena menahan kenikmatan rangsangannya.

“Aah terus Bud, enak”, teriakku. Kepalanya kutekan sehingga menempel erat di memekku. Lidahnya makin seru saja mengilik memek dan itilku. Cairan memekku diisepnya, itu membuatku makin melayang2.

Ketika aku udah hampir nyampe, dia menghentikan aksinya, “Kenapa brenti”, protesku. “ines sudah ampir nyampe”. Dia membuka baju dan celannya, sekaligus dengan cdnya, benar dugaanku.

Ternyata kontolnya besar dan panjang, berdiri tegak karena sudah ngaceng berat. Aku ditariknya bangun kemudian disuruh menelungkup dipinggir ranjang, saat itu aku masih memakai daster miniku.

Dia memposisikan dirinya dibelakangku, punggungku didorong sedikit sehingga aku menjadi lebih nungging. Pahaku digesernya agar lebih membuka.

Aku menggelinjang ketika merasa ada menggesek2 memekku. Memekku yang sudah sangat licin itu membantu masuknya kontol besarnya dengan lebih mudah.

Kepala kontolnya sudah terjepit di memekku. Terasa sekali kontolnya sesek mengganjal di selangkanganku. “Aah, gede banget kontolmu”, erangku.

Dia diam saja, malah terus mendorong kontolnya masuk pelan2. Aku menggeletar ketika kontolnya masuk makin dalam.

Nikmat banget rasanya kemasukan kontolnya yang besar itu.

Pelan2 dia menarik kontolnya keluar dan didorongnya lagi dengan pelan juga, gerakan keluar masuk kontolnya makin cepat sehingga akhirnya dengan satu hentakan kontolnya nancep semua di memekku. “Aah, enak banget Bud kontolmu”, jeritku. “memekmu juga peret banget deh Nes.

Baru sekali aku ngerasain memek seperet memekmu”, katanya sambil mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku. “Huh”, dengusku ketika terasa kontolnya nancep semua di memekku, Terasa biji pelernya menempel ketat di pantatku. Memekku terasa berdenyut meremes2 kontolnya yang nancep dalem sekali karena panjangnya.

Tangannya yang tadinya memegang pinggulku mulai menyusup kedalam dasterku dan meremes toketku dengan gemesnya.

Aku menjadi menggelinjang karenanya, sementara itu enjotan keluar masuk kontolnya makin dipercepat.

Tubuhku makin bergetar merasakan gesekan kontolnya di memekku.

“Enak Bud, enjotin yang keras, aah, nikmatnya. Ines mau deh kamu entot tiap hari”, erangku gak karuan. Keluar masuknya kontolnya di memekku makin lancar karena cairan memekku makin banyak, seakan menjadi pelumas kontolnya. Dia menelungkup dibadanku dan mencium kudukku.

Aku menjadi menggelinjang kegelian. Pinter banget dia merangsang dan memberi aku nikmat yang luar biasa.

Toketku dilepaskannya dan tangannya menarik wajahku agar menengok ke belakang, kemudian bibirku segera diciumnya dengan napsunya.

Lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku. Tangannya kembali menyusup kedalam dasterku dan meneruskan tugasnya meremes2 toketku. Sementara itu, kontolnya tetep dienjotkan keluar masuk dengan cepat dan keras. Jembutnya yang kasar dan lebat itu berkali2 menggesek pantatku ketika kontolnya nancep semuanya di memekku.

Aku menjadi mengerang keenakan berkali2, ini menambah semangatnya untuk makin mgencar mengenjot memekku.

Pantatku mulai bergerak mengikuti irama enjotan kontolnya. Pantatku makin cepat bergerak maju mundur menyambut enjotan kontolnya sehingga rasanya kontolnya nancep lebih dalem lagi di memekku. “Terus Bud, enjot yang keras, aah nikmat banget deh dientot kamu”, erangku. Dia makin seru saja mengenjot memekku dengan kontolnya.

Aku tersentak. Perutku terasa kejang menahan kenikmatan yang luar biasa. Bibirku kembali dilumatnya, aku membalas melumat bibirnya juga, sementara gesekan kontolnya pada memekku tetep saja terjadi. Akhirnya aku tidak dapat menahan rangsangan lebih lama, memekku mengejang dan “Bud, Ines nyampe aah”, teriakku.

Memekku berdenyut hebat mencengkeram kontolnya sehingga akhirnya, kontolnya mengedut mengecretkan pejunya sampe 5 semburan. Terasa banget pejunya yang anget menyembur menyirami memekku. Kontolnya terus dienjotkan keluar masuk seiring ngecretnya pejunya. Akhirnya aku ambruk keranjang dan dia menindihku.

Napasku memburu, demikian juga napasnya. Kontolnya terlepas dari jepitan memekku sehingga terasa pejunya ikut keluar mengalir di pahaku. Dia segera telentang diranjangku supaya tidak menindih aku. “Nes, nikmat banget deh memek kamu, peret dan empotannya kerasa banget”, katanya. “Kamu sudah sering ngentot ya Bud, ahli banget bikin Ines nikmat.

Kamu ngentot ama siapa aja”, tanyaku. “Kalo enggak anak majikan ya istri majikan”, jawabnya sambil cengar cengir. “Wah nikmat banget kamu, ada yang muasin kamu sembari kerja”, jawabku sambil menelentangkan badanku disebelahnya.

Dia bangun dan masuk kamar mandi, memang kamarku ada kamar mandi didalemnya.

Terdengar grujuan air, dia rupanya sedang membersihkan dirinya, sementara aku masih saja telentang di ranjang menikmati sisa2 kenikmatan yang baru saja aku rasakan.

Dia keluar dari kamar mandi, dasterku yang sudah basah karena keringat dilepasnya sehingga aku terkapar telanjang bulat.

“kamu napsuin deh Nes, toket kamu gede dan kenceng, mana pentilnya gede lagi. sering diemut ya Nes, kamu nentotnya sama siapa sih”, tanyanya.

Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya. “Aku paling suka liat jembut kamu, lebat banget sih.

Aku paling napsu ngeliat cewek kayak kamu ini, toketnya gede kenceng dan jembutnya lebat, nikmat banget dientotnya,” katanya lagi. Dia berbaring disebelahku dan memelukku, “Nes aku pengen lagi deh”, katanya.

Aku kaget juga dengernya, baru aja ngecret udah napsu lagi, tapi aku suka cowok kaya begini, udah kontolnya gede dan panjang, kuat lagi ngentotnya. Dia mulai menciumi leherku dan lidahnya menjilati leherku.

Aku menggelinjang dan mulai terangsang juga. Bibirku segera diciumnya, lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku.

Sementara itu tangannya mulai meremes2 toketku dengan gemes. Dia melepaskan bibirku tetapi lidahnya terus saja menjilati bibirku, daguku, leherku dan akhirnya toketku.

Pentilku yang sudah mengeras dijilatinya kemudian diemutnya dengan rakus. Aku menggeliat2 karena napsuku makin memuncak juga.

“Aash, kamu napsu banget sih Bud, tapi Ines suka banget”, erangku. Toketku yang sebelah lagi diremes2nya dengan gemes.

Jari2nya menggeser kebawah, keperutlu, Puserku dikorek2nya sehingga aku makin menggelinjang kegelian.

Akhirnya jembutku dielus2nya, tidak lama karena kemudian jarinya menyusup melalui jembutku mengilik2 memekku.

Pahaku otomatis kukangkangkan untuk mempermudah dia mengilik memekku. “Aah”, aku melenguh saking nikmatnya.

Dia membalik posisinya sehingga kepalanya ada di memekku, otomatis kontolnya yang sudah ngaceng ada didekat mukaku.

Sementara dia mengilik memek dan itilku dengan lidahnya, kontolnya kuremes dan kukocok2, keras banget kontolnya.

Kepalanya mulai kujilati dan kuemut pelan, lidahnya makin terasa menekan2 itilku sehingga pantatku terangkat dengan sendirinya.

Enggak lama aku mengemut kontolnya sebab dia segera membalikkan badannya dan menelungkup diatasku, kontolnya ditancapkannya di memekku dan mulai ditekennya masuk kedalam.

Setelah nancep semua, mulai dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat da keras.

Bibirku kembali dilumatnya dengan penuh napsu, sementara itu terasa banget kontolnya mengisi seluruh ruang memekku sampe terasa sesek.

Nikmat banget ngentot sama dia. Aku menggeliat2kan pantatku mengiringi enjotan kontolnya itu.

Cukup lama dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk, tiba2 dia berhenti dan mencabut kontolnya dari memekku.

Dia turun dari ranjang dan duduk di kursi, aku dimintanya untuk duduk dipangkuannya mengangkang diantara kedua kakinya.

Dia memelukku dengan erat. Aku sedikit berdiri supaya dia bisa mengarahkan kontolnya yang masih ngaceng itu masuk ke memekku.

Aku menurunkan badanku sehingga sedikit2 kontolnya mulai ambles lagi di memekku. Aku menggeliat merasakan nikmatnya kontolnya mendesak masuk memekku sampe nancep semuanya.

Jembutnya menggesek jembutku dan biji pelernya terasa menyenggol2 pantatku. Aku muali menaik turunkan badanku mengocok kontolnya dengan memekku.

Dia mengemut pentilku sementara aku aktif bergerak naik turun. Nikmat banget, kayanya lebih nikmat dari tadi.

“Aah Bud, enak banget deh, lebih nikmat dari yang tadi”, erangku sambil terus menurun naikkan badanku mengocok kontolnya yang terjepit erat di memekku.

Memekku mulai berdenyut lagi meremes2 kontolnya, gerakanku makin liar, aku berusaha menancepkan kontolnya sedalam2nya di memekku sambil mengerang2.

Tangannya memegang pinggulku dan membantu agar aku terus mengocok kontolnya dengan memekku.

Aku memeluk lehernya supaya isa tetep mengenjot kontolnya, denyutan memekku makin terasa kuat, dia juga melenguh saking nikmatnya’

“Nes, empotan memekmu kerasa banget deh, mau deh aku ngentot ama kamu tiap hari”. Akhirnya aku gak bisa menahan rangsangan lebih lama dan “Bud, Ines nyampe, aah”, teriakku dan kemudian aku terduduk lemas dipangkuannya.

Hebatnya dia belum ngecret juga, kayanya ronde kedua membuat dia bisa ngentot lebih lama.

“Cape Nes”, tanyanya tersenyum sambil terus memelukku. “He eh”, jawabku singkat.

Pelan dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga aku berdiri, kontolnya lepas dari jepitan memekku. Kontolnya masih keras dan berlumuran cairan memekku.

Kembali aku dimintanya nungging dipinggir ranjang, doyan banget dia dengan doggie style. aku sih oke aja dengan gaya apa saja karena semua gaya juga nikmat buat aku.

Dia menjilati kudukku sehingga aku menggelinjang kegelian, perlahan jilatannya turun ke punggung. Terus turun ke pinggang dan akhirnya sampe dipinggulku.

Otot perutku terasa tertarik karena rangsangan jilatan itu. Mulutnya terus menjilati, yang menjadi sasaran sekarang adalah pantatku, diciuminya dan digigitnya pelan.

Apalagi saat lidahnya mulai menyapu daerah sekitar lubang pantatku. Geli rasanya. Jilatannya turun terus kearah memekku, kakiku dikangkangkannya supaya dia bisa menjilati memekku dari belakang.

Aku lebih menelungkup sehingga pantatku makin menungging dan memekku terlihat jelas dari belakang.

Dia menjilati memekku, sehingga kembali aku berteriak2 minta segera dientot, “Bud, nakal deh kamu, ayo dong Ines cepetan dientotnya”.

Dia berdiri dan memposisikan kontolnya dibibir memekku dan dienjotkannya kedalam dengan keras sehingga nancep semua dengan sekali enjotan.

Dia mulai mengenjot memekku dengan kontolnya, makin lama makin cepat.

Aku kembali menggeliat2kan pantatku mengimbangi enjotan kontolnya dimemekku.

Jika dia mengejotkan kontolnya masuk aku mendorong pantatku kebelakang sehingga menyambut kontolnya supaya nancep sedalam2nya di memekku.

Toketku berguncang2 ketika dia mengenjot memekku. Dia merems2 toketku dan memlintir2 pentilnya sambil terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk.

“Terus Bud, nikmat banget deh”, erangku lagi. Enjotan berjalan terus, sementara itu aku mengganti gerakan pantatku dengan memutar sehingga efeknya seperti meremes kontolnya.

Dengan gerakan memutar, itilku tergesek kontolnya setiap kali dia mengenjotkan kontolnya masuk. Denyutan memekku makin terasa keras, diapun melenguh, “Nes, nikmat banget empotan memek kamu”.

Akhirnya kembali aku kalah, aku nyampe lagi dengan lenguhan panjang, “Aah nikmatnya, Ines nyampeee”.Otot perutku mengejang dan aku ambruk ke ranjang karena lemesnya.

Aku ditelentangkan di ranjang dan segera dia menaiki tubuhku yang sudah terkapar karena lemesnya.

Pahaku dikangkangkannya dan segera dia menancapkan kembali kontolnya di memekku.

Kontolnya dengan mudah meluncur kedalam sehingga nancep semuanya karena memekku masih licin karena cairan yang berhamburan ketika aku nyampe.

Dia mulai mengenjotkan lagi kontolnya keluar masuk. Hebat sekali staminanya, kayanya gak ada matinya ni orang. Aku hanya bisa terkapar menikmati sisa kenikmatan dan rangsangan baru dari enjotan kontolnya.

Dia terus mengejotkan kontolnya dengan cepat dan keras. Dia kembali menciumi bibirku, lherku dan dengan agak membungkukkan badan dia mengemut pentilku.

Sementara itu enjotan kontolnya tetap berlangsung dengan cepat dan keras. Aku agak sulit bergerak karena dia agak menindih badanku, keringatku sudah bercampur aduk dengan keringatnya.

Enggak tau sudah berapa lama dia mengentoti ku sejak pertama tadi. Dia menyusupkan kedua tangannya kepunggungku dan menciumku lagi. Kontolnya terus saja dienjotkan keluar masuk.

Pertutku mengejang lagi, aku heran juga kok aku cepet banget mau nyampe lagio dientot dia. Aku mulai menggeliatkan pantatku, kuputar2 mengimbangi enjotan kontolnya.

Memekku makin mengedut mencengkeram kontolnya, pantatku terkadang terangkat menyambut enjotannya yang keras, sampe akhirnya, “terus Bud, yang cepet, Ines udah mau nyampe lagi”, teriakku.

Dia dengan gencarnya mengenjotkan kontolnya keluar masuk dan, “Aah Ines nyampe lagi”, aku berteriak keenakan. Berbarengan dengan itu terasa sekali semburan pejunya yang kuat di memekku.

Diapun ngecret dan ambruk diatas badanku. Kami sama2 terkulai lemes, lebih2 aku karena aku udah nyampe 3 kali sebelum dia akhirnya ngecret dimemekku.

“Bud, kamu kuat banget deh ngentotnya, mana lama lagi. Nikmat banget ngentot ama kamu. Kapan kamu ngentotin Ines lagi”, kataku. Dia tersenyum mendengar sanjunganku.

“Kalo ada kesempatan ya aku sih mau aja ngentotin kamu. memek kamu yang paling nikmat dari semua cewek yang pernah aku entot”, jawabnya memuji.

Dia kemudian meninggalkanku terkapar telanjang karena nikmat.

Malemnya, aku sudah tertidur, terdengar garukan di pintu kamarku. Aku terbangun, “Siapa” kataku lirih.

“Aku Nes”, terdengar suara Budi, rupanya dia belum puas ngentotin aku tadi siang, minta nambah lagi malem ini.
Gak ada matinya rupanya dia. Aku bangun dan membukakan pintu. Segera dia masuk dan memeluk tubuhku yang hanya terbalut cd minim.

“Nes, aku pengen ngerasain empotan memek kamu lagi ya, boleh kan”, katanya. Aku kalo tidur hanya pake cd saja karena gerah hawanya dikamar.

Dia lalu berbaring telentang di ranjang, lalu aku mulaijongkok di atasnya dan menciumi nya, tangannya mengusap-usap punggungku.

Bibirnya kukulum, ”Hmmmhh… hmmhhh…” dia mendesah-desah. Setelah puas melumat bibir dan lidahnya, aku mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu lehernya. Kaosnya kusingkapkan dari bawah lalu kuciumi dadanya. “Hmmmhhh… aduh Nes enak ..” rintihnya.

Dia terus mendesah sementara aku mulai menciumi perutnya, lalu pusarnya, sesekali dia berteriak kecil kegelian.

Akhirnya risleting celana pendeknya kubuka, kusingkapkan cdnya, kontolnya yang sudah ngaceng berat kupegang dan kukocok2, “Ahhhhh… Hhhh…. Hmmhmh…

Ohhh Nes…” dia cuman bisa mendesah doang.

Kontolnya langsung kukenyot-kenyot, sementara dia meemas-remas rambutku saking enaknya, “Ehmm… Ehmm…

” Mungkin sekitar 5 menitan aku ngemut kontolnya, kemudian aku bilang, “Bud… sekarang giliran kamu yach?” Dia cuma tersenyum, lalu bangkit sembari memelorotkan celana pendek dan celana dalamnya, sedangkan aku sekarang yang ganti tiduran.

Dia mulai nyiumin bibirku, aku mencoba ngelepasin kaosnya, lalu dia langsung melepasnya dan meletakkan di sebelahnya. Dia pun mulai menciumi leherku sementara tangannya meraba-raba toketku dan diremasnya. “Hmhmhhm… Hmhmhmh…” ganti aku yang mendesah keenakan.

Apalagi ketika dia menjilati pentilku yang tebal dan berwarna coklat tua.

Setelah puas melumat pentilku bergantian, dia mulai menjilati perutku dan ingin memelorotkan CDku.

Aku mengangkat pantatku, lalu dia memelorotkan CDku. Dia langsung menciumi memekku dengan penuh napsu, otomatis pahaku mengangkang supaya dia bisa mudah menjilati memek dan itilku.

“Ahh.. Ahhhh…” aku mengerang dan mendesah keras keenakan. Sesekali kudengar “slurrp… slurrp…” dia menyedot memekku yang sudah mulai basah itu.

”Ahhhh… Bud… Enak …” desahan ku semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar. Napsuku sudah sampe ubun2, dia kutarik untuk segera menancapkan kontol besarnya di memekku yang sudah gatel sekali rasanya, pengen digaruk pake kontol.

Pelan-pelan dia memasukkan kontolnya ke dalam memekku.

Dengan satu enjotan keras dia menancapkan seluruh kontolnya dalam memekku.

“Uh… uhhh…. Ahhhhhhh…nikmat banget Bud” desahku ketika dia mulai asyik menggesek-gesekkan kontolnya dalam memekku.

Aku menggoyang pinggulku seirama dengan keluar masuknya kontolnya di memekku. Dia mempercepat gerakannya.

Gak lama dienjot aku sudah merasa mau nyampe, “Ah…Bud…Aku sepertinya mau… ahhh…” dia malah mempergencar enjotan kontolnya dimemekku, “Bareng nyampenya ya Nes, aku juga dah mau ngecret”, katanya terengah.

Enjotan kontolnya makin cepat saja, sampe akhirnya, “Bud, Ines nyampe aah”, badanku mengejang karena nikmatnya, terasa memekknu berdenyut2 meremas kontolnya sehingga diapun menyodokkan kontolnya dengan keras, “Nes, aku ngecret aah”, terasa semburan pejunya yang deres dimemekku.

Dia terkapar lemes diatas badanku, demikian pula aku. Setelah istirahat sejenak, dia mencabut kontolnya , memakai pakaiannya dan keluar meninggalkan aku terkapar telanjang di ranjang.

Sejak itu setiap ada kesempatan, aku selalu minta dientot sama dia.

Cerita Sex Dewasa Dengan Dua Gadis Abg Perawan

$
0
0

Cerita Sex Dengan Dua Gadis Abg Perawan

cerita yang aku tak tau lagi cerita yang keberapa yang sudah kubagikan dengan kalian para pecinta cerita seks. Kali ini akan kuceritakan tentang bagaimana nikmatnya ngentot dengan cewek SMA perawan dan tak tanggung tanggung langsung 2 cewek yang aku tidurin. Bagi pembaca yang baru kali ini membaca ceritaku, ijinkan aku memperkenalkan diri. Aku biasa dipanggil Wawan. Aku berumur 24 tahun dan saat ini masih berstatus mahasiswa di salah satu PTS di Jakarta. Sebuah status yang ingin secepatnya kutanggalkan, agar aku bisa segera menjadi sarjana. Tinggal skripsi yang masih menghadang langkahku.
Seperti telah kuceritakan pada cerita-ceritaku terdahulu, aku telah mempunyai bisnis sendiri, dimana hasilnya lebih dari cukup utk membiayai kuliah dan hidupku di ibukota ini. Termasuk tentunya untuk “biaya kenakalan laki-laki”, hehe..
Siang itu aku sedang suntuk sehabis berjam-jam menghabiskan waktu di depan notebook untuk mengerjakan salah satu proyek dari klienku. Memang aku ingin secepatnya menyelesaikan proyek ini, mengingat nilainya yang cukup besar. Terbayang nikmatnya berlibur di Bali atau Lombok bila nanti telah menerima pembayaran dari klienku ini.
Karena perut sudah keroncongan, aku segera mengambil kunci mobilku dan pergi ke mal di daerah Jakarta Barat untuk makan siang. Memang di kulkas kamar kostku cuma tersisa sepotong pizza bekas semalam. Tiba di mal tersebut, aku menuju KFC untuk makan siang.
Seperti biasa, sehabis makan siang aku cuci mata melihat-lihat toko di mal tersebut. Setelah itu, aku mampir di studio 21 yang terletak di lantai 3 mal itu untuk melihat-lihat film yang sedang diputar. Memang rencananya kalau ada film yang bagus aku ingin nonton untuk refreshing sebelum memulai mengerjakan proyekku lagi nanti malam.
Saat memasuki lobby, setelah melewati lorong yang dipergunakan untuk bermain video-game, kulihat seorang gadis manis sedang duduk sendiri sambil memainkan handphonenya. Aku seperti merasakan “deja vu”. Teringat olehku pengalaman beberapa waktu lalu saat mau menggoda seorang gadis sendirian di lobby studio 21, yang ternyata membawa cowoknya. Tetapi tak mengapa, aku sok nekat saja duduk di sebelahnya sambil tersenyum. Dia juga membalas tersenyum sambil kemudian kembali sibuk dengan hpnya.
“Ren..lo ada dimana sih ? Cepetan dong gue udah di lobby nih” katanya.
“Ya udah..cepetan deh” ujarnya lagi.
“Sedang nunggu pacar ya ?” tanyaku sok akrab
“Nggak kok mas. Teman.” sahutnya singkat sambil tersenyum.
“Mas sendirian aja ?” tanyanya lebih lanjut
“Wah agresif juga nih cewek” pikirku. “Iya sendirian aja. Mau nemenin? Jalan yuk” tanyaku nakal.
“Mau ngajak kemana ?” tanyanya
“Jalan-jalan aja” sahutku. Dia tersenyum lagi menambah manis wajahnya yang berbibir tipis itu.
Aku punya perasaan dia ini ABG nakal yang sering nongkrong di mal-mal mencari mangsa.
“Oh ya, namanya siapa ?” tanyaku
“Elis” sahutnya sambil mengulurkan tangannya
“Wawan” kataku menyambut uluran tangannya. Kuperhatikan penampilan Elis, gadis manis ini. Rambutnya sebahu dgn wajah yang manis. Berpakaian kaos ketat dipadu celana jeans. Buah dadanya tampak menonjol ranum di balik kaos ketat yang dipakainya. Terbayang nikmatnya bila aku bisa merasakan kenyalnya buah dada ranum ABG manis ini.
“Nggak sekolah ?” tanyaku lebih lanjut
“Nggak sedang bolos. Males sih..”
“Emang sekolah dimana ?”
Dia kemudian menyebutkan salah satu SMU Negeri di wilayah Jakarta Barat.
“Hey..sori ya gue telat”. Tiba-tiba seorang gadis menyapa.
“Sialan lo.., gue udah nunggu lama tau..” sahut Elis pada sang gadis.
Kulihat si gadis yang baru datang, dan mataku terkagum-kagum melihat penampilannya. Wajahnya sangat cantik, dengan rambut panjang, mirip dengan Ratu Felissa bintang sinetron remaja yang terkenal itu.
Cerita Seks Dewasa – “Ren, ini kenalin teman gue” katanya mengenalkanku.
Kami segera berkenalan. Kemaluanku semakin berontak saat jemarinya yang halus sedikit kuremas saat kami berjabat tangan. Ternyata namanya Rena. Tanktopnya yang seksi semakin menambah hot penampilannya. Tetapi kulihat buah dadanya tidak sebesar kepunyaan temannya. Akan tetapi kulit tubuhnya yang putih mulus menyebar aroma seksual yang tinggi.
“Mau kemana nih mas ? Kita makan dulu aja yuk ?” ajak Elis.
Akhirnya kami bertiga pergi ke sebuah restoran fast food. Saat kami berjalan, banyak cowok yang memperhatikan tingkah laku kedua ABG ini dengan pandangan bernafsu. Terutama kepada Rena yang memang sangat cantik itu. Karena sudah makan, aku hanya memesan minum saja untukku, sementara mereka menikmati makan siangnya. Sambil menikmati pesanan masing-masing, kami berbincang-bincang. Kupancing-pancing mereka, agar aku yakin mereka bisa kuajak check-in nanti. Aku tidak mau kecele, setelah mengeluarkan uang banyak untuk mereka ternyata mereka tidak bisa dinikmati, hehe..
Ingin segera aku merasakan kehangatan dan kemulusan tubuh belia mereka. Akan tetapi, ternyata tidak semudah itu. Banyak proses yang harus dilalui, alias ada biaya yang harus dikeluarkan terlebih dahulu. Sesudah makan, mereka minta dibelikan pulsa HP, terus belanja baju, dll. Tetapi tak apalah, pikirku. Kebetulan baru minggu lalu aku menerima pembayaran dari salah seorang klienku. Memang kalau mau barang bagus ada harga yang harus dibayar. Apalagi terbayang nikmatnya apabila aku bisa menyetubuhi kedua gadis ABG ini secara bersamaan.
“Yuk jalan. Pusing nih di mal terus” kataku setelah mereka selesai berbelanja. Memang aku sudah menentukan limit pengeluaran bagi mereka. Disamping itu, aku sudah tidak tahan ingin segera menikmati tubuh seksi Elis dan wajah cantik Rena.
Mereka akhirnya setuju dan kami menuju tempat parkir. Kukebut mobilku menuju hotel jam-jaman langgananku.
__________________
Cerita Dewasa Terbaru – Singkat cerita, kami telah berada di dalam kamar hotel. Tak menunggu lama lagi, langsung kuraih wajah cantik Rena dan kulumat bibirnya. Leher dan pundaknya yang putih mulus segera kucium dan kujilati. Setelah itu, wajah manis Elis menjadi sasaranku. Saat kuciumi bibirnya yang tipis, kuremas buah dadanya dari balik kaosnya yang ketat.
“Buka dulu aja mas..” bisik Rena saat aku masih sibuk menikmati menciumi dan meremasi tubuh temannya.
“Bukain ya” kataku.
Aku menghentikan ciumanku pada wajah manis Elis, dan mereka berdua kemudian melucuti pakaianku.
Tak lama aku telah berdiri hanya dengan mengenakan celana dalam saja. Keadaan itu tidak berlangsung lama, karena jemari lentik Rena segera menarik celana dalamku. Kemaluanku yang telah menegang segera berdiri dengan gagahnya di depan kedua ABG ini. Mata mereka agak sedikit kaget melihat ukuran kejantananku.
“Besar sekali mas. Rena suka..” kata si ABG cantik sambil tangannya mulai mengocok-ngocok penisku perlahan. Sementara Elis tidak berkomentar, hanya bibirnya yang tipis sedikit terbuka. Matanya memandang kemaluanku dengan gemas. Mereka berdua telah berjongkok di depanku.
Rasa hangat segera menjalari kemaluanku saat Rena mulai memasukkan batang kejantananku ini ke dalam mulutnya yang mungil. Kepalanya mulai dimaju mundurkan menikmati kelelakianku. Kupandang ke bawah tampak wajah cantik gadis ini dengan pipi yang sedikit menonjol disesaki alat vitalku. Sementara Elis menciumi dan menjilati pahaku menunggu giliran.
Sesaat kemudian, Rena mengeluarkan penisku dari mulutnya, dan Elis langsung meraihnya dengan bernafsu. Dijilatinya terlebih dahulu mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan dia mulai menghisap kemaluanku. Terkadang gadis seksi ini bergumam gemas saat menikmati kejantananku.
Aku tarik tubuh Rena sehingga dia berdiri di sebelahku. Kemudian kembali dengan gemas kuciumi wajah cantiknya. Rena dengan bergairah membalas pagutanku. Ciuman dan jilatannya kemudian beralih ke puting dadaku. Sementara kemaluanku masih menjejali mulut Elis, temannya yang seksi.
Wajah cantik Rena yang sedang menjilati puting dadaku membuatku semakin gemas ingin menyetubuhinya.
“Ayo buka pakaiannya dong sayang..” kataku.
Rena menurut. Dibukanya tanktop dan BH yang dikenakannya. Tak ketinggalan juga celana jeans ketatnya. Dia tampak semakin cantik dengan hanya memakai celana dalam hitam berenda.
“Biarin aja Ren., kamu lebih seksi pakai itu” kataku saat dia ingin membuka celana dalamnya.
Segera kutarik kembali Rena kedalam pelukanku. Kujilati puting buah dadanya. Memang buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi bentuknya yang mencuat dengan puting merah mudanya sangat merangsang sekali.
“Ahh…ssstt…” erangan nikmat keluar dari mulut Rena. Erangan ini semakin keras terdengar saat jemariku mengusap-usap liang nikmatnya. Desahan Rena diselingi dengan gumaman nafsu Elis yang masih berjongkok menikmati kemaluanku.
Jemariku merasakan vagina Rena telah lembab oleh cairan nafsu. Wajahnya yang sangat cantik tampak menggairahkan saat dia mengerang-erang nikmat disetubuhi jemariku. Puting payudaranya juga telah mengeras karena jilatan lidahku. Ingin segera kusetubuhi ABG cantik ini.
“Sebentar ya Lis..”kataku sambil mencabut penisku dari jepitan bibir tipis Elis. Setelah itu, kutarik Rena menuju tempat tidur. Kusibakkan celana dalamnya, dan kuarahkan penisku ke dalam liang nikmatnya.
“Pelan-pelan ya mas..” desahnya perlahan.
Kemaluanku mulai menerobos alat vital ABG cantik ini. Erangannya semakin menjadi. Tangannya tampak meremas sprei ranjang. Mulutnya setengah terbuka, dan matanya terpenjam.
“Ahhhh…ahhhh” desah gadis cantik ini saat aku mulai menggenjot kelaminku di dalam alat vitalnya. Karena sempitnya kelamin gadis cantik ini, baru setelah beberapa kali genjotan penisku berhasil menerobos lebih dalam, walau mungkin hanya dua pertiga batang kemaluanku yang berhasil masuk. Ranjang mulai mengeluarkan deritan-deritan seirama dengan goyangan tubuhku menikmati sempitnya liang vagina Rena. Tubuh mulus Rena mengelinjang-gelinjang merasakan hujaman penisku yang menyesaki liang vagina gadis belia ini. Sementara Elis, temannya yang seksi dengan bergairah menonton adegan kami.
“Kamu buka juga dong Lis” kataku. Elis kemudian membuka kaos ketatnya dan celana jeansnya.
“Biarin aja pakaian dalamnya Lis..” ujarku lagi saat dia ingin membuka BHnya. Elis kemudian kuminta mendekat.
Kuhentikan hujaman penisku di kelamin Rena sejenak, dan kuminta dia merubah posisi. Aku segera berbaring di tempat tidur sementara si cantik Rena menaiki tubuhku. Diarahkannya kembali kelaminku ke dalam vaginanya.
“Ahhhh….” erangnya kembali saat penisku menerobos liang nikmatnya. Dia kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmati kejantananku. Kuraih wajah manis Elis yang ada di sebelahku, dan kami langsung berciuman dengan bergairah. Kuremas buah dadanya yang besar, dan kuangkat daging kenyal ranum ini sehingga keluar dari cup BHnya. Tampak luar biasa seksi Elis saat itu, dengan wajahnya yang manis dan kedua payudaranya yang mencuat keluar. Puting susunya yang kecoklatan segera menjadi santapanku.
“Sstttthhhh….sstttt” erangnya saat kujilati dan dengan gemas kuhisapi buah dadanya yang kenyal itu.
Sementara Rena, temannya yang cantik, masih menggoyang-goyangkan tubuhnya yang mulus di atas selangkanganku. Matanya terpejam dengan wajah yang memerah menambah ayu wajah cantiknya. Tanganku memilin-milin puting buah dadanya. Sementara Elis mulai menjilati puting dadaku.
“Ahhhhh……” erang Rena panjang saat dia mengalami orgasmenya. Tubuhnya mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuhku. Kuciumi pundaknya yang putih halus beberapa saat, sebelum kugulingkan tubuhnya kesebelahku.
“Giliranmu Lis..” kataku. Elis langsung menghentikan hisapannya pada puting dadaku, dan dengan bergairah dia menggantikan posisi Rena. Disibakkannya celana dalamnya, dan diarahkannya kelaminku ke liang surganya.
“Ihhh..gede banget…iihhhh” desahnya saat penisku menerobos vaginanya. Ranjang kembali berderit keras saat dengan bernafsu Elis menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmatiku. Buah dadanya yang kenyal berguncang-guncang menggemaskan saat ia menyetubuhiku. Terkadang karena gemas, kutarik tubuhnya agar aku bisa menghisapi puting payudaranya.
Cerita Seks Panas – Bosan dengan posisi ini, kuminta Elis menungging sambil memegang tepian bagian kepala ranjang. Kusodokkan penisku kembali ke dalam bagian tubuhnya yang paling vital, dan erangan Elis kembali terdengar ditimpali dengan suara derit ranjang.
“Ihh..ihh..” desahnya saat kusetubuhi dia dari belakang. Pantatnya yang montok terlihat sangat merangsang. Sementara kulihat Rena tak berkedip melihat temannya sedang disetubuhi secara “doggy-style”.
“Sini Ren” panggilku. Saat dia menghampiriku, langsung kembali kuciumi wajahnya yang sangat cantik itu. Sementara itu tanganku memegang pinggang Elis, temannya, sambil sesekali menepuk-nepuk pantatnya yang padat.
“Ihh..ihh.. Elis sampai mas…ihhhh..” erang Elis saat mencapai orgasmenya. Kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Sementara itu, aku masih sibuk melayani ciuman Rena. Penisku yang masih tegang sehabis menikmati vagina temannya, langsung diraih dan dikocok-kocoknya perlahan.
Sesaat kemudian kubalikkan tubuh Elis, dan kunaiki tubuhnya. Kujepitkan kemaluanku di antara gunung kembarnya yang besar. Kugoyangkan tubuhku menikmati kekenyalan buah dada Elis. Sementara Rena menyodorkan payudaranya ke mulutku untuk kunikmati.
Rasa nikmat yang luar biasa menjalari syaraf kemaluanku. Aku merasa sudah tak tahan lagi membendung orgasmeku. Kulepaskan pagutanku dari buah dada Rena, dan semakin cepat kugoyangkan tubuhku menikmati jepitan buah dada Elis. Tak lama kemudian, aku menjerit nikmat saat berejakulasi di buah dada ranumnya.
__________________
Setelah membersihkan diri, kami bertiga tiduran sambil istirahat di atas ranjang. Elis di sebelah kiriku dan Rena di sebelah kanan. Aku masih telanjang, sementara mereka hanya mengenakan celana dalam saja. Elis telah melepas BHnya yang basah karena ejakulasiku.
“Mas mainnya hebat banget …” kata Rena sambil tersenyum manis.
“Iya..kita berdua aja dibuat kewalahan…”sahut Elis sambil mengusap-usap dadaku.
“Habis kalian cantik-cantik sih. Jadi nafsu nih” jawabku asal.
“Pasti ceweknya si mas puas banget ya Lis..” kata Rena pada temannya.
“Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya. Coba cowokku segede ini..” kata Elis sambil mulai mengusap-usap kemaluanku.
“Iya.Rahasianya apa sih mas ? Biar nanti Rena kasih tahu cowok Rena, supaya bisa bikin Rena puas..” Tangannya yang halus juga mulai merabai kemaluanku yang mulai menegang kembali.
“Mas, buat kenang-kenangan Rena video ya..” ujar Rena tiba-tiba, sambil bangkit mengambil HPnya.
“Jangan ah. Udah nggak usah” tolakku.
“Ah..nggak apa mas. Habis mr.happy-nya gemesin banget deh..Rena nggak ambil mukanya kok..” sahutnya.
“Awas, bener ya. Jangan kelihatan mukanya lho” kataku.
“Mas berdiri di sini aja biar lebih jelas. Terus elo isepin Lis.. Ntar gantian” katanya bak sutradara kawakan.
Kuturuti kemauannya. Aku bangkit dan berdiri di samping ranjang. Elis kemudian berjongkok di depanku, dan mulai menjilati kemaluanku.
“Rambut lo Lis..jangan nutupin” kata Rena sambil mulai merekam adegan itu.
Kubantu Elis menyibakkan rambutnya, dan dia mulai mengulum kemaluanku. Kunikmati jepitan bibir tipis Elis di batang kemaluanku. Tangannya yang halus mengelus-elus buah zakarku.
Rena merekam adegan kami dengan antusias. Aku mengerang nikmat, sambil tanganku membantu menyibakkan rambut Elis yang sedang sibuk menikmati kemaluanku. Cukup lama gadis ABG seksi ini menyalurkan nafsunya.
Sementara tampak Rena sangat terangsang melihat temannya menikmati penisku.
“Lis..gantian gue dong..” katanya beberapa saat kemudian.
Hpnya diserahkan ke Elis, dan gantian Rena sekarang yang berjongkok di depanku. Disibakkannya rambutnya kesamping agar temannya dapat merekam adegan dengan jelas. Dijilatinya perlahan seluruh batang kemaluanku. Lubang kencingku digelitik dengan lidahnya, kemudian mulutnya mulai mengulum perlahan batang kemaluanku.
“Jangan pakai tangan Ren..” kata Elis yang sedang merekam adegan kami.
Rena kemudian melepas tangannya yang memegang batang kemaluanku, dan ia memaju mundurkan kepalanya menikmati jejalan penisku di mulutnya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang penisku, menjilatinya sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya kembali kemaluanku dengan bernafsu.
Mendapat perlakuan seperti ini bergantian dari kedua gadis belia, aku merasa tak lama lagi akan mencapai kepuasan.
“Arrghh.. hampir sampai nih..” erangku.
“Mas yang ambil ya..” kata Elis sambil menyerahkan hp padaku. Dia kemudian berjongkok bersama dengan Rena. Diambilnya penisku dari mulut temannya dan dikocok-kocoknya.
Aku tak tahan lagi. Sambil merekam adegan, aku berejakulasi membasahi wajah manis kedua gadis ABG ini.
__________________
Setelah beristirahat sejenak, aku memesan minuman. Sambil menunggu pesanan datang, aku meminta hp Rena. Aku ingin memastikan wajahku tidak terlihat di rekaman video yang tadi diambil.
Kami mengobrol beberapa lama di kamar hotel itu, sebelum beranjak pulang menjelang malam. Kuantar mereka kembali ke mal tempat aku bertemu dengan mereka. Kuberi mereka uang taksi secukupnya.
“Makasih ya Mas. Sering-sering telpon kita ya..” ujar Rena saat turun dari mobil.
“Ok, daaggh..” kataku pada mereka berdua.
Aku segera menjalankan mobilku kembali menuju tempat kost. Sehabis makan malam, aku melanjutkan mengerjakan proyek dari klienku. Pikiranku telah menjadi fresh kembali setelah diservis oleh Rena dan Elis, ABG Mal yang cantik. END

ku menikmati tubuh pacar ku dan teman ku

$
0
0

cerita dewasa

Cindi, pacarku ini orangnya lugas. Soalnya sudah menjadi Account Manager di suatu biro iklan, diberi mobil perusahaan dan punya rumah sendiri, tetapi tidak mau di kantor mempunyai status married. Umurnya 30an, tetapi sudah mainmain denganku sejak usia 24 tahun.

Badannya ramping dan aku senang payudaranya yang tidak besar (justru tidak mudah peot). Kalau payudaranya aku isap lamalama, dia akan dorong kepalaku, Aku sudah terangsang, lagian ntar putingnya gede peperti orang punya anak, susah aku!. Permainannya sering membuatku kelimpungan saking enaknya, desahannya kalau lagi syuur sangat menggugah gairah. Yang aku senang, kalau sedang menginap di rumahnya, pagipagi kalau mebangunkanku, dia pegangpegang penisku (kalau tidur aku tak pakai CD dan hanya pakai celana pendek). Biasanya dia sengaja telanjang bulat, dengan posisi 69?, dia pegangi dan masukin penisku ke mulutnya dan dijilatinya sampai penuh berlumuran liurnya. Kalau aku terbangun, dia tidak mau kujilatin clitorisnya. Maunya diciumcium saja sambil digelitiki.

Kalau gairahnya sudah naik, dia akan berbalik, aku ditelentangin dan dia naik ke atas badanku sambil memasukkan penisku ke vaginanya. Kalau itu terjadi pagi hari, kami akan langsung main dan cepat selesai. Kalau ini terjadi sore atau malam hari, permainan dapat berlangsung lama. Kalau di kantornya ia merasa horny, dia akan menelepon minta bertemu. Lalu kami bertemu di motel. Kalau mainnya di motel, dalam waktu 4 jam, kami dapat mengulangnya sampai 34 kali.

Ini yang disenanginya dariku. Dapat main beberapa kali dalam waktu 34 jam. Dia memang sangat free soal beginian dan model aktif. Kalau sudah di atas badanku, dia akan terengahengah dan tersengalsengal, pantatnya dinaikturunkan, berputar menikmati sensasi seksual yang dirasakannya. Kepalanya melengaklengok, matanya meremmelek, satu tangan memegangi selangkanganku, ibu jari dan telunjuk tangan yang lain meremasi putingnya sendiri.

Tanganku kadang ikut meremasi payudaranya atau memegangi pantatnya, ikut mengatur irama naik turun badannya di atas penisku. Kalau pas seperti ini, aku senang melihatnya sedang menikmati sensasi semacam itu. Apalagi kulitnya putih (keturunan Cina), perutnya datar, mukanya memancarkan gairah yang meledakledak. vaginanya sangat banyak berair (menurut pengalamanku, keturunan Cina biasanya begitu), sampai berbunyi Plok.., oplok.., cipak.., oplok.., ciplak.., ciplak.., oplok.

cara naik kuda ini berlangsung kurang lebih 3 menit. Lalu ia mengerangerang dan minta ganti posisi. Ia lalu membaringkan diri di atas badanku, dengan menggit bibirku, menyelipkan lidahnya kesanakemari sambil memeluk, dia membalikkan badanku.

Setelah berada di bawah, pantatnya naikturun dengan hebatnya. Atau diputarnya sedemikian rupa, sehingga aku yang kelimpungan keenakan. Kadang bed tempat kami main cinta akan demikian kusutnya, karena kami bergerak dengan liar kesanakemari secara diagonal. Dari sudut kiri bawah (bagian kaki bed), lalu ke sudut kanan bawah. Lalu ke kanan atas (bagian kepala), lalu ke tengah lagi. Kemudian ke kiri, ke kanan, ke tengah, begitu terus tidak bisa diam. Gerakannya sangat ekspresif. Kadang rambutku diremasremas habis, atau tangannya juga melambailambai kesanakemari, mulutnya menggumamkan segala macam kata.

Enaak.., lagii.., masukin semuaa.., tekan dongngng.., bagian kiri (vaginanya maksudnya) mbok diteken.., aahh.., laaggii.., tekeenn.., ahh. Biasanya bagian seperti ini berlangsung 10 menitan. Kalau akan orgasme, dia akan menggeram keraskeras sambil mengguratguratkan tangan ke punggungku. Ini tandanya giliranku menyerang. Pantatku akan bergoyang demikian hebat, penisku cepat sekali keluarmasuk vaginanya. Sampai akhirnya, terlepaslah spermaku.

Merasakan cairan hangat ini menyemprot deras memasuki sudutsudut vaginanya, dia akan memelukku eraterat. Hebatnya, tidak seperti cewekcewekku yang lain, begitu selesai, begitu penisku dicabutnya dan ia langsung memakai pakaiannya. Cewekcewek lain kan biasanya menikmati rasa nikmat itu dulu, tiduran telanjang sambil berpelukan. Cewek lain malah memintaku di atas tubuhnya terus selama mungkin. Kadang sampai ia tertidur. Dan penisku lemas sendiri dan keluar sendiri.

Tetapi ya memang lainlain perilakunya. Salah satu yang disukai Cindi ini adalah melakukan permainan seks di dapur, sambil berdiri. Biasanya kami memutar video porno dulu. Ini dilakukan di ruang tengah, tidak di kamarnya. Biasanya pembantunya sudah tidur. Sambil tangan kami berusaha ramah (rajin menjamah bagian badan masingmasing), mata melihat video. Yang disukainya adalah ketegangannya, apalagi kalau pembantunya sempat lewat mau pipis ke kamar mandi pembantu. Biasanya saluran TVnya langsung dipindah ke acara lain, sampai pembantu masuk lagi ke kamarnya. Kalau sudah sampai puncak tidak dapat menahan diri, ia akan menyeretku ke dapur.

Ia duduk di bibir tempat masak, kakinya menjuntai. Kepalaku dibimbingnya ke arah puting susunya yang putih dan sudah tegang, sementara tanganku dimasukkannya ke dalam vaginanya sambil memelorotkan celananya. Lalu baju atau kaos atasnya juga aku pelorotin. Tangannya berusaha menurunkan retsleting celanaku, memelorotkan celana pakai kakinya, sambil mengeluarkan penis yang sudah tegang. Besar amat.., bisiknya sambil mengelus ujung kepala penisku. Sensasinya, menurut tukar pengalaman kami, seperti kalau putingnya yang sudah tegang dieluselus atau diisapisap. Lalu dieluseluskannya ujung kepala penis itu ke mulut vaginanya.

Ia tidak suka kalau dimasukkan dengan tergesagesa. Kalau merasa sudah tak tahan, segera didekapnya badanku dan blees, kepala dan badan penisku hilang masuk ke vaginanya yang sudah basah. Supaya mudah, ia akan turun dari bibir tempat masak, dan mulai gila menggoyangkan pantatnya atau memajumundurkannya dengan rengekan manja. Sering sampai mulutnya kututup pakai tangan, supaya pembantunya tidak terbangun. Kalau bersetubuh sambil berdiri ini, ia tidak akan tahan sampai lama. Begitu keluar, ia minta aku juga mempercepat serangan. Dalam hal ini, pancaran spermaku biasanya lebih keras dan lebih banyak, karena dia mengatakan semprotannya terasa sampai dalam.

Selama berhubungan denganku (8 tahun), katanya dia setia tidak mencari pria lain. Soalnya, pengalaman seksnya yang mengesankan pertamakali dirasakannya denganku. Aku sendiri selama itu sempat punya beberapa cadangan. Soalnya kadangkadang kalau lagi sibuk mikirin kerja atau proyeknya, Cindi sulit diajak berhubungan. Atau dia cenderung memegang kendali. Jadi kalau sedang kecewa, aku sering mencari Neneng, perek bersih yang vaginanya nikmat dijilati dan suka menjilati penisku.

Atau mencari Mona, janda yang kalau ketemu dari caranya memegangi badanku dan mendekapnya membuatku ini sepertinya tidak bakal dilepaskan. Neneng ini vaginanya kering, sehingga sering kuolesi pelumas supaya penisku mudah masuk. Bertemunya juga kebetulan. Ia liften, masuk mobil, langsung mencium karena katanya aku sangat ganteng wajahnya. Setelah itu tangannya beroperasi kesanakemari dan minta minggir. Di situ aku mendapat the best blowjob I ever had, mengulum penisku sampai aku mengerangerang sambil tetap duduk pegang setir, yang terasa hebatnya sampai ke otak. Dia turun ketika sudah sampai di tujuannya, menciumku sekali lagi, hilang begitu saja. Ketemu lagi 2 minggu kemudian. Sesuai latarbelakang budayanya, ia suka mijetin aku (kalau Cindi, ia yang minta dipijetin).

Cuma, lamalama setelah dekat, dia bilang, Mungkin gue jatuh cinta nih ama lu.
Lalu sehabis itu kalau mau berhubungan, dia ada pada posisi yang menunggu. Tahu alasannya?, Kan istri tidak boleh minta dan agresifagresif sama suami, begitu kata emak dulu, jawabnya. Busyeet deh, padahal aku suka keagresivannya! Neneng ini badannya sekal, payudaranya besar dan padat. Enak kalau dipegang dan diremas. Badannya wangi, nikmat banget kalau didekap.

Potongan rambutnya selalu pendek dan aku suka itu. Aku paling senang menjilati vaginanya. Kalau aku sudah lemas setelah main 23 kali, dia menggesekgesekkan pantatnya yang montok ke penisku, lalu dijilati dan penisku menjadi besar. Atau kalau tidak, ia main blowjob sambil merangsang buah zakar dengan teknik yang hebat. Aku selalu meremmelek dibuatnya. Aku berpisah dengan Neneng karena setelah jatuh cinta kepadaku, dia minta mundur, walaupun kalau ada tugas kantor keluar kota dia suka kuajak.

Kalau Mona, karena ia janda, kalau ketemu carenya sangat baik. Kadang aku merasa dirawat seperti anaknya. Kalau bertemu Mona selalu diawali dengan pemanasan seks yang menyenangkan. Kadang aku baru masuk rumahnya, pintu ditutup, aku lalu ditelanjangi di situ dan kami main di belakang pintu tanpa alas apapun. Mainnya tidak pernah hanya satu kali. Kadang setelah permainan kedua, dengan penis masih di dalam vaginanya, ia berdiri dan minta diantar ke dapur.

Telanjang bulat berdua kami ke dapur. Di dapur main lagi sambil berdiri. Atau ke kamar mandi dan main lagi. Kalau dari depan pintu langsung naik ke tempat tidur, alamat aku tak akan boleh turun dari situ sampai keesokan harinya. Aku akan dijadikan pejantan setengah hari plus satu malam plus setengah hari lagi. Makan dilayani, digosok sebagai ganti mandi dan penis atau putingku jadi sasaran terus. Dia sangat suka kalau clitorisnya digosokgosok.

Kalau tidak dijadikan tawanan di tempat tidur, sehabis ditelanjangi pertama kali sejak datang, kami berdua tak akan berpakaian lagi. Makan dengan keadaan tanpa busana, mandi bersama, nonton TV juga hanya dengan mengenakan selimut. Anehnya, kalau di depan umum, Mona tak akan menyapa. Pernah janjian ketemu di satu mall, ia hanya memberi isyarat untuk mengikutinya dari belakang. Tak mau menjawab pertanyaan atau berjalan bergandengan.

Mona akhirnya diajak kawin lagi oleh mantan suaminya, yang memergokiku keluar dari rumahnya. Rasa cemburunya bangkit lagi, lalu minta kawin lagi dan Mona diboyong ke Itali. Tetapi semua itu aku rasa karena pengalaman dengan Cindi membuat aku PD menghadapi cewek lain. Buktinya di Surabaya aku pernah ketemu cewek, main sampai 4 kali di hotel dan membayar cukup banyak. Eh, malam berikutnya dia datang lagi tanpa diundang (nunggu aku dulu pulang dari urusan kantor, di lobi lebih dari 2 jam), dan begitu juga 2 malam berikutnya.

Dia datang menyerahkan tubuhnya dengan suka rela!
Enak bergaul, menggauli dan digauli sama kamu, katanya meremmelek. Tentang Cindi sendiri, ketika ada orang yang naksir dia (berkedudukan mantap, lebih kaya), dan dia bilang sudah butuh suami, aku dorong supaya dia mau menerima orang itu. Aku sendiri, katanya, nikmat diajak main sebagai teman, tetapi bukan sebagai suami.

 

cerseks.info-merupakan situs yang menyediakan cerita dewasa online indonesia. Setiap cerita yang ada di situs ini adalah yang terbaru dan terupdate. Wisatalendir juga berisikan tentang hal-hal berbau pornografi seperti cerita dewasa, cerita sex, tante girang, video bokep, cerita sedarah, cerita abg, foto bugil.

Viewing all 19 articles
Browse latest View live